SOLOPOS.COM - Ilustrasi larangan merokok. (Reuters)

Solopos.com, SRAGEN -- Sebanyak 7,78% pengangguran di Jawa Tengah atau Jateng dipastikan merokok setiap hari. Fakta tersebut tertuang dalam Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Jateng 2018-2023 yang diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan Badan Litbang Kesehatan Jateng pada 2019.

Riskesdas merupakan penelitian bidang kesehatan berbasis komunitas yang biasa digelar sekali dalam lima tahun. Lima tahun dianggap sebagai interval yang tepat untuk menilai perkembangan status kesehatan masyarakat, faktor risiko, dan perkembangan upaya pembangunan kesehatan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sampel penelitian itu meliputi warga dengan usia di atas 10 tahun. Kebiasaan merokok dalam hal ini meliputi rokok hisap, rokok elektronik dan shisha.

Baca Juga: Dulu Jadi Peracik Bom, Kini Bang Jack Jualan Soto di Sukoharjo dan Jadi Viral

Dari 18.545 pengangguran di Jateng yang jadi sampel penelitian, 7,78% di antaranya merokok setiap hari. Sisanya, 2,50% merokok kadang-kadang. Sebanyak 4,68% merupakan mantan perokok dan 85,04% bukan perokok. Pengangguran ini biasa menghabiskan rata-rata 7-9 batang rokok/hari.

Fakta lain yang terungkap dalam Riskesdas Jateng tersebut menyangkut kebiasaan merokok di kalangan anak sekolah. Terdapat 5,06% pelajar di Jateng merokok tiap hari. Dari total 11.168 pelajar yang dijadikan sampel, 4,72% pelajar merokok kadang-kadang, 4,98% merupakan mantan perokok dan 85,24% tidak merokok.

Bisa Kecanduan

“Perilaku merokok itu banyak sekali penyebabnya. Faktor lingkungan pertemanan terutama. Mereka [pelajar] awalnya mendapat gambaran dari teman bahwa merokok itu menyenangkan. Lewat cerita, mendengarkan, melihat dan hal-hal itu yang menimbulkan keinginan [pelajar] untuk merokok," papar anggota tim Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sragen, Dyah Nursari, kepada Solopos.com, Selasa (16/3/2021).

"Awalnya paling hanya empat batang/hari, lama-lama kecanduan nikotin. [Bagi mereka] merokok dilakukan untuk mendapatkan efek fisiologis yang menyenangkan karena sudah kecanduan,” imbuhnya.

P2TP2A Sragen sendiri pernah mendampingi sejumlah anak usia SD yang kecanduan rokok elektrik beberapa waktu lalu. Kali pertama seorang anak diajak merokok oleh orang yang lebih tua. Ironisnya, bocah itu kemudian bercerita terkait pengalaman merokoknya kepada teman-teman sekelasnya. Akhirnya, sejumlah anak ikut mencoba rokok elektrik hingga akhirnya jadi kebiasaan baru mereka.

Baca Juga: Tegaskan Tak Ada Pengurus Tandingan, DPC Partai Demokrat Sragen Lakukan Ini

Beruntung, kebiasaan merokok di kalangan anak SD itu segera diketahui oleh gurunya. Setelah mendapat pendampingan, kebiasaan merokok oleh sejumlah anak SD itu akhirnya bisa dihilangkan.

“Bisa [sembuh] karena belum lama. Kalau masih tahap awal dan mencoba-coba, lebih mudah [disembuhkan]. Mereka dialihkan ke kegiatan lain dari sekolah,” papar Dyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya