SOLOPOS.COM - Kepadatan arus lalu lintas kendaraan bermotor terlihat di Jl. Jendral Sudirman Solo, Jumat (6/5/2016). Kepadatan lalu lintas terjadi di ruas jalan Kota Solo karena peningkatan jumlah kendaraan bermotor saat libur panjang akhir pekan. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Kota kreatif, Wali Kota dukung Pengembangan Solo Slow City.

Solopos.com, SOLO–Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo menerima masukan Budayawan Taufik Rahzen agar pengembangan Kota Bengawan ke depan diarahkan sebagai slow city (kota yang berjalan sesuai dengan ritme dan keseimbangannya).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Sangat memungkinkan bagi Solo dikembangkan sebagai slow city. Itu sejalan dengan RPJP [rencana pembangunan jangka panjang] Solo Masa Depan adalah Solo Masa Lalu,” ujar Rudy, sapaan akrab Wali Kota, saat ditemui di Stadion Manahan, Jumat (15/7/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Rudy berpendapat Kota Solo memiliki modal budaya yang kuat untuk dikembangkan sebagai salah satu slow city. Seperti disampaikan Taufik, slow city bisa dimaknai sebagai kota yang bisa meletakkan kehidupan pada iramanya sehingga muncul keseimbangan sosial dan hidup yang lebih bermakna bagi penghuninya.

“Slow city sudah menjadi bagian budaya masa lalu warga Solo. Jadi semua masyarakat keramahannya muncul, kesederhanaannya ada, saling menghormati dan menghargai sesamananya. Ini bisa jadi bekal yang bagus bagi masyarakat Solo untuk bersama-sama membangun kotanya,” jelas Rudy.

Dikatakan Wali Kota, Solo Slow City juga bisa disinergikan dengan branding pengembangan pariwisata Kota Solo yang selama ini mengusung Solo Spirit of Java. “Itu sudah pas dan nyambung dengan Solo Spirit of Java. Tinggal pengembangannya [untuk sektor pariwisata] nanti,” kata dia.

Menurut Rudy, pihaknya Agustus nanti bakal berkonsultasi dengan akademisi perguruan tinggi negeri di Solo untuk pengambilan sejumlah kebijakan. Termasuk mematangkan usulan pengembangan Solo ke depan sebagai slow city.

“Setelah Agustus nanti, secara regulasi saya sudah boleh mengambil kebijakan. Rencananya saya akan minta bantuan kajian dan masukan dari UNS. Kami butuh masukan baik untuk tata ruang, hukum, ekonomi, sosial, budaya, sampai pariwisata,” bebernya.

Rudy menyebutkan nantinya masukan dan pertimbangan akademisi UNS tersebut bakal menjadi bagian pijakannya menentukan arah kebijakan pengembangan Kota Solo ke depan. “Semuanya terkait nantinya. Bappeda akan jadi leading sector-nya. Setelah itu diteruskan kepada SKPD yang lainnya,” paparnya.

Sebelumnya, Budayawan Taufik Rahzen menyebutkan slow city saat ini sudah diterapkan di 140 negara di dunia. Di Indonesia, belum ada satu kota pun tercatat sebagai slow city. Kota Solo dipandang sebagai salah satu wilayah yang potensial dikembangkan sebagai pioner slow city di Indonesia. Status kota perlahan tersebut dinilai berdampak positif untuk pengembangan pariwisata setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya