SOLOPOS.COM - Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki perjanjian dengan wali santri untuk tidak lapor polisi saat ada masalah, Selasa (6/8/2022). (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Solopos.com)

Solopos.com, PONOROGO — Fakta terkait kasus penganiayaan santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Ponorogo, Jawa Timur, hingga meninggal dunia terus mencuat. Santri berinisial AM meninggal dunia setelah dianiaya oleh temannya.

Namun, setelah kejadian itu terjadi, pihak Pondok Gontor tidak melaporkan para pelaku penganiayaan. Pihak pondok hanya mengeluarkan para santri yang melakukan penganiayaan itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pihak Pondok Gontor mengungkapkan alasan tidak melaporkan kasus penganiayaan santri ke ranah hukum. Sebab, sebelum masuk Pondok Gontor, orang tua santri sudah menandatangani perjanjian sebelum menyerahkan anak ke pondok.

”Ada poin-poin kesanggupan, salah satunya tidak lapor polisi,” kata Juru Bicara Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Noor Syahid, Senin (5/8/2022).

Baca Juga: Polisi Periksa 9 Saksi Kasus Santri Pondok Gontor Meninggal Dianiaya

Kasus itu baru diselidiki Polres Ponorogo setelah wali santri AM, Soimah mengadu ke pengacara Hotman Paris Hutapea saat tour ke Palembang. PMDG baru melaporkan secara resmi pada tanggal 5 September 2022.

Noor mengatakan sebenarnya tidak ada masalah apa pun ketika penyelesaian kasus tersebut di lingkup internal. Pihak Gontor juga menyanggupi untuk menjembatani pelaku dengan keluarga korban.

”Tapi ini kan butuh waktu, ibu korban tidak sabar menunggu dan ketepatan ada Hotman Paris Tour di Palembang,” ungkapnya.

Baca Juga: Santri Meninggal Dianiaya, Hotman Pertanyakan Sikap Pimpinan Pondok Gontor

Kronologi kejadiannya yaitu saat AM mengikuti kegiatan perkemahan Kamis Jumat (Perkajum) yang diadakan di Tamansari, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. AM juga ditunjuk sebagai ketua pelaksana Perkajum. Santri yang mengikuti kegiatan itu sekitar 300-500 orang.

Setelah rampung perkemahan itu, mereka bertugas untuk mengumpulkan barang pinjaman yang digunakan untuk berkemah selama hari Sabtu dan Minggu. Petugas bakal mengecek apakah ada barang yang hilang atau tidak dikembalikan oleh santri.

”Nah, pada hari  Senin itu dilakukan pemeriksaan apakah ada yang hilang, rusak, tertinggal, atau dicuri orang,” ucapnya.

Baca Juga: Ibu Santri Ungkap Pondok Gontor Sempat Bohong Terkait Penyebab Kematian Anaknya

Saat dicek, ternyata ada beberapa barang yang tidak kembali dan koordinator Pramuka menanyakan kepada korban dan rekan-rekannya. Namun, korban mengaku tidak mengetahuinya dan diduga jawaban itu memancing pelaku untuk melakukan kekerasan.

”Karena sebagai ketua harus bertanggung jawab penuh atas barang yang dipinjam,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya