SOLOPOS.COM - Kondisi ponten atau MCK umum yang merupakan bangunan cagar budaya (BCB) peninggalan Mangkunagoro VII di pinggir Kali Pepe, Ngebrusan, Kestalan, Banjarsari, Solo, Senin (6/12/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Di pinggir Kali Pepe wilayah RT 002/RW 003 Kampung/Kelurahan Kestalan, Banjarsari, Solo, terdapat satu bangunan warna putih yang merupakan ponten atau sarana MCK kuno peninggalan Mangkunagoro VII.

Dari luar, bangunan tersebut lebih mirip candi ketimbang tempat buang hajat. Bangunan itu cukup megah dengan dinding tembok yang tebal dan tinggi serta cukup luas untuk ukuran tempat mandi cuci kakus (MCK). Gaya arsitektur Eropa sangat kental pada bangunan tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, bangunan yang disebut sebagai Ponten Mangkunagoro VII itu dirancang pada 1937 oleh arsitek Belanda, Thomas Karsten. Sesuai namanya, ponten itu berfungsi sebagai tempat MCK atau jamban bagi masyarakat sekitarnya.

Baca Juga: WCC Solo Jadi Wadah Terbesar Pesepeda Wanita Soloraya

Ponten atau MCK kuno di Kestalan, Solo, itu dibuat dengan desain terbuka dan denah simetris pada atap. Ada beberapa ruang untuk aktivitas MCK. Meski dibangun sekitar 80 tahun lalu, ponten tersebut telah menggunakan sistem sanitasi modern.

Pembangunan ponten tersebut atas perintah MN VII. Dari aspek arsitektur teknis dan ekologis, ponten MN VII disebut-sebut merupakan bentuk bangunan terbaik. Sekarang ini ponten itu diproyeksikan menjadi ikon sanitasi nasional yang bisa menjadi sarana pendidikan ekologi.

Ketua Solo Societeit, sebuah komunitas pencinta sejarah di Kota Solo, Dani Saptoni, menjelaskan desain bangunan dari Thomas Karsten memang menonjolkan ciri khas local wisdom yang dipadukan dengan gaya arsitektur Eropa.

Baca Juga: 3 Dokter UNS dan Sukarelawan Tim SAR Bakorlak Bertolak ke Lumajang

Sumber Air Kehidupan

“Kebanyakan seperti itu. Ponten Mangkunagoro VII ini mirip dengan bentuk gunungan, menunjuk kepada gunung yang merupakan simbol sumber air kehidupan dalam alam pikir tradisional,” tuturnya mengenai MCK kuno di Kestalan, Solo, tersebut, Senin (6/12/2021) pagi.

Dani tidak menampik bangunan Ponten Mangkunagoro VII yang dibangun sekitar tahun 1936-1937 sekilas mirip sebuah candi kecil. Saat berkeliling di wilayah itu, Solopos.com juga bertemu warga yang menyebut itu sebagai candi.

“MN VII kala itu membangun ponten sebagai fasilitas penyediaan air bersih warga sekaligus MCK. Sebab saat itu mewabah penyakit disentri dan kolera yang disebabkan konsumsi air bersih warga sangat minim,” terang Dani.

Baca Juga: Tokoh Difabel Kota Solo Dorong Kesetaraan Akses Pekerjaan

Dengan demikian dapat disimpulkan pembuatan ponten itu sebagai bentuk upaya penanggulangan wabah penyakit menular. Berbeda dengan fasilitas MCK lainnya, Ponten Mangkunagoro VII jauh dari kesan kotor, jorok, atau pun bau tak sedap.

Selain Ponten di Kestalan, menurut Dani, ada banyak fasilitas lainnya yang dibangun sebagai sumber air bersih berupa air mancur dengan keran atau semacam wastafel di tempat publik. Seperti di daerah Purwosari, Mangkubumen, dan Pasar Kliwon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya