SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sragen (Espos)–Wabah penyakit rupanya belum berhenti menyerang para petani. Jika sebelumnya padi kerdil di Desa Pringanom, Masaran terjadi akibat virus, di Tanon, 72 hektar (ha) lahan tanaman padi tak bisa tumbuh karena serangan bakteri.

Menurut Mantri Tani Kecamatan Tanon, yang juga bagian penyakit hama tanaman (PHP), Suprapto, padi tidak bisa tumbuh lantaran diserang bakteri Xampomonas Oryzae. Bakteri tersebut membuat tanaman padi urung tumbuh, daun padi lantas berubah kuning. Padi yang telah terserang bakteri ini tidak
menghasilkan bulir padi.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Catatan pihaknya menyebut, serangan bakteri dalam tingkatan sedang terjadi di 16 ha lahan tanaman padi, sedangkan sebanyak 56 ha lahan lain mengalami serangan dalam kategori ringan. Dikatakan ringan jika 10% daun di lahan tersebut telah terserang bakteri. “Mirip dengan gejala virus kerdil. Tapi kalau di Tanon penyebabnya lebih karena bakteri itu,” tegas Suprapto, kepada Espos, Sabtu (15/1).

Pernyataan Suprapto tersebut sekaligus mementahkan anggapan sejumlah petani yang menilai kejadian padi tak timbuh di sawah milik mereka juga disebabkan virus kerdil. Perbedaan penyebab penyakit, menurut dia, akan berakibat pada perbedaan dalam hal penanganan. Jika penyebab padi kerdil adalah virus, maka tanaman padi memang harus dimusnahkan. Namun jika disebabkan bakteri, Suprapto menilai aksi pemusnahan tidak perlu dilakukan.

Dia menerangkan serangan bakteri Xampomonas Oryzae bisa diatasi dengan menambah pemakaian unsur hara kalium (K) dalam pupuk yang disebarkan sawah. Berdasarkan catatan pihaknya, selama ini, petani memang cenderung minim memakai pupuk yang mengandung unsur hara K. Penyebabnya, sumber unsur K, yakni pupuk KCL belakangan langka. Kelangkaan pupuk KCL itu membuat petani lebih banyak memakai pupuk urea.

“Sudah kami minta petani untuk meningkatkan unsur K dalam pupuk. Dengan menambah jumlah pemakaian pupuk jenis NPK menjadi 300 gram per ha lahan. Sebelumnya, mereka hanya menggunakan sekitar 100 gram per ha lahan tanaman padi. Diharapkan dengan begini, bakteri juga organisme lain tidak menyerang tanaman padi,” imbuh Suprapto.

Sementara itu, sebelumnya, penyakir kerdil yang menyerang tanaman padi di Desa Kecik dan Gawan, diduga disebabkan virus bawaan hama wereng hijau, seperti terjadi di Desa Pringanom, Masaran. Di Kecik, sekitar 20% dari total tanaman padi yang mencapai 278 ha menunjukkan gejala tanaman padi tidak tumbuh.

tsa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya