SOLOPOS.COM - Bagyo Wahyono. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Pesta demokrasi lima tahunan Pilkada Solo 2020 telah mengangkat nama seorang Bagyo Wahyono, warga Jl Ki Ageng Mangir, Penumping, Laweyan, Solo.

Santernya pemberitaan media lokal hingga nasional kala itu membuat nama Bagyo semakin dikenal seantero negeri. Laki-laki paruh baya yang kesehariannya bekerja sebagai penjahit itu berani menantang Gibran Rakabuming Raka yang tak lain putra sulung Presiden Jokowi.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Apalagi saat itu Bagyo bukan lah sosok politikus atau tokoh masyarakat yang sudah dikenal di Kota Bengawan. Kala itu Bagyo hanya lah rakyat biasa yang aktif dalam kegiatan sosial, kesenian, dan kebudayaan.

Baca Juga: Langgar Lalin di Manahan Solo, 10 Orang Tak Didenda Malah Dapat Vaksin

Majunya Bagyo berpasangan dengan FX Supardjo membentuk Bajo pada Pilkada Solo 2020 membuat publik Soloraya maupun nasional tercengang. Dalam sejarahnya, Pilkada Solo belum pernah diikuti pasangan cawali-cawawali dari jalur perseorangan (independen).

Seusai Pilkada pada 9 Desember 2020 dan dinyatakan kalah dalam kontestasi tersebut, pasangan Bajo pun seolah hilang ditelan bumi. Sangat jarang pemberitaan yang menyorot kegiatan mereka, baik secara pribadi, kelompok maupun organisasi.

Saat Solopos.com menghubungi Bagyo Wahyono melalui ponsel, Kamis (30/9/2021), laki-laki itu mengaku kembali ke dunianya sebagai tukang jahit. “Ini saya kembali ke urusan jahit menjahit. Juga ngurusi yayasan dan PKR [Partai Kedaulatan Rakyat],” ujar Bagyo sang penantang Gibran di Pilkada Solo 2020.

Baca Juga: Anjlok! Kasus Positif Covid-19 Aktif Solo Tinggal 67 Orang, 8 Dirawat

Di Yayasan Surya Nuswantara (YSN), Bagyo didapuk sebagai Pembina Pengawas Kota Solo. Sedangkan di PKR ia menjadi Wakil Ketua DPP Bidang Kebudayaan. Kendati sudah tidak pernah dipublikasikan media, Bagyo mengaku tetap aktif di bidang sosial-budaya.

Ia pun berharap Pemkot Solo di bawah kepemimpinan Gibran Rakabuming bisa mengembangkan program kesenian dan kebudayaan. Apalagi saat ini menurutnya banyak seniman yang terdampak kondisi pandemi Covid-19 yang tidak kunjung berakhir.

“Banyak seniman yang menjual peralatan pentas demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ya harapan saya pemerintah bisa hadir membantu kesulitan mereka. Berikan hak-hak yang dibutuhkan masyarakat agar mereka bisa memenuhi kebutuhan,” urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya