SOLOPOS.COM - Launching atraksi prajurit Keraton Solo di kompleks Keraton Kasunanan Surakarta, Sabtu (6/11/2021) siang. (Solopos/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO — Asal usul Keraton Solo atau Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tidak lepas dari pemilihan Desa Sala oleh penguasa Kerajaan Mataram Islam kala itu, Paku Buwono (PB) II. Setelah Keraton Kartasura rusak akibat geger pecinan tahun 1740-an, PB II memutuskan mencari lokasi baru sebagai pusat pemerintahan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

PB II kemudian mengirim tim untuk mencari lokasi yang tepat guna mendirikan keraton baru. Pada tahap pencarian lokasi baru itu awalnya ada tiga lokasi yang diusulkan tim. Ketiga lokasi tersebut yaitu Desa Talawangi atau Kadipolo, Desa Sonosewu di Mojolaban, dan Desa Sala.

Tiga pujangga Keraton Mataram di Kartasura, yakni Kiai Yosodipuro, Pangeran Wijil, dan Tumenggung Honggowongso, yang mencari lokasi itu. Mereka juga yang mengkaji kelayakan tiga lokasi tersebut sebagai tempat baru Keraton.

Baca Juga: Sejarah Solo: Saat Keraton Pindah 1745, Amerika Masih Koloni Inggris

Singkat cerita, dari ketiga lokasi tersebut, Desa Sala yang dipilih dan menjadi asal usul berdirinya Keraton Solo. Pemilihan Desa Sala, menurut sejumlah cerita tidak sembarangan, melainkan dengan alasan kuat.

Ketua komunitas pencinta sejarah Solo Societeit, Dani Saptoni, menjelaskan ada beberapa alasan Desa Sala dipilih. Salah satunya hasil meditasi tiga pujangga Keraton Mataram Kartasura yang mengarahkan agar lokasi yang dipilih tersebut Desa Sala.

“Dipilih Sala karena waktu meditasi ada satu wisik, panggonan iku pokoke rejo meskipun keraton nanti gari sak megare payung. Mereka semedi di pinggir Kedung Kol sisi utara, kalau sekarang ya Kampung Yosodipuran,” terangnya, Kamis (10/2/2022).

Baca Juga: Sejarah Solo: Sikap Plin-Plan PB II dan Pemberontakan di Keraton Baru

Mimpi Ditemui Kiai Bathang

Selain pertimbangan hasil semedi ketiga pujangganya, PB II dalam menentukan Sala sebagai lokasi baru dan menjadi asal usul berdirinya Keraton Solo juga mendasarkan cerita dari penguasa desa saat itu, Ki Gede Sala. Cerita itu terkait mimpi Kiai Sala yang ditemui Kiai Bathang.

Kiai Bathang merujuk sesosok mayat laki-laki yang hanyut di kali dan ditemukan oleh Ki Gede Sala. Mayat itu lantas diambil dan dirukti atau diperlakukan layaknya jenazah pada umumnya. Jenazah Kiai Bathang selanjutnya dimakamkan di wilayah Sala.

“Nah lewat mimpi, Kiai Bathang dikisahkan berterima kasih. Dia ngomong sama Ki Gede Sala, suatu saat nanti Sala akan jadi tempat yang rejo, dan dia akan jadi pelindung tempat itu. Akhirnya Sala ditetapkan sebagai lokasi Keraton Kartasura,” katanya.

Baca Juga: Sejarah Kerbau Bule Milik Keraton Solo, Ternyata Hewan Kesayangan PB II

Disinggung siapa sosok Kiai Bathang dalam cerita asal usul Keraton Solo sebenarnya, menurut Dani, dia adalah Raden Pabelan dari Kerajaan Pajang. Diduga Raden Pabelan sengaja dibunuh oleh pihak tertentu, lalu jenazahnya dibuang ke kali. Jenazah Kiai Bathang hanyut ke Sala.

“Masih banyak alasan lain terkait pemilihan Desa Sala. Misalnya kalau dari tradisi Jawa, lokasi Sala dekat dengan dengan dua sungai, Kali Pepe dan Bengawan Sala. Kondisi seperti itu merupakan sumber energi kuat dalam tradisi spiritual Jawa,” ujarnya.

Dani menerangkan keberadaan Sungai Bengawan Solo juga menjadi pertimbangan penting merujuk strategi militer atau pertahanan. “Sala dekat Bengawan atau dermaga, dekat transportasi. Kalau ada apa-apa akan mudah untuk melarikan diri,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya