SOLOPOS.COM - Nelayan beraktivitas di Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Rabu (27/4/2022). Sebagian warga di sekitar waduk itu mengandalkan ekonomi keluarga mereka dari aktivitas pemanfaatan Rawa Jombor. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Penataan dan revitalisasi Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten jalan terus. Rawa Jombor Klaten diproyeksikan menjadi kawasan objek wisata yang menawan, bahkan berpotensi menjadi warisan dunia.

Rawa Jombor dulunya perkampungan di tanah rendah yang dikelilingi perbukitan. Lokasinya yang sangat rendah, air tak bisa terbuang dari perkampungan itu. Lantaran terus menerus tergenang, rumah warga mulai dipindahkan di tepi waduk atau tanah tegalan di sekitarnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penamaan Rawa Jombor terkait erat dengan lokasinya yang berupa daerah rawa. Lokasi tersebut dulunya diketahui sering tergenang air. Sedangkan Jombor diyakini merupakan nama lama di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat.

Rawa Jombor memiliki ukuran panjang 7,5 kilometer dengan kedalaman 4,5 meter. Rawa Jombor mampu menampung air sebanyak 4 juta meter kubik.
Pada buku berjudul Mengenal Desa Krakitan, Kecamatan Bayat yang disusun kantor Desa Krakitan pada 1980 juga dijelaskan jika dulunya Rawa Jombor merupakan perkampungan.

Pada 1900 atau sebelumnya, kawasan Rawa Jombor merupakan tanah yang rendah seperti kedung yang lebar dikelilingi pegunungan. Lantaran lokasinya sangat rendah, air yang berada di kawasan itu tak bisa terbuang baik saat musim hujan maupun musim kemarau.

Baca Juga: Wow! Rawa Jombor Ternyata Berpotensi Jadi Warisan Dunia Lo

Di sisi barat laut tanah rendah itu, ada Kali Ujung yang mengalirkan airnya hingga ke Kali Dengkeng. Dimungkinkan lantaran Kali Ujung sering kelebihan air saat musim hujan, air yang berada pada tanah rendah tersebut kian melebar hingga menjadi rawa.

Kelebihan air itu terus menggenangi tanah pekarangan, sawah, hingga permukiman warga. Alhasil, penghuni kampung dipindahkan ke tempat lain di tepi rawa atau tanah tegalan di sekitarnya.

“Memang dari penuturan warga, dulunya Rawa Jombor merupakan kampung. Jejak-jejak kampungnya masih ada di dasar waduk. Tetapi untuk detailnya saya belum pernah mengetahui,” kata salah satu pegiat sukarelawan dari Sekolah Sungai Klaten, Dika, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (26/4/2022).

Baca Juga: Rawa Jombor, Objek Wisata Tiada Duanya di Antara Solo-Jogja

Hasil penelitian pakar lingkungan dari Universitas Gajah Mada (UGM), Prof. Suratman, mengatakan Rawa Jombor termasuk bagian dari warisan geologi yang disebut Bayat Purba. Tempat itu telah lama terbentuk dan berpotensi sebagai situs geologi dan dapat menjadi warisan dunia. Untuk itu, diperlukan langkah konservasi guna merawatnya.

“Sesuai dengan pengelolaannya oleh BBWSBS, konservasinya diarahkan untuk irigasi dan ketahanan pangan. Kemudian, Rawa Jombor akan dijadikan wahana edukasi,” terangnya saat dihubungi Solopos.com, Jumat (22/4/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya