SOLOPOS.COM - Tugu di tengah permakaman umum di Dukuh Kerkopan, RT 010, Desa Mojopuro, Kecamatan Sumberlawang, Sragen. (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN – Dua bangunan menyerupai tugu berdiri di tengah permakaman umum di Dukuh Kerkopan, RT 010, Desa Mojopuro, Kecamatan Sumberlawang, Sragen. Tembok lama yang kehitam-secara hitaman alami membungkus tugu itu karena faktor alam dan umur.

Tugu itu tingginya sekitar 1,5 meter berbentuk persegi dengan ukuran sisi 80 cm. Di bagian atas membentuk semacam limasan. Tugu itu berdiri pada bangunan dasar berbentuk kotak berukuran 2,5 x 2 meter menghadap ke barat. Jarak antara dua dasar tugu itu sekitar 2 meter.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ini Aktivitas Mbah Minto Klaten Setelah Jadi Jutawan 

Dua tugu itu mirip kuburan ala orang Belanda atau juga disebut dengan sebutan makam londo. Dalam kamus Bahasa Belanda, Prof. Drs. S. Wojowasito, kuburan atau makam disebut dengan istilah kerkhof.

Ekspedisi Mudik 2024

Dalam materi paparan dari Lengkong Sanggar Ginaris dan Soeracarta Heritage Society yang diperoleh Solopos.com dari pejabat di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen, istilah kerkhof berasal dari dua kata, kerk (gereja) dan hoff (halaman). Artinya kerkhof sama dengan halaman gereja. Sementara dalam arsip sejarah pemakaman Belanda bisa juga disebut begraafplaats.

Asale Kerkop

Seorang juru kunci makam Kerkopan, Mbah Podrono, 85, saat ditemui di kediamannya, Kamis (6/8/2020), mengungkapkan nama Dukuh Kerkopan itu diambil dari istilah kerkop atau kerkhof karena adanya dua tugu tersebut. Dia mengatakan adanya kerkop itu kemudian dukuhnya diberi nama Kerkopan.

Mbah Po—sapaan akrab Mbah Podrono—meyakini dua tugu itu bukanlah makam melainkan semacam tugu. Menurutnya dulu ada batu marmernya di sisi tugu bagian barat sebagai semacam prasastinya. Namun, sekarang marmer itu hilang.

“Kemudian oleh Pak Suparno, ya warga Kerkopan, diberi tanda angka tahun saat pembangunan, yakni 17-11-52. Angka itu yang membuat ya Pak Suparno itu. Saya tidak tahu maksudnya. Angka 52 itu mungkin ya angka tahun 1952,” kata Mbah Po.

Gercep! Cucu PB XII Putri Woelan Temui Ketua Umum PAN di Jakarta

Di bawah tanda angka itu ada kode SPN dari atas ke bawah. Ada yang menyebut dengan kode 5 PN. Kode itu tidak diketahui maksudnya. Mbah Po mengisahkan dulu pada zaman Belanda area di Kerkopan ini merupakan perkebunan serat nanas yang pabriknya berada di wilayah Kacangan, Sumberlawang, Sragen.

Pada zaman Jepang, perkebunan serat nanas itu dicabuti sehingga wilayah ini dikenal sebagai wilayah siti bumi hangus.

“Saya tidak tahu maksudnya bumi hangus itu. Tetapi bukan diledakan atau dibom,” ujar Mbah Po didampingi istrinya Mbah Saliyem, 75.

Cerita Warganet Kemekel Ingat Kosa Kata Nyeleneh Ala Wong Sragen 

Mbah Po mengatakan sebelumnya dua tugu itu berdiri sendiri. Kemudian sekitar tahun 1980-an mulai ada warga yang dimakamkan di kompleks makam ini. Dia menyebut ada tiga makam yang menjadi cikal bakal pertama di Kerkopan, yakni di sebelah selatan tugu satu makam dan sebelah timur tugu dua makam. Sejak itu banyak warga yang dimakamkan di makam Kerkopan.

Permakaman Belanda

Kasi Sejarah dan Tradisi Disdikbud Sragen, Johny Adhi Aryawan, menjelaskan permakaman Belanda biasanya terpisah dengan permakaman lokal dan umumnya didirikan di pinggiran kota. Dari bentuk makamnya, kata Johny, menunjukkan strata sosial. Semakin tinggi strata sosialnya, maka bentuk makamnya semakin monumental dan kaya ornamen.

“Permakaman orang Eropa di Sragen umum pada level administrator kebun, pengawas pabrik, kontrolir, guru, kepala kantor cabang, dan seterusnya. Untuk kelas administrator dimakamkan di kerkhof di pusat karesidenan, seperti Surakarta, Salatiga, Semarang, dan seterusnya atau dibawa pulang ke Belanda. Makam Belanda di Sumberlawang itu bentuknya tugu, kemungkinan bisa kepala kantor atau pedagang,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (7/8/2020).

Oalah… Ternyata Ini Penyebab 13 Rumah Warga Sragen “Pindah” ke Jatim 

Johny mencatat kerkhof di Sragen ditemukan di beberapa lokasi selain di Sumberlawang, yakni di selatan Permakaman Sarikat Islam (SI) Sragen, Blontah Jekawal Kecamatan Tangen, Banaran Kecamatan Sambungmacan.

“Mengenai data makam Belanda di Sragen ini perlu dicek silang dengan arsip kependudukan Belanda yang memuat nama-nama Belanda yang meninggal dan dimakamkan di Hindia Belanda termasuk karena perang,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya