SOLOPOS.COM - Seni ukir Jepara. (Indonesia.go.id)

Solopos.com, JEPARA — Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, dikenal dengan kerajinan kayu ukir yang memiliki sejarah panjang. Saking terkenalnya, kerajinan tersebut membuat Jepara dijuluki sebagai Kota Ukir Dunia.

Sejak abad ke-19, Jepara telah dikenal sebagai produsen mebel dan ukiran di Indonesia. Produksi mebel dan ukiran bahkan telah menjadi bagian dari budaya, seni, ekonomi, sosial, dan politik yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat.

Promosi BRI Sukses Jual SBN SR020 hingga Tembus Rp1,5 Triliun

Sejarah panjang julukan Kota Ukir Dunia yang disematkan pada wilayah Jepara telah dibahas dalam berbagai artikel jurnal penelitian. Salah satunya karya Oktavianus Marti Nangoy dan Yunida Sofiana dari jurusan desain interior Binus University, dalam artikel bertajuk Sejarah Mebel Ukir Jepara yang dikutip Solopos.com, Selasa (26/4/2022).

Prabu Brawijaya

Kemasyhuran seni ukir Jepara menurut legenda berkaitan dengan Prabu Brawijaya dari Majapahit. Suatu ketika sang raja ingin melukis istrinya dalam keadaan tanpa busana. Dia pun memanggil pelukis dan pengukir bernama Prabangkara atau yang dikenal dengan nama Joko Sungging.

Ekspedisi Mudik 2024

Prabangkara pun diberi tugas melukis permaisuri tanpa boleh melihatnya. Dia harus melukis melalui imajinasi sang raja. Meski terkesan mustahil, Prabangkara berhasil menyelesaikan lukisan itu dengan baik.

Baca juga: Punya 36 Seluncuran, Kolam Renang di Jepara Ini Terbesar Se-Jateng

Akan tetapi setelah lukisan selesai, ada seekor cicak yang mengeluarkan kotoran di lukisan itu. Ironisnya, tahi cicak itu menempel di bagian tubuh permaisuri dalam lukisan yang sesuai dengan aslinya.

Melihat hal tersebut, sang raja marah. Dia menuduh Prabangkara melihat permaisuri tanpa busana di luar pengawasannya. Sang raja lantas menghukum Prabangkara dengan mengikatnya di layang-layang dan menerbangkannya.

Layang-layang itu pun kemudian mendarat di belakang gunung bernama Mulyoharjo di Jepara. Sejak saat itulah Prabangkara pun memulai kehidupan baru di Jepara dan mengajarkan kemampuannya kepada warga sekitar yang dilestarikan sampai saat ini.

Ratu Kalinyamat

Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1521-1546), jejak seni ukir di Kota Jepara sudah ditemukan sekitar tahun 1549. Sang ratu memiliki anak perempuan bernama Retno Kencono yang berperan besar dalam perkembangan seni ukir. Selain itu kerajaan yang dipimpin Ratu Kalinyamat ini memiliki pengukir andalan, yakni Sungging Bandarduwung dari Campa yang berkedudukan sebagai patih.

Sepeninggal Ratu Kalinyamat, seni ukir di Jepara pun stagnan dan berkembang lagi pada masa Kartini. Kala itu Kartini memanggil beberapa pengrajin seni ukir dari Belakang Gunung untuk membuat ukiran di kadipaten. Barang-barang itu kemudian dijual ke Semarang dan Batavia.

Baca juga: 4 Wisata Peninggalan RA Kartini di Jepara

Lambat laun, ukiran produksi warga Jepara ini pun dilirik oleh pemerintah Hindia Belanda. Bahkan Kartini sering menjadikan ukiran Jepara sebagai suvenir yang dikirimkan kepada sahabat penanya di luar negeri.

Sejak saat itulah seni ukir dari Kota Jepara kian mendunia dan berhasil memasuki pasar internasional. Bahkan sampai saat ini ukiran dari Jepara selalu dipandang sebagai yang terbaik di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya