SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas toko perhiasan emas (JIBI/Solopos/Reuters)

Solopos.com, SOLO–Seringkali saat akan membeli perhiasan di toko emas akan diberi pertanyaan untuk memilih emas muda atau emas tua.

Konsumen akan diberi dua pilihan akan emas yang akan dibeli. Ternyata usut punya usut, perbedaan emas muda dan emas tua hanya mengenai penamaan. Dan itu pun hanya terdengar di Indonesia.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Dilansir Solopos.com dari Galeri24.co.id, Sabtu (14/5/2022), kadar emas tua itu merupakan istilah masyarakat untuk menyebut emas dengan kadar emas lebih dari 70%. Sementara emas muda di bawah kadar itu. Selain itu, kadar emas tua merujuk pada warna emas yang semakin kuning dan pekat.

Seperti diketahui, emas dihitung dengan satuan karat. Bila mendapati suatu emas memiliki kadar 24 karat, maka kandungan emasnya benar-benar 99,99% logam emas (Au).

Emas 18 karat, kadar yang umum pada banyak perhiasan, berarti mengandung 75% emas murni dan 25% campuran bahan lain untuk mengeraskannya—bisa jadi logam, tembaga, atau bahkan seng.

Baca Juga: Pakai Perhiasan Emas Bisa Picu Gangguan Kesehatan? Ini Penjelasannya

Dengan begitu, yang bisa disebut emas muda adalah emas dengan kadar logam emas murni (Au) di bawah 70% alias 17 karat ke bawah.

Lantas bagaimana cara mengecek perbedaan emas muda dan emas tua?

Langkah pertama mengecek bagian dalam perhiasan. Ada cetakan angka-angka tertentu seperti 700 dan 750 (yang berarti perhiasan mengandung emas 70% dan 75%), atau 550 dan 450 (alias 55% dan 45%).

Meski begitu, paling amannya bisa melihat di sertifikat yang disertakan ketika membeli perhiasan tersebut.

Di sana, akan tertera identitas, kadar, bentuk, dan informasi-informasi lain mengenai perhiasan tersebut. Sebuah keuntungan yang bisa Anda dapatkan jika membeli perhiasan di tempat-tempat legal dan terpercaya.

Baca Juga: Cara Merawat Perhiasan Emas Agar Tak Cepat Kusam

Apakah Emas Tua Selalu Lebih Baik?

Semakin “tua” atau pekat kadar emas, warna kuningnya akan semakin pekat dan menyilaukan. Sayangnya, kecantikan ini tidak diimbangi dengan tingkat kepadatan.

Logam emas (Au) murni cenderung agak lunak, mudah leleh jika terkena panas berlebih dan bengkok karena tekanan. Karena itulah, para pengrajin perhiasan mencampurnya dengan logam lain seperti tembaga atau seng.

Semakin tinggi kadar emas pada suatu perhiasan, semakin cantik warnanya dan semakin mahal harganya. Ini karena emas masih menjadi salah satu ore alias bongkahan logam paling langka di dunia, di atas perak.

Kualitas perhiasan paling premium biasanya dibuat dari campuran 75% emas dan 25% perak, menghasilkan perhiasan dengan warna emas super mengilat dan sangat cantik ketika diterpa cahaya.

Baca Juga: Warga Wonogiri Buru Perhiasan Emas Jelang Lebaran, Alasannya?

Meskipun demikian, kaum milenial atau investor perhiasan yang lebih muda biasa tak berkeberatan dengan campuran-campuran yang lebih “murah”. Alasannya, yang seperti itu biasanya menghasilkan perhiasan emas dengan biasa warna tertentu.

Sebagai contoh, 75% emas, 20% tembaga, dan 5% seng akan menghasilkan warna pink gold, jenis emas yang sedikit berbias merah jambu meski tidak mengilat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya