SOLOPOS.COM - Makam Syekh Subakir (Instagram/@rynita_devi)

Solopos.com, PATI — Dikenal sebagai Hogwarts van Java karena dikenal dengan suasana sakral nan mistisnya, Kabupaten Pati memiliki beragam tempat wisata religi yang banyak dikunjungi oleh masyarakat untuk berziarah. Unsur sakral nan mistis ini tidak lepas dari sejarah masa silam di mana banyak tokoh-tokoh spiritual yang melakukan pertapaan dan juga syiar agama.

Berikut ini 5 wisata religi yang ada di Kabupaten Pati;

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Makam Syekh Jangkung

Berada di Desa Landoh, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Makam Syeh Jangkung ini berada dibawah akte notaris nomor 23 tahun 1995 dan dinobatkan sebagai maqbaroh umum umat Islam. Hampir setiap hari, makam ini didatangi oleh para pengunjung yang hendak berziarah dan medoakan tokoh spiritual yang ikut andil dalam penyebaran agama Islam di Kabupaten Pati.

Seperti yang telah diberitakan oleh Solopos.com, Syekh Jangkung yang juga dikenal sebagai Kyai Landoh ini hidup di abad ke-16 dan menjadi orang yang sangat dihormati oleh masyarakat karena sepak terjangnya mengembangkan agama Islam melalui jalur budaya.

Dirinya pernah berguru kepada Sunan Kudus dan kemudian karena kesaktiannya, Sunan Kudus mengusir dirinya dengan cara halus hingga akhirnya membuat Kyai Landoh dengan nama kecil Saridin ini berkelana. Salah satu daerah yang dia sambangi adalah Kabupaten Pati. Para peziarah yang datang umumnya selain mendoakan alm Kyai Landoh, mereka juga ngalap berkah atau mengharapkan sebuah berkah.

Baca Juga: Inilah Kecap Legendaris Pati yang Bercitarasa Tinggi

Masjid Agung Pati

Bernama asli Masjid Agung Baitunur Pati, terletak di sisi sebelah barat alun-alun Kabupaten Pati atau yang lebih dikenal dengan sebutan simpang lima.  Di sebelah kiri masjid ini terdapat Kantor Bupati Pati dan Gedung DPRD Kabupaten Pati.

Mengutip Patikab.go.id, Masjid ini memiliki beberapa keunikan, di antaranya kombinasi apik antara marmer putih pada lantai dan dinding bagian depan yang terpadu dengan ornamen kayu yang berwarna coklat.

Sejarahnya, Masjid ini dibangun kali pertama oleh Raden Adipati Aryo Condro Adinegoro yang memegang kekuasaan antara tahun 1829-1895 M. Pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1845 M dan tahun pembangugnan masjid ini ditunjukan melalui prasasti berbentuk kaligrafi milik Masjid Agung yang sekarang berada di Masjid Gambiran.

Baca Juga: Ini Rahasia Tempe Gandul Pati yang Renyah Seperti Keripik

Gua Wareh

Berada di Desa Kedumulyo, Kecamatan Sukolilo, Gua Wareh ini memiliki sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat sekitar. berdasarkan pantauan Solopos.com melalui kanal Youtube Elfaranby, Gua Wareh ini menghasilkan air yang jernih dan segar. Kejernihan air dari gua ini bisa dilihat dari warna air yang tampak hijau alami.

Gua ini dipercaya menjadi tempat pertapaan sesepuh Punakawan dalam karakter pewayangan Jawa bernama Semar.  Konon Semar yang merupakan jelmaan dewa pernah datang ke Pegunungan Kendeng untuk mandi di 7 mata air, salah satunya Gua Wareh.

Sementara itu, salah satu penatua setempat juga mengatakan kalau nuansa keramat gua ini juga sangat kuat sehingga siapa pun yang datang ke tempat ini dengan niat buruk atau berkata-kata tidak sopan, bisa mendapat kutukan.

Baca Juga: Kuliner Petis Kambing Runting Khas Pati, Berawal dari Daging Kambing Kurban yang Melimpah

Gua Wareh ini adalah saksi bisu saat Kanjeng Sunan Gresik berhasil meng-Islamkan keluarga kerajaan Majapahit yang sedang dalam pelarian setelah runtuhnya kerajaan adikuasa itu. Mereka adalah Bagus Mas Syuro Pandan beserta ibu dan adiknya, Nyai Mas Sekar Pandan Sari dan Ayu Mas Pandan Wangi.

Saat itu keluarga kerajaan Majapahit itu menderita sakit lebam pada kulit hingga singkatnya mereka bertemu dengan Sunan Gresik di Gua Wareh ini. Sunan Gresik berhasil menyembuhkan keluarga kerajaan ini dengan air yang ada di Gua Wareh tersebut. Merasa berterima kasih, akhirnya keluarga kerajaan Majapahit tersebut meminta untuk di-Islamkan. Dengan dipandu oleh Sunan Gresik, keluarga kerajaan Majapahit ini resmi masuk Islam dengan mengucapkan kalimat syahadat.

Gua Pancur

Berada di kaki Pegunungan Kendeng di Kabupaten Pati, Gua Pancur ini memiliki panjang 827 meter dengan stalaktit dan stalakmit yang masih aktif. mengutip dari Jatengprov.go.id, kondisi dalam gua berbentuk landau atau datar sehingga pengungjung yang ingin menyusuri gua tidak kesulitan.

Selain memberikan sensasi keindahan, berdasarkan pantauan Solopos.com melalui kanal Youtube Soma Channel, rupanya Gua Pancur yang berada di Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen ini juga menyimpan sejarah dan mitos. Air dalam Gua Pancur yang biasa dipakai untuk berenang atau mandi oleh pengunjung dan warga sekitar dipercaya mampu menyembuhkan segala penyakit.

Awalnya, gua ini kali pertama ditemukan oleh penduduk sekitar bernama Mbah Sarto pada tahun 1932. Mbah Sarto saat itu mendengar gemercik air dari kedalaman. Setelah diteliti lebih lanjut ternyata suara air itu berasal dari bukit pegunungan.

Sisi mitosnya, gua ini diyakini terhubung dengan pantai selatan, Namun mitos ini berhasil dipatahkan dengan bukti bahwa kedalaman gua hanya sekitar  8,27 km sehingga tidak memungkinkan dengan jarak tersebut dapat mencapai pantai Selatan di Yogyakarta.



Pintu Gerbang Majapahit

Walaupun pusat Kerajaan Majapahit berada di Mojokerto, Jawa Timur, namun Kabupaten Pati menyimpan peninggalan dari kerajaan adikuasa tersebut, yaitu Pintu Gerbang Majapahit. Mengutip dari Liputan6.com, Pintu Gerbang Majapahit ini terletak di Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo atau 4 km arah barat  laut Kota Pati. Menurut legenda yang berkembang, pintu ini awalnya diambil alih oleh Raden Bambang Kebonyabrang sebagai syarat agar diakui sebagai anak Sunan Muria.

Sunan Muria memang sempat meragukan Kebonyabrang yang tidak disertai  Ki Ageng Sebo Manggolo itu sebagai putranya. Sebab sejak kecil, Bambang diasuh oleh kakeknya, Ki Ageng Sebo Menggolo dan dididik berbagai ilmu kesaktian.

Sunan memerintahkan Kebonyabrang mengambil pintu gerbang Majapahit untuk menguji kesaktiannya. Pintu itu nantinya digunakan sebagai  gerbang bagi masjid di Gunung Muria. Kebonyabrang berhasil mengambil pintu gerbang namun hanya mampu membawanya hingga Desa Muktiharjo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya