Solopos.com, KARANGANYAR — Sumur Emas di Dusun Grenjeng, Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, selalu menjadi sumber air minum rujukan warga sekitar.

Sumber air yang diperkirakan sudah ada sejak ratusan tahun lalu ini memang tidak pernah surut. Meskipun musim kemarau dan airnya diambil puluhan orang setiap hari, airnya akan tetap ada.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga: Bencana Tahunan! Sumur Kering, Warga Desa di Ponorogo Butuh Air Bersih

Ekspedisi Mudik 2024

Air dari sumur ini juga sangat jernih dan segar sehingga disukai warga. Sumur Emas memang cukup dikenal tidak hanya di kalangan warga Desa Dayu, namun juga warga desa lain yang sering memanfaatkan airnya.

Seperti dari Tuban, Krendowahono, Rejosari, dan Jatikuwung. Bahkan, pada musim kemarau, sebagian warga Solo di bagian utara dan Boyolali di bagian timur datang ke Sumur Emas ini untuk mengambil airnya.

Hingga saat ini pun mata air tersebut masih dimanfaatkan warga sepanjang tahun. Setiap hari, puluhan warga silih berganti mengambil air dari Sumur Emas yang berjarak sekitar 450 meter dari Balai Desa Dayu tersebut.

Baca Juga: Pemdes Dayu Karanganyar Kembangkan Ekosistem Wisata, Modalnya dari Iuran Masyarakat

Sugiman, warga Desa Krendowawono, Kecamatan Gondangrejo, mengaku sudah sekitar 15 tahun memanfaatkan air Sumur Emas tersebut. Sumur ini menjadi satu-satunya sumber air terdekat yang layak dikonsumsi dibandingkan air sumur warga.

Untuk keperluan keluarganya sendiri, Sugiman tidak pernah memasak air dari Sumur Emas untuk dikonsumsi. Ia juga mengaku tidak pernah mengalami sakit perut atau sakit lainnya yang biasa disebabkan air yang kotor.

Warga lainnya, Parjono, 56, asal Desa Rejosari, Kecamatan Gondangrejo, mengatakan sudah lima tahun mengonsumsi air Sumur Emas. Berbeda dengan Sugiman, Parjono tetap lebih dulu memasak air Sumur Emas sebelum dikonsumsi. Siapa pun bisa mengambil air dari Sumur Emas. Tidak ada biaya yang dikenakan.

Namun bagi warga dari luar desa, sekali datang biasanya memberikan antara Rp1.000-Rp2.000. Ada juga yang memberikan Rp1.000 per jeriken yang diambil. Uang donasi warga itu kemudian dikelola warga setempat. Sementara itu, di lokasi sumber air terdapat papan yang ditutup kaca yang berisi salinan sertifikat hasil pengujian air Sumur Emas.

Sertifikat itu dikeluarkan UPT Laboratorium Terpadu Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Dalam sertifikat tertanggal 16 Oktober 2020 tersebut, terdapat beberapa parameter pengujian fisika dan kimia. Hasil pengujian air itu disandingkan dengan baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 22/2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua dan Pemandian Umum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya