SOLOPOS.COM - Petani cabai rawit di Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Boyolali, memanen di ladangnya, Minggu (29/1/2023). Akibat hama patek, panen cabai anjlok. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Nasib apes dialami warga Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, yang panen cabai rawitnya anjlok gara-gara serangan hama patek. Tak tanggung-tanggung, anjloknya sampai 95%.

Misalnya luas lahan 1.000 meter persegi yang seharusnya bisa menghasilkan 1 kuintal cabai sekali petik anjlok hingga tinggal 5 kilogram (kg). Salah satu petani, Painu, 38, mengaku hama patek menyebar cepat di ladangnya yang seluas 800 meter persegi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Biasanya kalau waktu normal begitu, dengan lahan seluas 800 meter persegi saya bisa panen sekali petik 50 sampai 60 kilogram,” ujarnya ketika berbincang dengan Solopos.com di ladangnya, Minggu (29/1/2023).

Painu menambahkan gara-gara hama patek menyerang tanaman cabai di ladangnya, ia hanya bisa panen 5 kg cabai sekali petik atau sekitar 90%. Sisa cabai yang terserang hama patek terpaksa dibuang karena berbahaya jika dikonsumsi manusia.

Agar serangan hama patek menyebar luas dan panen cabai semakin anjlok, petani asal Mriyan, Boyolali, itu sempat berusaha untuk membuat fungisida nabati hingga menggunakan bahan kimia. Namun, usahanya tidak membuahkan hasil.

Hama patek semakin kuat dan menular ke hampir seluruh tanaman cabainya. Tak hanya jumlah produksi yang anjlok, harga cabai rawit juga ikut anjlok. Painu mengungkapkan harga cabai di tingkat petani hanya Rp18.000 per kilogram per Minggu itu.

panen cabai boyolali
Petani cabai rawit di Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, Kecamatan Tamansari, Boyolali, menunjukkan cabai yang terkena hama patek, Minggu (29/1/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Ia menjelaskan penurunan harga tersebut terjadi secara bertahap. Pada Jumat (27/1/2023) masih Rp21.000 per kilogram, lalu pada Sabtu (28/1/2023) turun jadi Rp20.000 per kilogram.

“Walaupun ini anjlok, panennya jelek, tapi tertolong sampai panen-panen sebelumnya. Sempat itu panen maksimal, harga per kilogramnya menyentuh Rp30.000,” kata dia.

Terkait naik turunnya harga cabai rawit di Boyolali, Painu menduga hal tersebut dikarenakan panen raya. Saat ini, kata dia, termasuk panen raya sehingga harganya anjlok.

Bernasib sama, salah satu petani di Dukuh Gumuk, Edi, 73, mengaku dari 1.000 meter persegi ladangnya hanya menghasilkan 5 kilogram cabai sehat. “Panen musim ini jelek sekali. Pas waktu normal begitu bisa satu kuintal, sekarang turun drastis hanya lima kilogram,” keluhnya.

Puluhan kilogram cabai yang terkena hama patek langsung ia buang di lereng dekat ladangnya. Lebih lanjut, ia menceritakan terakhir menjual cabai sehari yang lalu dengan harga jual Rp20.000 per kilogramnya. “Saya sebagai petani hanya bisa berdoa semoga panen cabai selanjutnya bisa lebih baik,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya