SOLOPOS.COM - Bupati Wonogiri, Joko Sutopo (kiri), meninjau pelaksanaan vaksinasi dosis ketiga atau booster bagi orang lansia di pendapa rumah dinasnya kompleks Setda Wonogiri, Jumat (14/1/2022). (Solopos.com/Rudi Hartono)

Solopos.com, JAKARTA — Program pemberian vaksin Covid-19 lanjutan atau booster untuk masyarakat umum secara gratis sudah dimulai pemerintah sejak Selasa (11/1/2022). Pelaksanaannya di daerah tergantung kesiapan dan ketersediaan stok vaksin masing-masing.

Mengutip laman indonesia.go.id, Dalam memberikan booster, menurut Menteri Kesehata Budi Gunadi Sadikin, pemerintah mempertimbangkan soal ketersediaan vaksin yang ada di tahun ini. Pemerintah juga mempertimbangkan hasil riset yang dilakukan oleh para peneliti dalam dan luar negeri, yang membuktikan kombinasi vaksin bisa memberikan efikasi (kemujaraban) yang sama atau bahkan lebih baik. Artinya pemberian vaksin booster dengan jenis yang berbeda dengan vaksin primer (dosis 1 dan 2) diperbolehkan.

Promosi BRI Siapkan Uang Tunai Rp34 Triliun pada Periode Libur Lebaran 2024

Pemerintah pun memberlakukan jurus kombinasi untuk vaksinasi booster tersebut. Langkah ini sudah disetujui Badan POM serta para pakar Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Kemenkes kini menerapkan jurus kombinasi vaksin (heterolog) untuk program booster.

Baca Juga: Terima Vaksin Covid-19 Booster, Warga Lansia Solo: Saya Jadi Tenang

Ekspedisi Mudik 2024

Pada saat ini, kebijakan heterolog itu dijalankan dalam dua jurus. Rezim pertama, bagi orang yang menerima vaksin primer dari Sinovac, maka booster-nya ialah setengah dosis vaksin Pfizer atau setengah dosis AstraZeneca, tergantung ketersediaan. Bisa dicatat pula, sebagian besar vaksin primer yang diterima warga di 2021 adalah Sinovac.

Namun, bila vaksin primer yang diterima AstraZeneca, yang berlaku ialah rezim kedua. Yakni untuk mereka akan diberikan booster berupa setengah dosis vaksin Moderna.

‘’Ini adalah kombinasi awal vaksin booster yang akan kita berikan berdasarkan ketersediaan vaksin yang ada, dan juga hasil riset yang sudah disetujui oleh Badan POM dan ITAGI,’’ kata Menkes, dilaman Indonesia.go.id yang dikutip Jumat (15/1/2022).

Bagaimana dengan mereka yang menerima vaksin primer dari Moderna, Sinopharm, Sputnik-V (Rusia), Janssen (Belgia), atau Convidecia (China), yang juga sudah masuk ke Indonesia dan mendapat Emergency Use Authorizarion (EUA) dari BPOM? Bagaimana pula booster untuk anak usia 12–17 tahun dan anak 6–11 tahun?

Baca Juga: Stok Terbatas, Vaksin Booster di Solo Hanya Cukup untuk 400 Orang

“Nantinya bisa berkembang, tergantung kepada hasil riset baru yang masuk dan juga ketersediaan vaksin yang ada,” ucap Menkes Budi.

Sikap WHO

Secara resmi WHO telah mengeluarkan edaran terkait soal ini. Dalam pernyataan terbuka bertajuk “Interim Statement on Booster Doses for COVID-19 Caccination”, 22 December 2021, WHO mengakui bahwa penguatan vaksin itu juga diperlukan, karena efektivitas vaksin itu menyusut seiring dengan waktu. Secara rata-rata efikasi vaksin menciut 8% untuk mencegah keparahan Covid-19 pasca-enam bulan vaksinasi.

Untuk kelompok usia di atas 50 tahun, daya tangkal vaksin atas keparahan dampak infeksi menyusut 10%. Pada kelompok usia 50 tahun ke atas itu, daya tangkal vaksin terhadap gejala ringan dan sedang menyusut 32% setelah enam bulan menjalani suntikan dosis kedua.

Baca Juga: Penyuntikan Vaksin Booster di Madiun Dimulai, Warga Ini Diprioritaskan

Dengan keterbatasan vaksin di dunia, WHO pun mendukung vaksin booster secara homolog (dengan vaksin sama pada suntikan 1, 2, dan booster), atau heterolog (vaksin booster berbeda jenis). Dengan penelitian atas sejumlah emergency use listing (UEL), WHO menyatakan bahwa booster heterolog itu mampu memberikan manfaat. Aturan teknisnya diserahkan ke masing-masing negara.

Panduan WHO itu disambut baik banyak negara, termasuk Indonesia. ‘’WHO memberi keleluasaan kepada masing-masing negara untuk bisa menerapkan program vaksin booster, yang sesuai dengan kondisi ketersediaan vaksin dan logistik pada negara pelaksana vaksin booster,’’ ujarnya.

Menurut Menkes pula, sejumlah penelitian dari dalam dan luar negeri telah menunjukkan bahwa vaksin booster heterolog bisa meningkatkan antibodi yang relatif sama, atau bahkan lebih baik dibanding vaksin booster homolog.

Baca Juga: Ini Vaksin Booster Bagi Penerima 2 Kali Vaksin AstraZeneca

Tak hanya itu, data ilmiah juga menunjukkan bahwa booster setengah dosis pun bisa meningkatkan peningkatan level antibodi yang relatif sama dengan vaksin booster dosis penuh. Selain itu memberikan dampak kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) yang lebih ringan. Manfaat lainnya, dengan separuh dosis berarti lebih banyak lagi cakupan vaksin booster yang bisa dicapai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya