SOLOPOS.COM - Kawah Telaga Kuning Gunung Lawu 1925. (KITLV)

Solopos.com, KARANGANYAR — Gunung Lawu sudah tidur cukup lama sejak kali terakhir erupsi di 28 November 1885, atau sudah lebih dari 136 tahun. Tak adanya aktivitas vulkanis membuat sejumlah orang bertanya apakah Gunung Lawu masih aktif?

Menurut catatan Smithsonian Institution, tanggal 1 Mei 1752 Gunung Lawu pernah terjadi erupsi. Akan tetapi, data pendukung mengenai letusan tersebut kurang kuat sehingga dicoret dari catatan sejarah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut artikel yang ditulis Arif Muchlisin di karanganyarkab.go.id, yang dikutip solopos.com, Jumat (3/6/2022)Gunung Lawu merupakan salah satu bagian dari sabuk gunung api berumur Kuarter (< 2,6 juta tahun yang lalu) di Jawa. Gunung api Kuarter terbentuk akibat subduksi (tumbukan) antara lempeng Samudera Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng Benua Eurasia.

Contoh gunung api Kuarter di Jawa selain Gunung Lawu yaitu Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Slamet, Gunung Sindoro-Sumbing, Gunung Arjuna, Kompleks Pegunungan Bromo-Tengger, dan lain lain.

Gunung api-gunung api Kuarter ini apabila kita lihat melalui google maps¸ maka akan membentuk tren (kelurusan) yang mengarah dari barat hingga timur.

Baca Juga: Peringatan Buat Pendaki, Suhu di Puncak Gunung Lawu 3 Derajat Celsius

Secara administrasi, Gunung Lawu yang puncaknya setinggi 3265 mdpl (meter di atas permukaan laut) berada di perbatasan 2 provinsi, yaitu Jawa Tengah (Kabupaten Karanganyar) dan Jawa Timur (Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan).

Gunung ini termasuk gunung api tipe B yakni gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengalami erupsi magmatik, namun gunung api ini masih memperlihatkan gejala seperti adanya solfatara (fumarol yang mengeluarkan gas-gas belerang). Gunung api tipe B dapat mengalami erupsi kembali setelah beberapa ratus tahun mengalami dorman (istirahat).

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogja memperingatkan penduduk yang tinggal di sekitar gunung yang telah lama dinyatakan tidak aktif agar waspada.

“Dalam ilmu kegunungapian, tak ada jaminan gunung berapi mati. Suatu saat, tidak tahu kapan, bisa aktif kembali,” ujar Kepala BPPTKG Subandriyo saat ditemui Harian Jogja, dalam wawancara pada 22 November 2013 silam.

Baca Juga: Brrr…Suhu Terdingin di Puncak Lawu Bisa Sampai Minus Segini

Buktinya, Gunung Sinabung di dataran tinggi Karo, Sumatera Utara, yang sudah tidur 400 tahun kembali meletus pada September 2013 lalu. Gunung Sinabung merupakan gunung api tipe B. Gunung api tipe B adalah gunung api yang dinyatakan tidur atau tidak aktif sejak tahun 1.600.

Hal serupa, lanjut Subandriyo, juga pernah terjadi pada Gunung Pinatubo, Filipina. Gunung tersebut selama 600 tahun tercatat tidak pernah memiliki kegiatan vulkanik apapun. Namun pada Juni 1991, gunung itu bangkit lagi. Gunung api dengan tipe yang sama di Jawa Tengah, yakni Gunung Lawu di Karanganyar.

“Gunung-gunung itu dalam geologi masuk dalam kategori gunung muda. Gunung muda, mungkin bisa aktif kembali,” ujarnya.

Di Gunung Lawu, menurut Subandriyo, aktivitas yang masih bisa dirasakan adalah terdapatnya bau belerang. Ketika berada di atas gunung di puncak Argodumilah, di bawah puncak itu terdapat tanah lapang. “Tanah lapang itu dulu adalah kawah Gunung Lawu.”

Baca Juga: Peringatan Buat Pendaki, Suhu di Puncak Gunung Lawu 3 Derajat Celsius

Berdasarkan penelitian dengan metode vulkanostratigrafi yang dilakukan oleh Dudi Hermawan dan Lano Adhitya Permana, Gunung Lawu memiliki dapur magma yang cukup besar. Magma adalah batuan yang meleleh dan masih tersimpan di kantong magma di dalam kerak bumi.

Sedangkan, lava adalah magma yang telah mencapai permukaan bumi dan mengalir keluar dari gunung berapi. Sementara lahar adalah lava yang mengalir di permukaan bumi dan telah tercampur dengan air, lumur, dan batuan.

Mengaca data-data di atas, bisa ditarik benang berah bahwa Gunung Lawu masih aktif dan bisa meletus kapan saja. Kapan akan meletus? Tidak ilmuwan yang bisa memperkirakan seperti halnya kita tak bisa memprediksi terjadinya gempa bumi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya