SOLOPOS.COM - Yulianto si Jagal Kartasura. (Solopos/dok)

Solopos.com, SOLO–Masyarakat di Tanah Air digemparkan dengan pengungkapan kasus pembunuhan berantai atau serial killer di Bekasi, Cianjur, Jawa Barat dan Surabaya, Jawa Timur. Pelaku merupakan komplotan beranggotakan tiga orang. Serangkaian pembunuhan dilakukan diawali dengan modus penipuan mengaku bisa membuat kaya secara cepat melalui cara supranatural. Motif utamanya ingin menguasai harta benda pada korban.

Para pelaku meliputi Wowon alias Aki, Solihin alias Duloh, dan Dede Solehudin. Aparat Polda Metro Jaya sejauh ini mencatat korban yang telah dibunuh sebanyak sembilan orang, satu di antaranya anak lelaki berusia dua tahun. Hal yang mengagetkan, tujuh korban merupakan keluarga tersangka Wowon sendiri. Mereka merupakan tiga istri, mertua, dan tiga anak (kandung dan tiri).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Aksi tak berperikemanusiaan itu menambah panjang daftar pembunuhan berantai paling kejam di Indonesia. Sejarah mencatat terdapat sejumlah kasus pembunuhan berantai yang seluruh pelakunya akhirnya divonis hukuman mati.

Berikut enam kasus pembunuhan berantai di Tanah Air yang menggemparkan selain Wowon Cs.

1. Dukun Ahmad Suradji

Dukun Ahmad Suradji alias Datuk lebih dikenal dengan sebutan dukun AS. Dia membunuh 42 wanita selama kurun waktu 1984-1994 di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Ahmad Subardji divonis mati oleh Pengadilan Negeri (PN) Lubuk Pakam, Deli Serdang pada 27 April 1997. Dia dieksukusi mati pada 2008. Dukun AS membunuh para perempuan karena ingin sakti mendraguna. Dia mengaku mendapat wangsit dari mendiang ayahnya untuk membunuh 70 perempuan agar menjadi orang sakti.

 

2. Rio Martil

Rio Alex Bullo atau dikenal dengan sebutan Rio Martil membunuh lima orang selama kurun waktu 1997-2001. Aksinya terungkap setelah dia membunuh seorang pengacara sekaligus pemilik persewaan mobil di Purwokerto, Jeje Suraji, 39, di Hotel Rosenda Baturaden, 21 Januari 2001.

Setelah itu terungkap ternyata sebelumnya dia membunuh empat orang pemilik atau pengelola rental mobil. Dalam melancarkan aksinya, Rio selalu menyiapkan dua buah martil untuk memukul kepala korban. Karena itu, Rio juga dikenal dengan sebutan Rio Martil atau julukan Rio Si Martil Maut.

Saat menjalani hukuman di penjara pun aksi kekejiannya tak berhenti. Saat mendekam di LP Nusakambangan, Rio membunuh teman satu selnya bernama Iwan Zulkarnaen. Dalam persidengan, Rio divonis mati. Dia kemudian dieksekusi mati pada 2008.

 

3. Dukun Asep

Tubagus Yusuf Maulana atau Dukun Asep membunuh delapan orang pada 2007. Pembunuhan dilakukan dalam dua kesempatan. Pada 17 Mei 2007 dia membunuh lima orang dan pada 19 Juli 2007 dia membunuh tiga orang.

Kepada para korban dia mengaku bisa menggandakan uang melalui bank gaib. Rio melancarkan aksi kejinya saat ritual. Dia menyuruh para korban menggali lubang yang sudah disiapkan oleh Asep. Kemudian, korban diberi minuman beracun yang warnanya hitam. Asep membunuh korban untuk menguasai uang yang akan digandakan. Setiap orang menyediakan uang Rp20 juta.

Dalam persidangan, Pengadilan Negeri (PN) Rangkasbitung memvonisnya dengan pidana mati pada 10 Maret 2008. Dia dieksekusi pada tahun yang sama.

 

4. Baekuni

Baekuni atau Babeh tak hanya membunuh, tetapi juga memutilasi korban. Dia adalah adalah seorang tunawisma atau gelandangan yang membunuh tujuh pengamen jalanan berusia sembilan hingga 12 tahun. Kasus pembunuhan berantai tersebut terungkap pada 2010.

Baekuni hidup menggelandang di Lapangan Banteng dan memiliki pengalaman disodomi oleh preman. Pengalaman pahit tersebut membuat Babeh mengidap pedofilia dan nekrofilia situasional. Polisi mencatat korban kekerasan seksual yang dilakukan lebih dari 40 anak.

Atas perbuatan itu Baekuni, Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur memvonis hukuman mati pada tahun 2010.

 

5. Ryan Jombang

Ryan Jombang bernama asli Very Idham Hernyansyah. Dia tercatat membunuh 11 orang di Jakarta dan Jombang, Jawa Timur dalam rentang waktu 2006-2008.

Kasus Ryan terbongkar berawal dari penemuan potongan tubuh di dekat Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan pada 12 Juli 2008. Diketahui, mayat tersebut adalah Heri Santoso (40) seorang manager di perusahaan swasta di Jakarta.

Pembunuhan terhadap Heri berlatar belakang hubungan asmara sesama jenis. Ryan cemburu saat Heri tertarik dengan Noval, kekasih Ryan. Heri dibunuh di apartemen Ryan. Lalu Ryan yang merupakan warga Jombang itu menggunakan kartu ATM milik Heri untuk berfoya-foya. Wajahnya terekam kamera saat ia mengambil uang di ATM milik Heri.

Setelah kasus tersebut mencuat, muncul laporan warga yang kehilangan anggota keluarga yang dekat dengan Ryan. Ryan mengaku telah membunuh 10 orang di Jombang. Polisi kemudian menemukan empat kerangka di bekas kolam ikan belakang rumah orang tua Ryan di Jatiwaes, Jombang. Sementara enam korban lainya ditanam di halaman belakang. Total ada 11 korban. Salah satunya bocah tiga tahun bernama Sylvia Ramadani Putri anak dari korban Nanik Hidayati.

Pengadilan Negeri (PN) Depok memvonis Ryan dengan hukuman mati pada 6 April 2009. Dia menjalani hukuman di LP Klas I Cirebon sambil menunggu eksekusi mati dilaksanakan.

 

6. Yulianto si Jagal Kartasura

Yulianto adalah warga RT 002/RW 015, Kragilan, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo. Dia membunuh tujuh orang. PN Sukoharjo memvonisnya dengan pidana mati. Dia mengajukan upaya hukum hingga kasasi dan permohonan grasi. Usaha itu sia-sia. Dia menunggu dieksekusi.

Aksi lelaki paruh baya itu sangat sadis. Yulianto yang dikenal tetangganya sebagai peternak kambing dan sapi itu dengan mudahnya menghabisi nyawa korban hanya karena masalah sepele. Pria yang juga dikenal sebagai tukang pijat ini mudah tersinggung. Kalau sudah tersinggung, ia tak segan menghabisi nyawa korbannya.



Korban pertama dari jagal Kartasura ini adalah Sugiyono. Ia dihabisi saat dipijat pelaku pada 2005 silam. Sugiyono diberi minuman beracun yang mengandung kecubung. Gara-garanya, Yulianto tersinggung atas tingkah korban yang menagih utang Rp40 juta yang ia pinjam. Untuk menghilangkan jejak, mayat Sugiyono dikubur Yulianto di samping kandang ternaknya.

Selang dua tahun kemudian, giliran Suhardi yang dibunuh Yulianto. Korban dibunuh saat sedang bersemedi di Gua Cemai, Bantul. Mayat Suhardi dibiarkan di sebuah genangan air dan ditindih dengan batu besar.

Pembunuhan terus diulang hingga pembunuhan ketujuh, yaitu Kopda Santoso, anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura. Kala itu Kopda Santoso datang ke Yulianto mau pijat badan. Saat pijat itu, Yulianto dan Santoso terlibat percakapan yang membuat Yulianto tersinggung.

Yulianto kemudian membuat ramuan jamu dan menyerahkan ke Kopda Santoso untuk diminum. Ternyata minuman itu sudah dicampur kecubung sehingga Kopda Santoso pusing dan sempoyongan. Yulianto mencekik Kopda Santoso hingga meninggal. Jenazah Kopda Santoso kemudian dikubur di dapur rumahnya.

Kematian Kopda Santoso membongkar kedok Yulianto pada Agustus 2010. Berawal dari kecurigaan istri pelaku, Mul, yang melihat gundukan tanah di dalam rumah Yulianto. Belakangan diketahui di bawah gundukan tanah itulah jasad Kopda Santoso dikubur.

Saat itu, Mul yang curiga dengan gundukan tanah itu sempat bertanya kepada suaminya. Namun bukan jawaban yang dia dapat, tapi amarah dari sang suami. Mul juga curiga karena suaminya memakai sepeda motor milik Kopda Santoso. Mul lantas bercerita mengenai hal itu kepada anggota Kopassus. Hal ini mengawali terbongkarnya kasus pembunuhan oleh si Jagal Kartasura, Sukoharjo, itu.

Baca Juga







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya