SOLOPOS.COM - - Brem kelor produksi Romadhon, pengrajin brem dari Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

Solopos.com, MADIUN – Kalau biasanya variasi brem didominasi rasa buah-buahan dan cokelat, apa jadinya jika makanan itu dibuat dengan rasa daun kelor? Penasaran dengan rasanya?

Anda bisa mencicipi makanan unik tersebut yang dibuat oleh pembuat brem dari Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Romadhon, 40.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia mencoba menciptakan variasi rasa baru brem dengan bahan herbal yakni daun kelor. Setelah melakukan berbagai percobaan, akhirnya ia berhasil meracik brem yang diberi ekstrak daun kelor.

Saat dicicipi, tidak ada perbendaan yang sangat kentara dari brem tersebut dengan lainnya. Rasanya manis, sedikit asam, dengan sensasi rasa daun kelor di dalamnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Cerita Warga Mimpi Ketemu Mbah Petruk dan Wangsit Soal Erupsi Merapi

Kalau warna brem pada umumnya putih kekuning-kuningan, tetapi untuk brem kelor ini warnanya lain, yakni putih kehijauan.

Bagi yang belum tahu, Desa Kaliabu merupakan desa produsen brem di Kabupaten Madiun. Hampir seluruh brem yang dijual di pasaran diambil dari Desa Kaliabu.

Romadhon mengatakan pembuatan brem kelor ini tidak ada bedanya dari pembuatan brem pada umumnya. Pembedanya hanya ada di pencampuran serbuk ekstrak daun kelor.

“Untuk pembuatan bremnya sama, mulai dari ketan dimasak sampai matang. Terus diberi ragi sampai jadi sari ketannya. Kemudian diberi serbuk daun kelor,” kata dia saat ditemui Madiunpos.com di rumahnya, Sabtu (21/11/2020).

Dapur Warga Ngargoyoso Jebol Diterjang Longsor

Bapak dua anak ini menceritakan sebenarnya ia telah memproduksi brem daun kelor sejak 2017 lalu. Tetapi, brem jenis ini tidak terlalu laku di pasaran.

Masyarakat masih terngiang dengan mitos daun kelor yang biasanya digunakan untuk memandikan jenazah. Padahal daun kelor ini memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan tubuh. Daun kelor kaya akan antioksidan dan senyawa tanaman bioaktif.

“Kandungan kelor di brem ini juga tidak hilang. Itu sudah kami buktikan setelah diuji di laboratorium di Surabaya,” ujar Romadhon.

Geger! Warga Batang Temukan Uang Rp23 Juta Tercecer di Saluran Irigasi

Dia mengungkapkan ide pembuatan brem daun kelor ini berawal dari permintaan seorang kiai Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (Pomosda) Nganjuk, Jawa Timur. Hal ini karena pondok tersebut sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan tanaman herbal, termasuk daun kelor.

Saat ini sebagian besar produksi brem kelornya dijual di Pomosda Nganjuk. Sedangkan untuk di wilayah Madiun, brem kelor ini belum begitu diminati.

“Ya karena itu mitos tentang daun kelor ini kan ada sisi mistisnya. Sales yang biasanya menjualkan produk saya juga tidak berani mengambil brem kelor. Padahal di Nganjuk, brem kelor ini sangat laku,” katanya

Spanduk Habib Rizieq di Solo Dicopot Petugas

Meski demikian, Romadhon tidak langsung menghentikan produksi brem kelor ini. Menurutnya justru di sini tantangannya untuk mengenalkan produk brem herbal tersebut. Dia meyakini ketika masyarakat tahu manfaat daun kelor pasti mau menikmati brem varian rasa ini.

Untuk harga brem kelor ini, lanjutnya, memang lebih mahal dibandingkan brem lainnya. Satu bungkus berisi satu keping brem kelor dihargai Rp2.500, sedangkan untuk brem originial harganya Rp4.000 untuk satu bungkus berisi tiga keping.

“Untuk brem kelor ini, saya membuatnya sepekan sekali. Sekitar 500 keping dalam sekali produksi,” ujar Romadhon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya