SOLOPOS.COM - Widya Ristanti (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Kebersihan adalah sebagian dari iman. Kita tentu tidak asing dengan slogan tersebut. Slogan yang diadaptasi dari hadis “agama itu didirikan atas kebersihan” (HR Muslim) tersebut selalu didengung-dengungkan di aneka fasilitas publik.

Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ”bersih” tergolong adjektiva yang berarti bebas dari kotoran. Kotoran merujuk pada makna denotatif yang berarti sesuatu yang menyebabkan kotor.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Membicarakan kotoran tentu kita dapat menjamakkan bahwa sampah merupakan salah satu benda yang masuk dalam identifikasi tersebut. Perlu kita ketahui, Indonesia termasuk juara dalam hal ini. Indonesia termasuk juara dalam hal sampah, terutama sampah makanan.

Sebuah ironi di negeri ini. Ketika negara kita masih mengimpor bahan makanan, justru masyarakatnya menjadi penghasil sampah makanan peringkat ke-4 di dunia setelah China, India, dan Nigeria (UNEP Food Waste Index 2021).

Peringkat keempat tersebut disematkan setelah Indonesia menghasilkan 20,93 juta metrik ton sampah makanan per tahun. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2023, sampah sisa makanan menempati persentase tertinggi, yakni 41,4%.

Lebih dari dua kali lipat sampah plastik yang berada di urutan kedua dengan angka 18,5%. Sampah sisa makanan ini terdiri atas dua hal, yakni food loss dan food waste. Istilah food loss digunakan untuk mengklasifikasi sampah makanan yang terjadi selama proses produksi hingga distribusi.

Adapun food waste digunakan untuk menyebut sampah makanan dengan kualitas baik, namun tidak dikonsumsi karena alasan tertentu (Lipinski et al. 2013). Kondisi ”surga sampah makanan” ini tentu tidak sejalan dengan peta jalan SGDs Indonesia yang dicanangkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Peta jalan tersebut menargetkan penurunan sampah hingga 70% pada 2025. Target ini berkorelasi dengan penurunan sampah makanan. Pada peta jalan tersebut pemerintah membuat strategi dengan menyediakan anggaran untuk pengurangan sampah rumah tangga.

Merujuk data SIPSN 2023, rumah tangga memang menjadi sumber terbesar penyumbang sampah di Indonesia dengan angka 38,7%. Lazimnya sebuah rumah tangga terdiri atas beberapa orang saja. Bagaimana dengan institusi sekolah yang di dalamnya terdapat ratusan hingga seribu orang yang beraktivitas? Berapa sampah makanan yang dihasilkan?

Mari kita hitung. Daya tampung setiap kelas SD 28 siswa, SMP 32 siswa, dan SMA 36 siswa dikalikan jumlah rombongan belajar akan menghasilkan angka ratusan hingga seribu siswa. Kita ambil sampel satu  SMA yang memiliki total 30 rombongan belajar pada tiga jenjang.

Tiga puluh rombongan belajar tersebut dikalikan dengan 36 siswa. Kita akan mendapatkan jumlah 1.080 siswa. Apabila setiap siswa menghasilkan sampah makanan seberat 10 gram, akumulasi sampah makanan yang dihasilkan mencapai 10 kilogram per hari.

Berapa jumlah dalam sebulan? Setahun? Kita tinggal mengalikan saja dan  akan mendapatkan akumulasi yang fantastis. Sampah makanan adalah sumber pencemar yang merugikan lingkungan.

Selain bau, gas metan yang dihasilkan merupakan salah satu perusak lapisan ozon yang sangat masif. Belum lagi limbah cair yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah makanan yang sangat berdampak pada tanah dan air tanah.

Oleh sebab itu, diperlukan upaya biokonversi untuk mengurangi dampak tersebut, salah satunya ialah dengan budi daya maggot. Maggot adalah larva dari lalat black soldier fly atau BSF. Lalat ini memiliki keistimewaan karena bukan vektor penyakit seperti lalat hijau.

Maggot dapat dijadikan upaya biokonversi karena larva ini mampu mendegradasi sampah organik lebih baik daripada serangga lainnya (Siswanto et. al, 2022). Selain itu, maggot sangat rakus, bahkan mampu memakan sampah organik dua kali lebih banyak daripada berat tubuhnya.

Selain mampu mendegradasi sampah organik, maggot juga memiliki nilai ekonomis sebagai pakan ternak. Permintaan maggot sebagai pakan ternak di Soloraya juga tinggi (Solopos, 3 Juli 2023).

Berfokus pada orientasi pengurangan sampah makanan, sekolah dapat merintis budi daya maggot dengan mengaitkan siswa pada pembelajaran proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5).

Melalui tema gaya hidup berkelanjutan, sekolah dapat membelajarkan siswa untuk mengelola sampah makanan yang mereka hasilkan melalui budi daya maggot. Sebagai percontohan, siswa dapat melakukan kunjungan ke pembudi daya maggot untuk mengobservasi proses budi daya tersebut.

Setelah itu, sekolah dapat melakukan pelatihan dan praktik budi daya secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Toh, budi daya maggot cenderung mudah. Maggot mampu tumbuh dengan cepat tanpa pemeliharaan khusus.

Telur lalat BSF membutuhkan waktu tiga hari hingga empat hari hari untuk menetas. Larva akan tumbuh selama tujuh hari untuk menjadi larva dewasa (Solopos, 24 Juli 2023). Siswa di setiap kelas mempunyai tanggung jawab memberi makan maggot dari sampah makanan yang mereka hasilkan.

Terlepas dari orientasi ekonomi, banyak hal yang dapat direfleksikan dari  pembelajaran proyek tersebut. Pertama, siswa disadarkan pada tanggung jawab mereka terhadap sampah yang dihasilkan.

Kedua, siswa dibelajarkan bahwa salah satu cara mensyukuri nikmat Tuhan adalah dengan menjaga kelestarian alam. Hal tersebut sesuai dengan salah satu dimensi profil pelajar Pancasila, yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia pada elemen berakhlak pada alam.

Sebuah langkah kecil yang akan berdampak besar apabila sekolah dan siswa mampu menjadikan hal tersebut sebagai habitus. Terlebih lagi apabila siswa mampu mengimplementasikan ilmu yang didapat di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi guru Bahasa Indonesia di SMAN 5 Solo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya