SOLOPOS.COM - Pengasuh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Bimo sedang mengasuh bayi, Selasa (17/11/2015). (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Anak terlantar coba diatasi dengan program PSAA.

Harianjogja.com, SLEMAN-Sebelum tahun 2012, Kepala Panti Asuhan Sosial Anak (PSAA) Bimo, Endang Iriyanti, menjelaskan PSAA masih menerima pengasuhan anak dengan latar belakang ekonomi lemah. Banyak orang tua yang sengaja menitipkan anaknya ke panti karena tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup anak termasuk pendidikannya.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Setelah pada tahun 2012 dikeluarkan Peraturan Menteri Sosial (Permensos) No.33 tentang Standar Pengasuhan Anak, PSAA tidak menerima pengasuhan dengan alasan seperti itu.

“Kalaupun keluarga tidak mampu tapi asuhan terbaik tetap di keluarga. Baik itu sama buliknya, simbahnya atau siapapun. Jadi mulai 2012 kita tidak menerima lagi,” kata Endang di kantornya.

Peraturan tersebut membuat kapasitas anak asuh berkurang. Maka untuk mencapai target asuhan 140 anak seperti dalam ketentuan, PSAA mengembangkan pengasuhan untuk balita.

Hingga saat ini ada 10 bayi di bawah usia dua tahun yang diasuh di PSAA. Sementara di atas dua tahun ada lima anak. Selain di Bimomartani, PSAA juga berkantor di Gunung Kidul. Di sana ada dua anak di atas usia dua tahun yang diasuh.

Balita yang ditangani di PSAA Bimo merupakan rujukan Dinsos DIY. Salah satu rujukan yang baru terjadi minggu lalu adalah kasus penelantaran anak atas nama Raihan, 4, yang diduga ditelantarkan orang tuanya.

Raihan dititipkan pada seorang warga Kota Jogja pada tanggal 2 November. Namun sampai 9 November, Raihan tak segera diambil orangtuanya. Oleh pihak yang bersangkutan, kejadian itu kemudian dilaporkan ke Dinsos DIY dan sementara waktu Raihan dititipkan di PSAA Bimo selama masa assesment

“Sekarang baru proses assesment. Biasanya hasilnya lima hari lagi. Tapi juga tergantung anaknya karena ada pula yang tiga tahun baru ketemu hasil assesmentnya,” kata Endang.

Selain balita, PSAA juga mengasuh anak dan remaja. Mereka datang dengan permasalahan yang komplek. Seperti ditelantarkan orang tua, korban kekerasan keluarga, dan hasil penjangkauan atau penyisiran Dinsos DIY. Total ada 85 anak yang diasuh PSAA Bimo. Sementara pengasuhan di Panti Gunung Kidul ada 42 anak. Endang mengatakan, dari 85 anak tersebut sekitar 50% berasal dari Sleman.

Kepala UPT Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sleman, Is Cahyawati, mengatakan pihak UPT pernah mengirimkan rujukan ke PSAA pada 2013. Anak tersebut dianggap tidak aman dari keluarganya karena kelahirannya merupakan hasil hubungan di luar nikah.

Menurutnya, UPT P2TP2A melakukan rujukan ke PSAA ketika ada anak atau orang tua yang melahirkan bayi namun orang tua merasa bingung atas pengasuhannya. Orang tuanya mungkin merasa malu dan takut dengan anggota keluarganya sehingga untuk sementara waktu bayi yang dilahirkan dititipkan di PSAA.

“Titip pun ada batas waktunya maksimal satu bulan. Kalau berjalannya waktu orangtuanya menyerahkan pada pemerintah atau malah mau diambil kembali ya bisa,” kata Is.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya