SOLOPOS.COM - Gapura perbatasan Kabupaten Wonogiri-Kabupaten Sukoharjo terdapat di Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Foto diambil belum lama ini. (Rudi Hartono/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI–Gapura perbatasan Kabupaten Wonogiri-Kabupaten Sukoharjo yang berada di wilayah Kabupaten Wonogiri menjadi salah satu ikon daerah tersebut. Banyak orang mengabadikannya dengan kamera sehingga gambar gapura berukuran besar itu menghiasi berbagai akun media sosial (medsos).

Kondisi gapura saat ini berbeda jauh dengan kondisi sebelumnya. Gapura setinggi lebih dari 10 meter itu dipercantik di masa kepemimpinan Bupati-Wakil Bupati, Joko Sutopo-Edy Santosa pediode 2016-2021.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dahulu gapura tidak memiliki bando atau plengkung. Kini gapura berwarna hitam itu memiliki bando bertuliskan Selamat Datang, Kabupaten dan Selamat Jalan, Kabupaten Wonogiri.

Perbedaan mencolok tak hanya itu. Sebelumnya masing-masing gapura yang berada di Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri itu terdapat dua patung naga yang menciptakan kesan mistis.

Baca Juga: Kemenag Wonogiri Raih Penghargaan Pengelolaan Dana BOS Madrasah, Ternyata Ini Kuncinya

Jadi Lokasi Favorit Berfoto

Setelah Joko-Edy memimpin empat patung naga itu dibongkar untuk menghilangkan kesan tersebut. Pada malam hari gapura tersebut kini berwarna-warni. Tak sedikit orang yang berfoto kelompok atau berswafoto saat malam hari berlatar gapura itu. Sebelumnya area gapura tidak diberi penerangan, sehingga gelap saat malam.

Kepala Desa (Kades) Nambangan, Suparno, kepada Solopos.com, belum lama ini, mengatakan gapura perbatasan dibangun pada masa kepemimpinan Bupati Begug Purnamasidi 2005-2010 itu di lahan milik warga Nambangan. Sebelum dipercantik, meski terlihat megah tetapi gapura terkesan mistis karena warnanya hitam dan terdapat empat naga. Kondisinya jauh lebih baik setelah dipoles setelah Joko Sutopo menjadi Bupati.

“Saat awal menjabat, Bupati Joko Sutopo pernah berbincang dengan saya. Beliau bilang mau membongkar gapura perbatasan. Saya bilang sayang kalau dibongkar karena gapura itu sebenarnya bagus dan kokoh. Saya memberi masukan agar gapura dipercantik saja dan patung naganya dibongkar,” ucap Kades.

Baca Juga: Dua Jenis Bansos Beras di Wonogiri Sudah Tersalurkan, Dua Lainnya Pekan Depan

Benar saja, Bupati lalu membongkar patung naga dan mempercantiknya. Menurut Kades, kawasan perbatasan dekat gapura itu kini semakin ramai. Sebelum Covid-19 mewabah tak sedikit orang berada di sekitar gapura untuk berfoto kelompok atau swafoto. Kawasan sekitarnya juga semakin banyak tempat usaha, seperti warung makan, warung kelontong, hingga deretan rumah toko (ruko).

Pada kesempatan sebelumnya, Wakil Bupati Wonogiri 2005-2010, Sumarno, kepada Espos mengatakan gapura perbatasan dibangun atas ide Bupati Begug. Gapura sebagai gerbang masuk dan keluar Kabupaten Wonogiri merupakan penggabungan arsitektur Jawa dan Bali.

Gapura yang dibangun setinggi lebih dari 10 meter dan awalnya terdapat empat patung naga di sisi bagian dalam itu simbolisasi kebesaran atau kejayaan, kekuasaan, dan kekuatan. Gapura itu menggambarkan Wonogiri yang memiliki wilayah besar. Diharapkan pemimpinnya dengan kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki dapat menyejahterakan warga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya