SOLOPOS.COM - Sejumlah petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo menyalurkan air bersih dari mobil tangki ke bak penampungan air bersih yang terbuat dari terpal di Desa Ngreco, Kecamatan Weru, Kamis (24/9/2020). (Istimewa/Tohir)

Solopos.com, SUKOHARJO – Krisis air bersih meluas ke sejumlah desa di wilayah Kecamatan Weru dan Tawangsari, Sukoharjo, saat musim kemarau. Masyarakat yang berdomisili di daerah rawan kekeringan didorong agar menanam pohon beringin dan trembesi yang mampu menyimpan cadangan air hujan saat musim penghujan.

Wilayah Sukoharjo bagian selatan yakni Kecamatan Bulu, Weru, dan Tawangsari menjadi daerah langganan kekeringan dan krisis air bersih saat musim kemarau. Di wilayah Kecamatan Weru, hampir sebagian daerah krisis air bersih. Masyarakat setempat kesulitan mendapatkan air bersih untuk mandi, mencuci, dan memasak.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kini, krisis air bersih meluas ke Desa Tawang, Kecamatan Weru dan Desa Kedungjambal, Kecamatan Tawangsari. Sebelumnya, masyarakat di Dusun Tugusari, Desa Kamal, dan Dusun Gampingan, Desa Ngasinan, Kecamatan Bulu kesulitan mendapatkan air bersih sehingga mengajukan permohonan bantuan air bersih ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo.

Baca Juga: Nilai Ekspor Solo Terus Menurun 10 Tahun Terakhir, Ada Apa?

“Kami telah mengirim bantuan air bersih ke Desa Tawang, Kecamatan Weru dan Desa Kedungjambal, Kecamatan Tawangsari. Biasanya, air bersih disimpan di bak penampungan air yang terbuat dari terpal. Warga setempat mengambil air bersih yang disimpan di bak penampuangan air secara bergantian,” kata Kepala Pelaksana BPBD Sukoharjo, Sri Maryanto, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Senin (23/8/2021).

Sri menyebut pembangunan sumur bor menjadi solusi alternatif untuk mengatasi krisis air bersih di daerah rawan kekeringan. Masyarakat bisa memanfaatkan air sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih saat musim kemarau.

Selain itu, masyarakat didorong untuk berpartisipasi dalam pencegahan krisis iar bersih dengan menanam pohon beringin dan trembesi. Pohon beringin mampu menyimpan cadangan air pada musim penghujan dan mengeluarkannya pada musim kemarau. Begitu pula pohon trembesi yang memiliki kemampuan menyerap air tanah.

“Masyarakat juga bisa membuat lubang resapan biopori gun amenyerap air tanah di pekarangan rumah. Masyarakat didorong lebih aktif mengantisipasi krisis air bersih saat musim kemarau,” ujar dia.

Saat ini, lanjut Sri, krisis air bersih di wilayah Sukoharjo bagian selatan tak seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Masyarakat memanfaatkan sumur bor dan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas). Kondisi ini juga dipengaruhi menyusutnya kebutuhan air bersih saat penerapan Pemberlakuaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). “Tak ada lagi masyarakat yang menggelar hajatan pernikahan. Otomatis, kebutuhan air bersih berkurang drastis dibanding sebelum muncul pandemi Covid-19.”

Baca Juga: Pemebalajaran Tatap Muka Bagi Sekolah di Zona Hijau

Kepala Desa Tawang, Kecamatan Weru, Maryanto, mengatakan masyarakat di Dusun Babalan dan Tawang kesulitan mendapatkan air bersih sejak beberapa pekan lalu. Sejatinya, ada sumur dalam di kedua dusun itu namun debit airnya menyusut saat musim kemarau.

Padahal, masyarakat membutuhkan air bersih setiap hari. “Jumlah keluarga yang kesulitan mendapatkan air bersih di Dusun Babalan dan Tawang sebanyak 159 keluarga. Kami sudah mengajukan permohonan bantuan ari bersih ke BPBD Sukoharjo,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya