SOLOPOS.COM - Pekerja memperbaiki gril saluran underpass Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo pada Kamis (18/3/2021). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, SUKOHARJO — Tahukah Anda terdapat peristiwa penuh mistis yang terjadi pada 1970-an, konon katanya menjadi asal usul nama sebuah desa di Kartasura, Sukoharjo, yakni Makamhaji.

Asal usul daerah yang berbatasan dengan Kota Solo ini tidak bisa lepas dengan dua nama, yakni seorang haji yang baik budinya bernama Kiai Haji Abdul Khodir dengan Dewi Lung Ayu, putri Sultan Hadiwijaya, Raja Kraton Pajang pada kala itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut informasi yang Solopos.com peroleh dari unggahan pemerhati sejarah Solo, KRMT L Nuky Mahendranata Nagoro atau biasa dikenal Kanjeng Nuky di Instagram, Abdul Khodir menjadi guru ngaji di Kraton Pajang. Ternyata Dewi Lung Ayu jatuh hati padanya.

Baca Juga: Segini Harga Tanah di Solo Baru, Tak Ada Apa-apanya dengan Colomadu

Karena takut akan murka raja bila terjadi asmara di antara putri raja dan kaum biasa maka kemudian Pak Haji tidak lagi datang mengajar ke kraton,” ujar Kanjeng Nuky.

Sejarah dan asal usul Makamhaji ini diceritakan, Sultan Hadiwijaya yang mengetahui Abdul Khodir tidak datang lagi ke kraton, ia penasaran. Sehingga dia memerintahkan prajuritnya untuk mendatangi kediaman guru ngaji yang seorang haji itu.

Baca Juga:  Kisah Cinta Sekar Kedhaton, Cikal Bakal Makam Pinggir Jalan Pajang Solo

“Kedatangan para punggawa kraton tadi nihil hasilnya. Karena sang guru memilih untuk bungkam dan tidak menceritakan perihal apa yang terjadi. Kedua kali, sang Sultan mengutus punggawa lagi dan menyuruh untuk ‘menyelesaikan’ masalah ini agar tidak terjadi ganjalan dan ketimpangan di dalam kraton,” urai dia.

Tetapi, kata ‘menyelesaikan’ menurut prajurit kraton diartikan berbeda. Prajurit kraton justru membunuh haji tampan tadi dan membuat Sulta Hadiwijaya terkejut.

Baca Juga: Ada Makam Pinggir Jalan di Pajang Solo, Empunya Siapa?

Asal Usul Makamhaji dan Peristiwa Mistis 1970

“Kemudian sang guru dimakamkan di utara Kraton Pajang. Sang putri, Dewi Lung Ayu yang mendengar pujaan hatinya terbunuh sangat bersedih, akhirnya sakit dan meninggal. Sang putri juga dimakamkan di area yang sama tapi berbeda lokasi, mengingat daerah ini merupakan area pemakaman keluarga raja,” tulis dia menceritakan asal usul dan sejarah Makamhaji.

Setelah kejadian itu, ada sebuah peristiwa mistis yang terjadi pada 1970-an. Hal ini terjadi ketika masyarakat memindahkan kerangka tubuh Dewi Lung Ayu ke samping makam Abdul Khodir. Pemindahan makam ini dilakukan atas dasar mimpi buruk yang dialami oleh masyarakat sekitar.

Saat dipindahkan ke samping makam Abdul Khodir, seorang penggali kubur yang disebutkan bernama Pak Di diminta untuk menikahkan Abdul Khodir dan Dewi Lung Ayu.

Baca Juga: Mitos Larangan Menikah Anak Pertama dengan Ketiga, Ada yang Percaya?

“Hingga dipasanglah tuwuhan kembar mayang dan uborampe pengantin yang dilakukan layaknya sebuah pesta pernikahan. Sore hari kemudian terjadilah angin besar yang merobohkan semua tuwuhan dan perangkat perkawinan tadi. Tapi anehnya pada pagi harinya, tuwuhan dll yang tumbang tadi sudah berdiri lagi seperti semula. Dan daerah makam Pak Haji ini disebut Makamhaji,” pungkas Kanjeng Nuky mengungkap asal usul Makamhaji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya