SOLOPOS.COM - Hendri Satrio (Twtter @satriohendri)

Solopos.com, JAKARTA -- Kasus saling ralat pernyataan anak buah Presiden Jokowi menimbulkan spekulasi, di antaranya Ali Mochtar Ngabalin dan Fadjroel Rahman dikorbankan. Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menyoroti masalah komunikasi di lingkup Istana ini.

Hendri menilai hal itu menandakan manajemen komunikasi yang masih belum ideal. Hal ini menilik kasus pernyataan-pernyataan garda depan juru komunikasi istana yang kerap diralat atasannya. Misalnya kasus Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman dan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mobil Kecelakaan dan Terbakar, Wakil Jaksa Agung Meninggal Dunia

"Suka atau tidak suka, sistem komunikasi istana itu lemah sekali. Sistem komunikasi di istana tidak smooth. Terutama dari sumber-sumber informasinya. Apa yang terjadi, semisal kasus Ngabalin dan Fadjroel, bukan berarti sistem komunikasi Istana kita tuduh jelek, tidak juga," ujar Hendri, Sabtu (4/4/2020).

Ekspedisi Mudik 2024

Hendri menduga saling ralat anak buah Jokowi ini disebabkan beberapa kemungkinan. Salah satunya, Fadjroel dan Ngabalin memang dikorbankan untuk menutupi kesalahan.

Kepala BNPB: Corona di Indonesia Capai 27.307 Kasus saat Akhir April

"Tapi mungkin salah satu contoh tidak menggunakan sumber yang kredibel atau memang [mereka] dikorbankan untuk salah sebut," katanya.

Menurut Hendri, kedua kemungkinan ini sama-sama bisa menjadi indikator kelemahan komunikasi Istana, terutama soal kebijakan virus corona. Apabila garda depan komunikasi Istana memberi pernyataan dengan tidak menggunakan sumber yang kredibel, artinya protokol penyampaian informasi publik di Istana tak ketat.

Faisal Basri: Luhut Pandjaitan Lebih Berbahaya dari Virus Corona

Cek Ombak?

"Apa yang terjadi dengan Ngabalin dan Fadjroel ini kan harusnya diputuskan dulu apakah akan ditampilkan ke publik harus firm betul. Jadi terlihat sekali memang ada gagap komunikasi di internal Istana dengan dua atau tiga kejadian ini," jelasnya.

Dia juga mengungkap kemungkinan Fadjroel dan Ngabalin memang sengaja dikorbankan pihak Istana demi "cek ombak" ke publik. Jika hal itu terjadi, maka kata Hendri, mengindikasikan Istana masih suka meralat kebijakannya sendiri.

KSP Bantah Ngabalin Soal Staf Positif Corona, Ini Penjelasannya

"Ini kan mereka ada di garis depan, bisa saja kemudian mereka dikorbankan untuk sebuah kebijakan yang diralat. Gitu," imbuhnya.

Lebih lanjut dia menyatakan sistem komunkasi di Istana seharusnya diperbaiki. Sebelum menyampaikan informasi ke publik, tim komunikasi di di Istana juga harus memastikan kebijakan terkait.

Rudy: Jokowi Tidak Melarang Mudik, Jadi Mumet Aku!

Sebelumnya, Mensesneg Pratikno meralat ucapan Fadjroel Rachman yang menyebut Jokowi "tidak melarang mudik" menjadi "mengimbau tidak mudik". Sehari kemudian, pernyataan Ngabalin bahwa ada satu staf Kantor Staf Presiden (KSP) positif Covid-19, diralat oleh pejabat KSP lainnya. Inilah yang menimbulkan spekulasi Fadjroel dan Ngabalin dikorbankan dalam kebijakan/pernyataan pemerintah yang berubah-ubah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya