SOLOPOS.COM - Relief vagina atau yoni di Candi Sukuh. (Kemendikbud)

Solopos.com, KLATEN — Candi Sukuh yang berlokasi di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, memiliki simbol seks. Candi ini pun dikaitkan dengan mitos tentang tes keperawanan dan keperjakaan. Lantas, tahukah Anda bagaimana asal-usul sejarahnya?

Dikutip dari laman resmi Badan Otorita Borobudur, Senin (20/6/2022), candi tersebut merupakan peninggalan prasejarah di Karanganyar. Jika dilihat dari segi fisik, namun ada beberapa detail yang tidak sama dengan candi lainnya.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Candi yang berada di lereng Gunung Lawu dengan ketinggian sekitar 1.186 meter itu memiliki kesan sederhana yang mencolok. Jika dilihat sekilas, bentuk bangunannya mirip dengan candi peninggalan Suku Maya di Meksiko atau budaya Inca di Peru.

Seorang peneliti Belanda pada 1930 berasumsi pembangunan Candi Sukuh dilakukan tergesa-gesa, sehingga strukturnya tidak rapi. Sebab, bentuk bangunannya memang tidak semegah Candi Borobudur maupun Prambanan.

Sejarah Penemuan

Candi tersebut kali pertama ditemukan oleh Residen Surakarta, Johnson, pada 1815. Dia menemukan candi itu saat melakukan penelitian untuk menyusun buku The History of Java yang dilakukan Thomas Stanford Raffles.

Dikutip dari laman candi.perpusnas.go.id, penelitian lanjutan dilakukan oleh Van der Vlis pada 1842. Hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam buku Van der Vlis yang berjudul Prove Eener Beschrijten op Soekoeh en Tjeto.

Baca juga: Kain Robek Saat di Candi Sukuh Karanganyar, Tanda Enggak Perawan?

Penelitian terhadap Candi Sukuh kemudian dilanjutkan oleh Hoepermans pada tahun 1864-1867 dan dilaporkan dalam bukunya yang berjudul Hindoe Oudheiden van Java.

Pada 1889, Verbeek mengadakan inventarisasi terhadap candi tersebut yang dilanjutkan dengan penelitian oleh Knebel dan WF. Stutterheim pada 1910.

Pembangunan Candi

Candi berlatar belakang agama Hindu itu diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-15 M. Berbeda dengan umumnya candi Hindu di Jawa Tengah, arsitektur candi di Karanganyar itu dinilai menyimpang dari ketentuan dalam kitab pedoman pembuatan bangunan suci Hindu, Wastu Widya.

Menurut ketentuan, sebuah candi harus berdenah dasar bujur sangkar dengan tempat yang paling suci terletak di tengah. Adanya penyimpangan tersebut diduga karena Candi Sukuh dibangun pada masa memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa.

Memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa rupanya menghidupkan kembali unsur-unsur budaya setempat dari zaman Megalitikum. Pengaruh zaman prasejarah terlihat dari bentuk bangunan candi yang merupakan teras berundak.

Baca juga: Bukan Mesum, Simbol Erotis di Candi Sukuh dan Candi Cetho

Bentuk semacam itu mirip dengan bangunan punden berundak yang merupakan ciri khas bangunan suci pada masa pra-Hindu. Ciri khas lain bangunan suci dari masa pra-Hindu adalah tempat yang paling suci terletak di bagian paling tinggi dan paling belakang.

Menurut dugaan para ahli, Candi Sukuh dibangun untuk tujuan pengruwatan, yaitu menangkal atau melepaskan kekuatan buruk yang mempengaruhi kehidupan seseorang akibat ciri-ciri tertentu yang dimilikinya.

Dugaan tersebut didasarkan pada relief-relief yang memuat cerita-cerita pengruwatan, seperti Sudamala dan Garudheya, dan pada arca kura-kura dan garuda yang terdapat di Candi Sukuh.

Simbol Seks

Di ruang dalam gapura, terhampar di lantai, terdapat pahatan yang menggambarkan phallus dan vagina dalam bentuk yang nyata. Keduanya hampir bersentuhan satu sama lain.

Pahatan tersebut merupakan penggambaran bersatunya lingga (kelamin laki-laki) dan yoni (kelamin perempuan) yang merupakan lambang kesuburan.

Baca juga: Ajaib! Penyakit Bisa Sembuh Pascaritual di Candi Mas Pasiraman Wonogiri

Ada keyakinan bahwa pahatan tersebut berfungsi sebagai suwuk (mantra atau obat) untuk ngruwat (menyembuhkan atau menghilangkan) segala kotoran yang melekat di hati.

Itulah sebabnya relief tersebut dipahatkan pada bagian bawah atau lantai pintu masuk, sehingga orang yang masuk ketempat suci akan melangkahinya.

Dengan demikian dimungkinkan pada saat zaman Candi Sukuh masih difungsikan, terdapat keinginan bahwa segala kekotoran batin dan pikiran yang melekat di tubuhnya akan sirna saat masuk ke lingkungan candi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya