SOLOPOS.COM - Para peserta FGD Kurikulum Cek Fakta dan Literasi Berita di Sekolah yang digelar AMSI berfoto bersama seusai menggelar diskusi di Hotel Patra, Kota Semarang, Jumat (3/6/2022). (Solopos.com-AMSI)

Solopos.com, SEMARANG — Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) mendorong agar cek fakta dan literasi berita masuk dalam kurikulum pendidikan di sekolah. Hal ini terungkap dalam diskusi terfokus atau forum group discussion (FGD) bertajuk “Kurikulum Cek Fakta & Literasi Berita di Sekolah” yang digelar AMSI di Patra Convention Hotel Semarang, Jumat (3/6/2022).

Diskusi yang melibatkan sejumlah pelaku, pengamat, dan pengambil kebijakan pendidikan di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu berlangsung cukup menarik. Belasan peserta yang selama FGD dibagi dua kelompok menunjukkan semangatnya sejak pagi.

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

“Semua peserta sungguh penuh energi, terus bersemangat hingga acara selesai. Pesertanya juga variatif, mulai dari guru sampai doktor yang sangat paham dunia pendidikan,” ujar fasilitator FGD, Dewi Sari, seusai acara.

Perempuan yang dikenal sebagai Chief Operating Officer (COO) Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) itu memulai diskusi dengan meminta peserta mendata berbagai informasi keliru atau hoaks yang berkembang di sekolah. Ia lalu meminta peserta mengategorikannya sebagai misinformasi atau disinformasi.

Perlu diketahui, misinformasi adalah informasi salah yang tersebar dan dipercayai kebenarannya. Sementara, disinformasi merupakan informasi tidak benar yang sengaja disebarkan untuk tujuan tertentu.

Baca juga: Tingkatkan Literasi, AMSI Ajak Insan Pendidikan Perangi Hoaks di Sekolah

Berdasarkan temuan tersebut, Dewi pun meminta kedua kubu untuk menguji informasi dengan melakukan adopsi cek fakta dan literasi berita, kemudian mempresentasikannya ke hadapan seluruh peserta diskusi.

“Setelah dipresentasikan, peserta diberi waktu 20 menit untuk memetakan permasalahan ini serta membuat analisis SWOT. Mereka juga kami minta untuk memetakan langkah-langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya, kemudian diakhiri dengan membuat kesimpulan,” tandas perempuan berjilbab ini.

Peluang Masuk Kurikulum

Seusai makan siang, Rini Yustiningsih yang juga merupakan fasilitator FGD memaparkan hasil rumusan kedua kelompok. Pemimpin Redaksi Solopos itu mengatakan, seluruh peserta sepakat merekomendasikan Cek Fakta dan Literasi Informasi, sebelumnya literasi berita, untuk diberikan di sekolah atau masuk dalam kurikulum pendidikan di sekolah.

“Cek Fakta dan Literasi Informasi wajib diberikan kepada semua siswa dari seluruh jenjang pendidikan serta menjadi kurikulum,” serunya.

Baca juga: Bahaya Rokok Akan Masuk ke Kurikulum Sekolah

Rini menambahkan, untuk memasukkannya ke dalam kurikulum di sekolah, beberapa hal juga sudah dipetakan para peserta. Langkah pertama adalah melakukan riset masalah dengan membuat pemetaan kesesuaian kurikulum Cek Fakta dan Literasi Informasi dengan melibatkan siswa, guru, dan stakeholders pendidikan.

“Selanjutnya, melakukan sosialisasi kepada stakeholders pendidikan. Kemudian, membuat FGD yang melibatkan berbagai pihak, termasuk anak-anak,” paparnya.

Setelah FGD dilakukan, Rini melanjutkan, langkah berikutnya adalah analisis kesesuaian kurikulum, kemudian menyusun perangkat kurikulum, bahan ajar, dan modul. Selanjutnya adalah kajian bedah modul, diikuti validasi dan uji pelatihan pada guru.

“Terakhir, validasi dan uji publik. Kurikulum ini juga berpeluang menjadi perda (peraturan daerah), baik level kabupaten/ kota aatau provinsi,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya