SOLOPOS.COM - Pendopo Pura Mangkunegaran (Instagram/@kanjengnuky)

Solopos.com, SOLO — Bagaimana sejarah atau asal usul dari Pura Mangkunegaran yang berada di Solo, Jawa Tengah?

Keberadaan Pura Mangkunegaran kerap mencuri perhatian publik. Apalagi saat ini sedang proses pergantian atau suksesi kepemimpinan Pura Mangkunegaran yang telah berlangsung kurang lebih 2,5 bulan sejak peringatan 100 hari wafatnya KGPAA Mangkunagoro (MN) IX pada 19 November 2021 lalu.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Bukan hanya soal suksesi kepimpinan, Pura Mangkunegaran juga menjadi salah satu spot wisata yang menarik saat berkunjung ke Kota Solo.

Baca Juga:  Ini Dia Sosok Penguasa Pantai Utara Jawa Beserta Kisah Mistisnya

Terlepas dari itu, bagaimana asal usul atau sejarah dari Pura Mangkunegaran Solo?

Bersumber dari situs resmi Puromangkunegaran.com, pada 17 Maret 1757 dilakukan penandatanganan Perjanjian Salatiga antara Sunan Paku Buwana III dengan Raden Mas Said di Salatiga.

Baca Juga:  Ini Beda Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran, Jangan Sampai Keliru ya!

Perjanjian tersebut disaksikan oleh perwakilan Sultan Hamengku Buwana I dan VOC. Perjanjian Salatiga mencetak sejarah berdirinya Mangkunegaran. Berdasarkan perjanjian tersebut, Pura Mangkunegaran mempunyai wilayah cakupan di Kedaung, Matesih, Honggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Pajang sebelah utara dan Kedu.

Pendiri Pura Mangkunegaran adalah Raden Mas Said. Dari cerita asal usulnya, Raden Mas Said bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran I. Atau secara lengkap menyandang nama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran Senopati Ing Ayudha Sudibyaningprang.

Baca Juga: Ceramah Oki Setiana Dewi Viral, Disebut Membenarkan KDRT

Secara posisi, Mangkunegaran merupakan kadipaten yang posisinya di bawah Kasunanan dan Kasultanan. Pada tahun 1757 – 1946, Kadipaten Mangkunegaran merupakan kerajaan otonom yang memiliki wilayah yang sangat luas dan berhak memiliki tentara sendiri secara independen dari Kasunanan.

Akan tetapi, setelah sekian abad menjadi Kerajaan otonom, pada September 1946, Mangkunegara VIII menyatakan bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, karena meletusnya revolusi sosial di Solo pada 1945-1946, telah mengakibatkan Mangkunegaran kehilangan kedaulatannya. Meskipun begitu, Pura Mangkunegaran berkomitmen tetap menjalankan fungsinya sebagai penjaga budaya.

Baca Juga: Norman Kamaru Bikin Heboh, Disebut Ganti Nama dan Pindah Agama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya