SOLOPOS.COM - Suasana larungan 25 kg nasi 14 bebek hidup di Bengawan Madiun, Jumat (13/11/2015). (Facebook-Rika Angel)

Agenda Madiun mencatatkan kegiatan larung di Sungai Bengawan Madiun.

Madiunpos.com, MADIUN — Sejumlah warga Kota Gadis menyaksikan kegiatan larungan di Sungai Bengawan Madiun, tepatnya di wilayah Kelurahan Nambangan Lor, Kecamayan Manguharjo, Kota Madiun, Jawa Timur (Jatim), Jumat (13/11/2015) mulai sekitar pukul 13.00 WIB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Larungan di Kali Bengawan Nambangan Lor, Kecamatan Manguharjo hari ini pukul 13.00 WIB,” tulis pengguna akun Facebook Rika Angel mengabarkan kegiatan larungan di grup Facebook Paguma (Paguyuban Madiun), Jumat sore. Dia menyebut kegiatan larungan itu dalam rangka melaksanakan tradisi Sura.

Pantauan Madiunpos.com di Facebook, Sabtu (14/11/2015) pagi, unggahan Rika Angel terkait informasi kegiatan larungan itu disukai 86 akun Facebook dan mendapat 39 komentar. Puluhan komentar tersebut mengarah pada perdebatan membahas kaidah pelaksanaan kegiatan larungan yang terus digelar setiap tahun.

Ekspedisi Mudik 2024

Pengguna akun Facebook Wahyu Sri Hartini berharap tidak ada lagi korban meninggal di Bengawan Madiun setelah dilaksanakan kegiatan larungan 25 kg nasi dan 14 bebek hidup. “Smg gak ada korban lagi.. Seperti sebelum2nya.. Aamiin..,” tulis Wahyu Sri Hartini di dalam kolom komentar.

Sementara itu, pengguna akun Facebook Muchlass mempertanyakan alasan orang-orang melakukan kegiatan larungan yang membuang rezeki. “Masih ada ya orang-orang yang membuang rezeki?” tanya Muchlass.

Pertanyaan itu lantas ditanggapi Rika Angel yang menjelaskan larungan bukan untuk membuang rezeki, melainkan melaksanakan tradisi Jawa. Senada dengan Muchlass, pengguna akun Facebook Wiwin Winarsih Ummu Fiki menyesalkan kegiatan larungan yang membuang rezeki. “Iku tumpeng nasi ya? Duh sayangnya buang2 rezeki…,” tanggap Wiwin Winarsih Ummu Fiki.

Buang Sengkala

Suasana larungan 25 kg nasi 14 bebek hidup di Bengawan Madiun, Jumat (13/11/2015). (Facebook-Rika Angel)


Suasana larungan 25 kg nasi 14 bebek hidup di Bengawan Madiun, Jumat (13/11/2015). (Facebook-Rika Angel)

Rika Angel lantas kembali menjelaskan terkait maksud pelaksanaan larungan di Bengawan Madiun. “Iku ibaratnya buang sengkolo [membuang bencana] tradisi Jawa iku,” papar Rika Angel.

Pengguna akun Facebook Heru Prawito Gn mengusulkan pemerintah atau masyarakat lebih baik menyelenggarakan kegiatan keagamaan ketimbang larungan. “Tradisi elek kok diuri2. Coba buat kegiatan keagamaan atau dibagi2 jd fakir miskin pasti lebih bermanfaat. Ampun Gusti…!” komentar Heru Prawito.

Sementara itu, pengguna akun Facebook Seno Indrajit meminta semua pihak untuk menghargai tradisi orang Jawa. Menurut dia, kegiatan budaya jangan dikaitkan dengan agama.

“Selama mencampuradukan antara budaya dan keyakinan agama, sampai kiamat gak ada titik temu… Nyadrab, sekaten, larung atau apalah namanya di belahan Nusantara ini adalah kekayaan budaya asli kita. Memang ada yang bertentangan dgn agama sih tapi agama itu soal keyakinan dan gak bisa disinkronkan dengan budaya,” jelas Seno.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya