SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Washington — Para petinggi Amerika Serikat (AS) mengadakan rapat sehubungan dengan krisis di Semenanjung Korea. Hasilnya, AS sepakat berkoordinasi dengan sekutunya Korea Selatan (Korsel) untuk merespon tiap aksi Korea Utara (Korut).

Seperti dilansir dari Reuters, Rabu (24/11) para petinggi AS yang mengikuti rapat itu adalah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton, Menhan AS Robert Gates, Penasihat Keamanan Nasional Obama Tom Donilon dan Panglima Tentara AS Laksamana Mike Mullen.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Presiden AS Barack Obama sendiri tidak hadir dalam pertemuan itu karena sedang mengunjungi pembangkit listrik di negara bagian Indiana.

Hasil dari rapat itu, Menhan Robert Gates menghubungi Menhan Korsel Kim Tae-young bahwa AS melihat bahwa serangan artileri Korut itu sebagai pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri perang Korea tahun 1950-1953.

“Dan menyampaikan apresiasi untuk pengendalian yang ditunjukkan Pemerintah Korsel,” ujar Jubir Pentagon Geoff Morrel.

Sementara Presiden Korsel Lee Myung-bak mewanti-wanti Korut jika masih terus memprovokasi, maka Korsel akan memberikan respon kuat walaupun belum ada indikasi Korsel untuk balas dendam.

“Saya pikir pembalasan dendam yang hebat adalah penting untuk membuat Korea Utara tidak mampu memprovokasi kita lagi,” ujar Lee dalam kunjungannya ke Markas Tentara di Seoul.

Lee juga bertemu pejabat keamanan Korsel di bungker di kompleks Kantor Kepresidenan.

Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) saling tuding siapa terlebih dahulu menembakkan senjata ke wilayahnya masing-masing. Keadaan kedua negara ini makin tegang.

Sementara Korut mengatakan Korsel yang memulai inisiatif untuk menembak terlebih dahulu dalam latihan militernya. Korut membalas dengan serangan setelah memberikan beberapa peringatan.

Korut menembakkan sekitar 200 peluru artileri ke Pulau Yeonpyeong di wilayah Korsel. Ini adalah serangan terburuk sejak kedua negara bertetangga ini melakukan gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea pada 1953.

Serangan ini terjadi seiring kedatangan utusan AS ke kawasan itu menyusul sikap Korut yang melanjutkan pengayaan uranium. AS khawatir Korut akan membuat bom atom.

Sekitar 70 rumah terbakar di Pulau Yeonpyeong akibat dibombardir Korut. Sementara para warga diungsikan ke dalam bungker atau keluar pulau dengan perahu nelayan.


dtc/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya