Solopos.com, SALATIGA – Usianya masih remaja, 15 tahun. Namun, Yehezkiel Eka Putra sepertinya sudah mengalami beban kehidupan yang teramat berat.
Sejak tujuh tahun lalu, ia sudah tak bisa bermain seperti anak seumurannya. Kedua kakinya diikat dengan kain yang ditautkan di dipan hingga membuatnya tak bebas bergerak.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Heru Tri Suseno, paman remaja lelaki itu mengatakan hal itu terpaksa dilakukan keluarga. Alasannya, tak lain karena Kiki, sapaan Yehezkiel Eka Putra, mengalami gangguan jiwa sehingga kerap aneh. Tingkah itu pun kerap membahayakan keselamatan diri Kiki dan orang lain.
Ada 34 Pasien Positif Covid-19, Kasus Colomadu Tertinggi di Karanganyar
“Kalau tidak ditali [diikat], sering keluar rumah dan lari tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ia juga memakan benda apa pun yang dipegang,” ujar Heru kepada wartawan di rumahnya di Dusun Nobokulon RT 002/RW 010, Kelurahan Noborejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Kamis (23/7/2020).
Sementara itu, ibu Kiki, Jumirah, 45, merupakan seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Selain itu, Jumirah juga memiliki kelemahan fisik akibat menderita penyakit polio.
Akibatnya, Jumirah pun tak bisa merawat anaknya secara maksimal. Alhasil, mengikat kedua kaki Kiki pun menjadi opsi yang dijalankan.
Hanya 4 Menteri Berkinerja Baik, Pelaku Usaha Dorong Reshuffle Kabinet
Heru mengatakan tali yang mengikat Kiki tak pernah dilepas. Pihaknya hanya melepas sesekali saat akan memandikan Kiki atau saat bocah tersebut tertidur.
“Waktu dilepas, ibunya juga sering ditarik-tarik sampai bajunya robek. Apalagi ibunya juga menderita polio sehingga tubuh bagian kanan tak berfungsi sempurna,” tutur Heru.
Memprihatinkan
Namun penderitaan Kiki pun mulai reda. Ia sudah bergerak bebas setelah tim Masyarakat Relawan Indonesia-Aksi Cepat Tanggap (MRI-ACT) Jawa Tengah (Jateng) menjemputnya, Rabu (22/7/2020).
Surprise! Pelajar SMKN 1 Karanganyar Dihadiahi Laptop saat HAN
Kiki dijemput dan dibawa ke RSJ dr. Soerojo, Magelang, untuk menjalani perawatan. Sementara, sang ibu dibawa ke Yayasan Terang Bangsa.
Ketua RT 002/RW 010 Nobokulon, Listyanto, membenarkan kondisi keluarga Jumirah sangat memprihatinkan. Namun, pihaknya tak tutup mata dengan memasukkan keluarga Jumirah dalam daftar penerima bantuan dari pemerintah.
“Rumah yang ditempati mereka juga sudah mendapat bantuan dua kali. Sehingga, sudah masuk kategori layak huni. Lantainya juga sudah dikeramik,” tutur Listiyanto.
Tangkal Virus Corona, Dosen Undip Ciptakan Alat Sterilisasi Udara
Wali Kota Salatiga, Yuliyanto, mengaku sudah mendapat laporan tentang kondisi Kiki dan ibunya, Jumirah. Bahkan, pihak Puskesmas Cebongan kerap berkunjung untuk melakukan pemeriksaan.
“Namun semenjak pandemi Covid-19, kunjungan dari Puskemas Cebongan dihentikan. Tapi, sudah beberapa kali petugas melakukan pemeriksaan,” tutur Yuliyanto.