SOLOPOS.COM - Pengendara melintas di jalan masuk-keluar Dusun Blewah, Desa Gemantar, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jumat (6/11/2020). (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI - Di Desa Gemantar, Selogiri, Wonogiri terdapat satu dusun yang bernama Dusun Blewah. Terdengar tak asing bukan? Nama itu sama seperti nama buah.

Namun, latar belakang penamaan dusun tersebut tidak ada kaitannya dengan buah blewah. Menurut cerita rakyat yang berkembang, penamaan dusun itu berkaitan dengan seorang wali atau orang alim/sakti dan pusaka miliknya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tokoh masyarakat Dusun Blewah, Herry Trismianto, saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Jumat (6/11/2020), mengatakan berdasar cerita yang dia peroleh zaman dahulu ada seorang wali yang memiliki pusaka berwujud keris dengan pendok atau kerangka blewah. Suatu hari dia berkelana dan pernah singgah di suatu tempat yang terdapat pohon asam.

Viral Wanita di Solo Payungi Kucing Saat Kehujanan, Ini Cerita Sebenarnya

Kemudian sang wali kembali melanjutkan perjalanan. Di sebuah lokasi dia mendapati pusakanya tak melekat di badannya lagi. Lalu dia menduga pusakanya terjatuh saat singgah di dekat pohon asam. Lalu wali itu bergegas kembali ke tempat yang pernah disinggahinya. Sesampainya di lokasi sang wali menemukan pusakanya masih utuh.

“Setelah menemukan pusakanya, wali itu bersabda besok di masa depan kawasan tempat ditemukannya pusaka itu bernama Kampung Blewah,” ucap lelaki 69 tahun tersebut.

Selain itu sang wali juga bersabda bahwa di masa yang akan datang Kampung Blewah tidak mau ada orang yang berhati jahat. Sabda itu diucapkan lantaran sang wali masih mendapati pusakanya tetap utuh saat tertinggal. Padahal di kawasan itu ada penduduk.

Atas hal itu dia meyakini penduduk adalah orang-orang baik. Sabda itu bukan berarti meminta penduduk untuk tidak menerima orang jahat, tetapi alam akan menyeleksi dengan sendirinya.

Masalah

Jika ada orang berhati jahat di kampung, kemungkinan akan menghadapi tiga masalah, yakni putus nyawa, putus rezeki, atau dengan sendirinya pindah dari kampung. Menurut Herry sabda wali itu sudah terbukti. Dia mencontohkan, suatu ketika ada anak muda di dusunnya yang suka mencuri.

Pada akhirnya pemuda itu meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Bahkan, dia menyebut peristiwa semacam itu beberapa kali terjadi, tetapi dengan penyebab kematian yang berbeda.

“Uwong sing gelem colong jupuk [orang yang suka mencuri] biasanya merasa tidak krasan [betah] tinggal di dusun ini. Akhirnya yang bersangkutan pindah ke tempat lain. Kalau yang enggak pindah bisa meninggal dunia,” imbuh Herry.

Jangan Panik Dulu, Berikut Tanda Kelelahan Pertanda Covid-19 atau Bukan

Terlepas dari benar tidaknya kisah itu, menurut Herry cerita tersebut sudah menjadi bagian perkembangan Dusun Blewah. Ada orang yang percaya dan ada pula yang tidak percaya. Hal itu tergantung keyakinan masing-masing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya