SOLOPOS.COM - Pemilik bangunan sepatu, Dedy Saryawan, berfoto dengan latar replika sepatu raksasa di Dukuh Berdug, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Senin (29/11/2021). (Solopos.com/Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, BOYOLALI—Dedy Saryawan membuat bangunan sepatu raksasa di dekat exit tol Boyolali.  Bangunan tersebut akan difungsikan sebagai tempat ibadah bagi umat Islam.

Dedy memang pencinta sepatu boot. Untuk membikin replika sepatu raksasa ini, ia mengukur sepatu miliknya lalu memperbesar dengan skala. Bangunan sepatu itu merupakan 700 kali perbesaran sepatu miliknya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Inspirasi ini bermula saat ia harus berpisah dengan orang terkasihnya pada 2011. Kehilangan pasangan ini membuatnya merasa seperti kehilangan sepatu kanannya. Ia lalu membuat replika raksasa sepatu kiri sebagai pengingat. Kini, ia sudah kembali mendapatkan “sepatu kanan” pada 2014.

Baca Juga: Wow, Ada Sepatu Raksasa di Dekat Exit Tol Boyolali

Ekspedisi Mudik 2024

Sepatu, menurut Dedy, memiliki filosofi yang dalam mengenai pentingnya menjaga pasangan dan persaudaraan. Sepasang sepatu selalu sederajat. Keduanya tidak pernah ada yang merasa lebih tinggi atau lebih rendah.

“Apabila satu hilang yang lain tidak memiliki arti. Walaupun tidak pernah jalan bergandengan, selalu yang satu di depan, dan yang lain di belakang. Tapi juga tidak akan pernah meninggalkan satu sama lainnya,” ujar Dedy saat ditemui wartawan di rumahnya Dukuh Berdug, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Senin (29/11/2021).

Kemudian, sepatu juga tak pernah berganti posisi. Keduanya saling melengkapi. Saat berjalan pun tidak pernah kompak, tapi tujuannya selalu sama. Yang menarik lainnya adalah bentuknya tidak sama persis tapi tetap serasi.

Baca Juga: Kabar Baik! Tahun Depan ASN Klaten Diguyur Tamsil Rp139 Miliar

Sepatu juga saling melengkapi. Kadang di depan, dan kadang di belakang. Sepatu yang di belakang berusaha mengimbangi yang di depan juga harus mengalah agar bisa diikuti.

“Sepatu, sejalan sampai tua. Filosofi sepasang sepatu ini bisa menjadi contoh yang baik bagi arti sebuah kebersamaan dan persaudaraan. Tidak pernah ganti pasangan walau sudah usang dan dimakan usia,” tutur Dedy.

 

Tempat Ibadah

Bangunan itu berada persis di tepi jalan tak jauh dari perempatan exit tol. Sepatu raksasa dari beton itu dibangun di lantai II. Di bawahnya ada sebuah ruang kosong yang depannya berdinding kaca. Ada pula sebuah loker dengan kunci menempel dan beberapa meja dan kursi.

Baca Juga: Cegah Covid-19 saat Nataru, Uji Petik Siswa-Guru di Klaten Digencarkan

Bangunan itu bukan rumah. Pemiliknya mendesain sepatu itu sebagai tempat ibadah bagi umat Islam. Sebab, di sepanjang kawasan dari exit tol menuju Alun-alun Lor Boyolali belum ada fasilitas tersebut. Sedangkan, lantai I akan dimanfaatkan sebagai tempat usaha.

“Arahnya sudah ditata menghadap kiblat. Di sana akan dimanfaatkan jadi tempat ibadah,” kata Dedy.

Bangunan itu berdimensi 7 meter x 6 meter x 12 meter. Dedy sendiri yang mendesain semuanya dari mulai fondasi hingga replikasi sepatu yang diinginkan. Pembangunannya dimulai pada Februari 2020. Pembangunan rumah itu sempat terhenti akibat pandemi Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya