SOLOPOS.COM - Anak-anak bermain di Dam Colo, Nguter, Sukoharjo. (Solopos-Dok.)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Pintu air Dam Colo Timur telah dibuka, namun hingga kini debit air tidak mampu mengalir keluar. Hal ini berdampak pada masa tanam (MT) I di Sukoharjo yang diperkirakan mundur hingga Januari 2020 mendatang.

Tahun-tahun sebelumnya, MT I sudah dilakukan serentak oleh para petani pada pertengahan Oktober. Namun saat ini belum ada MT I karena kondisi air masih kering.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

"Dalam kondisi normal semestinya sejak 15 Oktober lalu, aliran dari Dam Colo telah dibuka dan mengalir. Tapi sampai sekarang karena tinggi muka air (TMA) di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri masih di bawah batas maka air tidak bisa mengalir," kata Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Colo Timur, Jigong Sarjanto, Rabu (27/11/2019).

Masih rendahnya TMA di waduk dikarenakan pasokan air di sana masih sangat minim. Sebab intensitas hujan di wilayah atas di Wonogiri yang selama ini menjadi penyuplai air di waduk masih rendah sehingga belum mampu untuk mengairi sawah.

"Kalau diolah tidak ada air yang jelas-jelas menyulitkan petani. Banyak yang puso akibat kondisi ini. Tetapi mau bagaimana lagi, kondisinya memang seperti itu dan tidak bisa dipungkiri," ujarnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo Netty Harjanti mengakui pintu air Dam Colo timur telah dibuka. Namun, debit air tidak bisa mengalir keluar sehingga petani hanya bisa mengandalkan sumur dalam.

Netty terus mengimbau agar petani tidak nekat menanam padi apabila sumber air belum ada. Kecuali jika memiliki cadangan air seperti sumur dalam.

"Lebih baik menunggu musim hujan saja jika ingin tanam. Karena diperkirakan dua dasarian akhir baru hujan. Kalau bisa mengolah tanah kering dulu. Sehingga kalau musim hujan tiba bisa langsung untuk menanam," terangnya.

Merujuk data terdapat dua ribuan hektare lahan rusak akibat kekeringan. Netty mengaku pihaknya memberi rekomendasi pengolahan lahan terlebih dahulu. Sedangkan luasan lahan yang mengalami puso hingga September 2019 mencapai 1.306 hektare akibat kekeringan.

Berbagai upaya terus dilakukan Pemkab untuk mengantisipasi dan mengatasi persoalan tersebut. Salah satunya dengan menyiapkan suplai bantuan air dengan memanfaatkan sumur dalam milik Pemkab.

Selain itu petani juga mulai melakukan upaya pompanisasi untuk menyuplai kebutuhan air di area persawahannya.

"Kami sudah berulang kali sampaikan kepada petani di sawah tadah hujan tidak nekat menanam padi. Tapi masih saja ada yang nekat sehingga puso," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya