SOLOPOS.COM - Lima anggota Komisioner KPU Wonogiri memakai atribut budaya jawa saat menyambut tamu di acara pengundian nomor urut pasangan calon bupati dan wakil bupati Wonogiri di halaman KPU Wonogiri, Kamis (24/9/2020). (Solopos/M. Aris Munandar)

Solopos.com, WONOGIRI -- Komisi Pemilihan Umum atau KPU Wonogiri mengusung konsep budaya dan seni dalam melaksanakan tahapan pengundian nomor urut pasangan calon bupati dan wakil bupati Wonogiri.

Tahapan pengundian nomor urut paslon dilaksanakan di halaman Kantor KPU Wonogiri, Kamis (24/9/2020). Dalam acara tersebut lima Komisioner KPU Wonogiri yang terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan kompak memakai baju lurik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Komisioner laki-laki memakai blangkon, sedangkan komisioner perempuan mengenakan bawahan kebaya bermotif batik. Ketua KPU Wonogiri, Toto Sihsetyo Adi, mengatakan konsep budaya diusung sebagai wujud atau simbol bahwa KPU tengah mempunyai hajatan, dalam istilah Jawa lagi nduwe gawe.

Membaca Karakter Anak dari Jam Lahir, Cek Sekarang!

"Ibaratnya kami sedang nduwe gawe atau mantu untuk mengantarkan putra terbaik Wonogiri untuk menjadi pemimpin Wonogiri lima tahun ke depan," kata Toto kepada Solopos.com, di sela-sela acara, Kamis.

Ia mengatakan, konsep budaya atau punya hajat sudah dimulai sejak tahapan pendaftaran. Saat itu KPU memasang janur di pintu masuk kantor. Janur itu sebagai simbol bahwa KPU bakal nduwe gawe.

Pakaian lurik yang dikenakan komisioner, menurut dia, sebagai simbol kebudayaan dan kepribadian orang jawa. "Meski saat ini zaman sudah maju, informasi dan teknologi sudah berkembang pesat, jangan sampai lupa terhadap kebudayaan daerah," ungkap dia.

Toto menambahkan, prosesi pengundian juga menampilkan simbol-simbol budaya jawa seperti kendi dan gunungan. Selain itu juga mempertontonkan alat musik biola.

"Kendi dan gunungan merupakan simbol tradisi filosofi jawa yang tinggi. Keduanya memberi arahan semangat peserta yang tengah berkontestasi di pilkada. Sekeras apapun kontestasinya jangan melupakan budaya. Berpolitik secukupnya, persaudaraan selamanya," ungkap dia.

Makna paslon memecah Kendi Ronce yakni memecah pamor Wonogiri supaya terkenal di seantero jagad yang ujungnya meningkatkan relasi perdagangan dan meningkatkan produktivitas masyarakat Wonogiri.

Sedangakan Gunungan dalam istilah pewayangan disebut "Kayon", yang berasal dari kata "Kayun". Gunungan mengandung filsafat tentang ajaran mengenai kebijaksanaan. Hal ini mengandung makna bahwa seluruh pasangan calon adalah tokoh-tokoh yang bijakasana.

Nilai Tinggi

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Wonogiri Tahun 2020 adalah pertunjukkan kontestasi berisikan pelajaran yang tinggi nilainya. Sedangkan adegan memainkan Biola oleh kedua paslon sebagai simbol bahwa politik adalah seni dan demokrasi merupakan simphony.

Artinya, ketika penyelenggara, masyarakat dan peserta pemilu dapat menjalankan tugasnya masing-masing serta dapat memberikan kontestasi yang baik, maka ujung dari sebuah politik dan demokrasi adalah orkestra kehidupan yang dapat di dengar, di rasa dan dilihat dengan nyaman.

"Kami berharap Wonogiri bisa membuat pertunjukan demokrasi yang menarik. Sehingga bisa menjadi contoh dalam prosesi demokrasi melalui pilkada tahun ini," kata Toto.

Bupati Klaten Sri Mulyani Segera Cuti, Siapa Pejabat Sementara Penggantinya?

Toto menambahakan, kedua paslon sepakat akan membentuk Satuan Tugas Covid-19 dalam tim pemenangannya. Dalam waktu dekat KPU bakal melakukan bimbingan teknis kepada Satgas yang dibentuk dari kedua paslon.

"Kami akan beri pelatihan dengan anggota Satgas Covid-19 Wonogiri. Supaya Satgas dari paslon bisa menertibkan protokol kesehatan di setiap kegiatan dan tim pemenangannya," kata Toto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya