SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Sikap keras kepala bisa menjangkiti anak mulai bayi sampai remaja. Sikap tersebut ada yang merupakan karakter anak. Tapi terkadang juga sinyal atau cara anak menunjukkan keinginan atau stres. Penting bagi ayah bunda memahami latar pemilihan sikap anak yang kerap bikin jengkel itu.

Sebagai orang tua, tentunya kita ingin karakter tersebut secara negatif memengaruhi masa depan buah hati kelak. Berikut beberapa kiat efektif menghadapi anak mengeyel tanpa bikin tensi tinggi seperti dilansir Parenting.com, beberapa waktu lalu:

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

1. Jangan berdebat
Anak keras kepala selalu siap menghadapi pertengkaran. Setop berikan kesempatan itu. Sebagai gantinya, pinjamkan telinga untuk mendengar apa pun yang dikatakan anak dan mengubahnya menjadi percakapan alih-alih pertengkaran. Dengan menunjukkan kita siap mendengarkan sudut pandang mereka, anak cenderung lebih mendengarkan apa yang kita katakan.

2. Gunakan sudut pandang anak
Renungkan kenapa anak berperilaku atau bersikap seperti itu. Kita kadang punya pemikiran yang berseberangan dengan si kecil lantaran perbedaan nilai dan pengalaman. Hal itu tak jarang melahirkan perdebatan.

3. Membangun koneksi
Jangan memaksa anak melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan. Hal itu cuma membuat anak lebih memberontak dan mengeyel mengerjakan kemauannya. Jika ingin si kecil berhenti menonton televisi dan mengerjakan PR, cobalah sejenak menonton televisi dengannya. Ini bisa menghasilkan persahabatan. Setelah beberapa saat kita baru membincangkan tujuan utama.

4. Tawarkan opsi alternatif
Memberitahu anak keras kepala sama dengan membangun jiwa pemberontak mereka. Sebaliknya, tawarkan pilihan sehingga anak merasa diberi kendali atas hidup mereka dan bisa memutuskan apa yang ingin mereka lakukani. Buat pilihan terbatas, maksimal tiga opsi, agar anak tidak bingung. Anak keras kepala sulit menerima penolakan langsung. Cobalah bernegosiasi alih-alih cuma menghukum.

5. Manfaatkan distraksi
Ada kalanya si kecil tidak setuju dengan arahan kita. Saat anak masih kecil dan memungkinkan didistraksi, coba gunakan cara ini untuk mengalihkan pendiriannya. Kita bisa mencoba jalan permainan apabila merayu sudah tidak mempan.

6. Jaga iklim damai
Buat rumah menjadi tempat anak merasa bahagia, nyaman, dan aman setiap saat. Beri contoh bersikap sopan kepada semua orang di rumah, terutama pasangan. Hal itu jadi ladang belajar anak-anak. Mereka cenderung meniru apa yang mereka lihat. Penting bagi kita menghindari pertengkaran serta memperdengarkan hinaan atau cacian di depan anak.

7. Tetapkan aturan dan konsekuensi
Anak keras kepala membutuhkan aturan. Jadi, tetapkan batasan dan jelaskan harapan kita atas aturan tersebut. Minta masukan anak soal konsekuensi apa yang patut bagi mereka yang melanggar aturan tersebut. Konsistensi penting, tetapi bukan berarti harus kaku. Penting bersikap fleksibel pada saat tertentu, seperti saat berlibur atau pada momen anak menunjukkan sikap terpuji. Hal itu memberi pesan aturan dari orang tua bermanfaat dan tidak bermaksud menghukum.

8. Dorong perilaku positif
Berikan contoh dengan menunjukkan sikap positif setiap saat. Jika kita hobi menggunakan kata “tidak”, “tidak bisa”, atau “tidak akan”, anak cenderung melakukan hal serupa. Pemilihan kata-kata tersebut secara tidak langsung menunjukkan sikap keras kepala kita. Tanpa disadari kita juga menunjukkan perilaku negatif dengan berbicara tanpa berpikir.

Coba rajin bikin permainan dengan pertanyaan yang tidak hanya menghasilkan respons ya atau tidak. Buat kerangka pertanyaan sedemikian rupa sehingga jawabannya panjang. Ini mengirimkan pesan bahwa pendapan anak didengar dan dihargai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya