SOLOPOS.COM - Ilustrasi pasangan kehilangan gairah seks. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Ramai diperbincangkan resesi seks yang belakangan ini menghantui China, fenomena apa itu? Simak ulasannya di tips kesehatan reproduksi kali ini.

Dengan adanya fenomena yang terjadi di China tersebut menyebabkan angka kelahiran terus merosot, bahkan kabarnya diprediksi akan kembali mencetak rekor di tahun ini.  Mengutip dari berbagai sumber, per tahun 2021, angka kelahiran berada di 7,52 per 1.000 individu, hal tersebut merupakan angka terendah yang terjadi di negara tersebut sejak tahun 1949. Data terbaru di tahun 2022 menyebutkan bahwa angka mencapai 11,5 persen lebih rendah dari tahun lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Akibatnya, tingkat kelahiran di China menurun ke level terendah sejak tahun 1960-an. Bahkan, dikatakan angka kelahiran di China pada  2020 merupakan yang terendah dalam 43 tahun terakhir.

Baca Juga: Muncul Rambut Putih di Area Kemaluan, Ini Penyebabnya

Apa itu resesi seks? Istilah tersebut merujuk pada kondisi di mana banyak pasangan mengalami penurunan gairah untuk berhubungan seks, menikah, dan memiliki anak. Para ahli demografi mengungkapkan bahwa fenomena ini disebabkan oleh rendahnya jumlah wanita yang ingin berhubungan seks, menikah, dan memiliki anak.

Berikut adalah beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab resesi seks, dikutip dari halodoc.com pada Senin (28/11/2022):

1. Ketidaksiapan Finansial

Berdasarkan survei, salah satu alasan wanita di Tiongkok tidak mau menikah adalah karena mereka tidak bisa membiayai pernikahan, dan tidak mau menanggung beban ekonomi akibat memiliki anak.

Apalagi selama masa pandemi Covid-19 kemarin China telah menerapkan kebijakan Zero Covid-19 tanpa kompromi, demi mengatasi serangan penyakit tersebut. Hal itu membuat banyak warga di China kehilangan pendapatan.

Baca Juga: Usia Menopause Wanita Indonesia

2. Menurunnya Tingkat Pernikahan

Selain masalah finansial, sepertiga responden survei juga mengungkapkan bahwa mereka tidak percaya pada pernikahan. Bahkan, persentase yang sama mengatakan bahwa mereka tidak pernah jatuh cinta. Mungkin itulah mengapa jumlah pasangan yang menikah di Cina dalam tiga kuartal pertama menurun sebanyak 17,5 persen.

Pada Oktober lalu, Liga Pemuda Komunis Tiongkok mengeluarkan publikasi yang menyatakan bahwa hampir setengah atau 50 persen wanita muda yang tinggal di daerah perkotaan negara tersebut tidak mau menikah.

3. Tingginya Tuntutan Pekerjaan

Setelah mengetahui apa itu resesi seks, ketahui alasan lain yang juga berpengaruh besar terhadap resesi seks di China yaitu adanya budaya kerja 9-9-6. Artinya, pegawai dituntut bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam, selama enam hari dalam sepekan.

Baca Juga: Mengenal Vasektomi sebagai KB Pria di Hari Vasektomi Sedunia

Budaya kerja tersebut paling terlihat di perusahaan-perusahaan digital yang besar. Para pekerja di sana merasa tidak bebas untuk memulai sebuah keluarga. Kelelahan dan stres akibat jam kerja yang panjang juga bisa menurunkan gairah seksual.

4. Pandemi  Covid-19

Pandemi juga memiliki pengaruh terhadap keinginan wanita untuk memiliki anak. Sebuah laporan terpisah dari PBB China mengatakan, bahwa pandemi juga membuat para wanita di China memiliki kekhawatiran yang tidak berdasar mengenai vaksin Covid-19 yang bisa memengaruhi janin. Ditambah lagi dengan kesulitan menjalani kehamilan atau merawat bayi, karena aturan pembatasan yang ketat selama pandemi.

Baca Juga: Waspada Child Grooming, Pintu Masuk Predator Seksual Perdayai Korban

Akibatnya, pasangan yang berencana memiliki anak menunda rencana tersebut. Sedangkan pasangan yang masih ragu untuk memiliki anak, sudah menundanya tanpa batas waktu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya