SOLOPOS.COM - Terdakwa kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), Putri Candrawathi, memasuki ruangan untuk menjalani sidang lanjutan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (1/11/2022). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww)

Solopos.com, JAKARTA – Aktivis Jaringan Pembela Hak Perempuan Korban Kekerasan Seksual, Ratna Batara Munti, mengatakan selain Komnas Perempuan tak ada aktivis perempuan yang membela Putri Candrawathi dalam kasus Yosua.

Menurutnya, para aktivis perempuan tidak percaya dengan cerita Putri Candrawathi bahwa dirinya diperkosa oleh Brigadir Yosua.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu yang membuat tidak percaya adalah kondisi Yosua yang tidak berdaya dalam relasi kuasa Ferdy Sambo.

“Kami membela ibu Yosua. Ibu Yosua itu perempuah lho. Dia seorang ibu yang kehilangan anaknya dengan cara yang tragis. Dia yang kami bela,” ujar Ratna seperti dikutip Solopos.com dari acara Rossi di kanal Youtube KompasTV.

Baca Juga: Bharada E Ngaku Diperintah Putri Bersihkan Sidik Jari dari Barang Brigadir J

Ratna mengatakan, berbagai kebohongan yang dilakukan Ferdy Sambo dan Putri membuat para aktivis perempuan yakin bahwa Yosua adalah korban.

Ia menegaskan, anggapan bahwa perempuan selalu menjadi korban adalah salah. Dalam kasus Yosua, Putri Sambo meskipun seorang perempuan tetapi memiliki relasi kekuasaan yang besar.

Baca Juga: Sambo Tuding Eliezer Libatkan Istrinya dalam Kasus Penembakan Yosua

Pada kasus Putri Sambo, papar Ratna, ada banyak indikasi yang menunjukkan ia memiliki banyak privilege atau keistimewaan yang tidak dialami korban kekerasan seksual lainnya, seperti laporan yang cepat diproses hingga adanya relasi kuasa dengan almarhum Brigadir Yosua Hutabarat.

Baca Juga: Harta Ferdy Sambo Tak Terlacak, KPK: Cuma Belum Klarifikasi Saja

“Dia punya semuanya. Semuanya dulu orang yang sangat berkuasa, terbukti begitu lapor kekerasan seksual langsung diterima. Kami mendampingi begitu banyak korban kekerasan, tidak serta merta laporan kami diterima. Perlu perdebatan sengit sebelum akhirnya diterima, itu pun tidak selalu. Kemudian secara logika, apa mungkin Yosua berani melakukan kekerasan seksual terhadap istri atasannya yang sudah tua, sementara di rumah itu ada ajudan-ajudan lainnya. Tidak masuk akal,” katanya.

Apalagi, hasil poligraf Putri Candrawathi, Ferdy Sambo dan Kuat Ma’ruf menunjukkan mereka terindikasi kuat berbohong.

Baca Juga: Tak Hanya Serentak Bantah Eliezer, Sambo dan Putri juga Kompak Bersuara Lirih

Di persidangan, sejumlah keganjilan soal motif kekerasan seksual juga terungkap.

Putri Candrawathi saat dicecar hakim dan jaksa banyak menjawab “tidak tahu, tidak ingat, hingga menyebut sedang “tidak sehat” untuk sesuatu yang ia alami sendiri.

Majelis hakim harus berulang kali mengulang pertanyaan untuk memastikan bahwa Putri Sambo tidak berbohong.

Tidak hanya pengakuannya yang diragukan sebagai korban kekerasan seksual, Putri bahkan disebut oleh saksi Bharada Richard Eliezer berperan aktif menghilangkan jejak sidik jari Sambo.

Baca Juga: Eliezer: Putri Candrawathi Ikut Bersihkan Sidik Jari Almarhum Yosua

“Kami sependapat dengan LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban) yang menolak pengajuan perlindungan dari Putri. Berbeda dengan Komnas Perempuan, LPSK mempunyai kewenangan hukum untuk memeriksa Putri yang hingga detik terakhir tidak bisa terealisasi karena Putri tidak kooperatif. Artinya indikasi Putri bukan korban kekerasan seksual sangat kuat. Bahkan kami menduga dalam hal ini Yosua adalah korbannya,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya