SOLOPOS.COM - Ilustrasi Magelang. (magelangkota.go.id)

Solopos.com, MAGELANGMagelang merupakan salah satu daerah tertua di Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Selain terkenal memiliki sederet objek wisata unggulan, Magelang juga memiliki cerita sejarah yang unik, salah satunya terkait asal usul atau asale nama wilayah tersebut.

Sejarah Magelang tidak bisa dipisahkan dari keberadaan Prasasti Poh dan Mantyasih yang ditulis sejak zamaan Mataram Hindu. Prasasti Mantyasih ditemukan di Kampung Mateseh, Magelang Utara, Jawa Tengah (Jateng), sedangkan Prasasti Poh berada di Dukuh Plembon, Desa Randusari, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dalam dua prasasti peninggalan Kerajaan Mataram itu disebutkan keberadaan daerah perdikan, atau daerah yang telah dimerdekakan, yakni Desa Mantyasih dan Desa Glanggang. Konon, Mantyasih inilah yang kemudian berubah nama menjadi Meteseh, sedangkan Glanggang berubah menjadi Magelang.

Dalam prasasti itu juga dicantumkan angka 829 Saka bulan Saitra tanggal 11 Paro-Gelap Paringkelan Tungel, Pasaran Umanis hari Senais Scara atau Sabtu, dengan kata lain Hari Sabtu Legi tanggal 11 April 907.

Tanggal yang tercantum dalam prasasti itulah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Magelang.

Baca juga: 10 SMA Unggulan di Magelang, 2 Masuk 100 Terbaik Nasional

Kendati demikian, ada versi lain terkait asal usul atau asale nama Kota Magelang. Versi lain itu berasal dari cerita rakyat terkait epos Pangeran Purbaya, yang merupakan putra pendiri Kerajaan Mataram Islam, Panembahan Senopati.

Diolah dari berbagai sumber, kala itu Raden Purbaya mendapat titah langsung dari ayahnya, Panembahan Senopati, untuk membuka daerah baru atau babad alas di wilayah hutan Kedu, yang berada di sebelah barat Sungai Progo.

Dalam menjalankan tugasnya itu, Raden Purbaya mendapat gangguan dari raja jin yang berkuasa di hutan Kedu. Jin itu selalu mengganggu dan banyak menimbulkan banyak korban manusia.

Raden Purbaya pun diminta untuk menangkap raja jin itu. Dalam usahanya, Raden Purbaya menggunakan strategi pengepungan rapat atau pagar betis, yang dalam bahasa Jawa disebut atepung-tumeglang. Kata “atepung tumugelang” inilah yang kemudian menjadi asal usul atau asale nama Magelang.

Baca juga: Asal Usul Jepara Dijuluki Kota Ukir Dunia

Berdasar Babad Tanah Jawi, sebuah sastra berbentuk tembang macapat berbahasa Jawa, yang berisi sejarah pulau Jawa, Raden Purbaya atau Pangeran Purubaya, merupakan putra Panembahan Senopati dengan anak perempuan Ki Ageng Giring.

Ia dikenal sebagai salah satu putra Panembahan Senopati yang memiliki ilmu kesaktian tinggi. Pangeran Purbaya hidup sampai zaman pemerintahan Amangkurat I. Ia meninggal dunia pada Oktober 1676 saat ikut menghadapi pemberontakan Trunajaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya