SOLOPOS.COM - Kondisi lapangan di Alun-alun Satya Negara yang menjadi ikon Sukoharjo, Sabtu (31/10/2020). (Bony Eko Wicaksono/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO--Warga Sukoharjo tak asing dengan Alun-alun Satya Negara yang menjadi ikon Sukoharjo. Posisi alun-alun cukup strategis. Tak jauh dari Simpang Lima atau Proliman Sukoharjo dan rumah dinas (Rumdin) Bupati Sukoharjo. Pada pagi hari, alun-alun kerap digunakan masyarakat untuk berolahraga. Mereka joging mengelilingi alun-alun guna menjaga kebugaran tubuh.

Pada sore hari-malam hari, banyak pedagang kaki lima (PKL) yang menjajakan dagangan berupa makan dan minuman. Saat malam minggu, ruas jalan di sekitar alun-alun sering macet lantaran kendaraan bermotor diparkir di bahu jalan. Alun-alun Satya Negara tak hanya sekedar public space dan ikon Sukoharjo melainkan memiliki catatan sejarah yang menarik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

KRL Klaten-Jogja Sempat Nyangkut Di Kalioso, Uji Coba Operasional Terganggu?

Konon, alun-alun dibangun saat era pemerintahan Bupati Sukoharjo periode 1975-1984, Gatot Amrih. Kala itu, alun-alun menjadi kawasan olahraga terpadu bagi masyarakat di Kabupaten Jamu. “Saya masih ingat ada beberapa lapangan tenis, basket bahkan lintasan atletik. Tribun penonton juga ada di sisi kanan dan kiri alun-alun. Masyarakat tumpah ruah hampir setiap sore hari,” kata seorang pegiat budaya Sukoharjo, Bimo Wijanarko, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (31/10/2020).

Pria yang akrab disapa Kokor ini bercerita kala itu, Sukoharjo memiliki fasilitas mumpuni yang menunjang para atlet untuk mengembangkan bakat dan talentanya. Mereka kerap menorehkan prestasi emas di berbagai cabang olahraga level nasional. Hal ini membuat bangga masyarakat Sukoharjo.

Para aparatur sipil negara (ASN) yang berkantor di Gedung Lowo juga sering melaksanakan kegiatan di alun-alun. Jarak Gedung Lowo dengan alun-alun hanya beberapa ratus meter. “Gedung Lowo sudah berdiri sebelum Indonesia merdeka. Saat itu, Gedung Lowo menjadi pusat pemerintahan dan kantor para ASN di Sukoharjo,” ujar dia.

Siap-Siap Cek Rekening, BLT Subsidi Gaji Gelombang II Cair Awal November

Kawasan Olahraga

Sebelum dibangun, lokasi alun-alun merupakan hutan lindung yang berfungsi sebagai paru-paru kota. yang ditumbuhi beraneka jenis flora. Masyarakat jarang beraktivas di sekitar hutan lindung lantaran saking rimbunnya pepohonan yang menjulang tinggi.

Hutan lindung seluas lebih dari satu hektare tersebut disulap menjadi kawasan olahraga terpadu yang memanjakan masyarakat. “Dahulu, lokasi alun-alun bukan gedung, bangunan atau rumah penduduk melainkan hutan lindung. Sangat rimbun dan lebat pepohonan yang tumbuh di kawasan tersebut. Baru pada 1975 dikerjakan proyek pembangunan alun-alun,” ujar dia.

Kini, Alun-alun Satya Negara hanya hamparan tanah lapang. Aktivitas olahraga dipindah ke Gelora Merdeka di Kelurahan Jombor pada era 90-an. Tak ada lagi, aktivitas olahraga para atlet di sekitar alun-alun.

Seorang warga Kampung Madyorejo, Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Hermawan menyoroti kondisi alun-alun yang kian semrawut. Banyak sampah berserakan di pinggir alun-alun saat pagi hari. Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan masih rendah. Belum lagi lapak-lapak PKL yang kurang ditata sehingga terkesan kumuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya