SOLOPOS.COM - Ani Sri Andani (paling kiri) mendaftarkan dua anaknya yang viral karena menjadi pemulung, Bagas dan Risky, sekolah di SDN Rejosari, Gilingan, Banjarsari, Solo, Jumat (24/6/2022). (Istimewa/Purwanti)

Solopos.com, SOLO — Muhammad Risky Saputra, 7, yang menjadi pemulung untuk membantu ibunya, Ani Sri Andani, 38, di Nusukan, Kota Solo, ternyata adik Bagas Pamungkas, 10, yang menjadi pencari barang rongsokan di Pasar Klewer Solo.

Solopos.com pernah mengunggah kisah Bagas sebagai pencari rongsok di Pasar Klewer, Senin (4/4/2022). Bagas mengaku mencari rongsok untuk membelikan sepeda adiknya. Bagas berjalan kaki dari rumahnya di Kampung Cinderejo Lor, Gilingan, Banjarsari, menuju Pasar Klewer pada waktu Subuh dan pulang sore hari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Jarak rumahnya ke Pasar Klewer cukup jauh untuk ukuran kaki mungil Bagas. Ternyata, bocah pemulung di Solo itu tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah sehingga belum bisa membaca maupun menulis. Tapi Bagas mengaku bisa berhitung. “Kalau berhitung bisa,” ungkap Bagas kala itu.

Dia juga menuturkan orang tuanya bekerja sebagai pencari rongsok atau pemulung. Belakangan diketahui adik Bagas bernama Muhammad Risky Saputra, 7, juga menjadi pemulung untuk membantu orang tuanya. Risky menjadi pemulung di Nusukan.

Solopos.com beberapa kali berpapasan dengan Risky berjalan kaki membawa sekarung barang rongsok di Jl Kapten Piere Tendean, Nusukan, Banjarsari. Seperti pada Rabu (22/6/2022) siang, Risky berjalan sendirian di tengah terik matahari.

Baca Juga : Bocah 7 Tahun Mencari Rongsok di Pasar Klewer, Alasannya Bikin Terenyuh

Di usianya yang baru tujuh tahun, bocah itu membantu ibundanya menjadi pemulung di Nusukan, Solo. Sang ayah meninggal sekira setahun terakhir. Ibunda Risky yang juga menjadi pemulung menjadi tulang punggung keluarga demi menghidupi tiga anak.

Mereka sekeluarga beberapa bulan terakhir tinggal di rumah indekos di permukiman padat penduduk Cinderejo Lor. Selain Bagas dan Risky, ada satu lagi anak Ani Sri Andani, yaitu Azka Aprilio, 5.

Agus Supriyanto, pemilik rumah indekos yang ditinggali Risky dan Bagas sekeluarga, menuturkan Ani Sri Andani bukan warga Solo. Mereka tinggal di kamar indekos miliknya sekira enam bulan terakhir. “Baru beberapa bulan,” ujarnya.

Berikut 7 fakta kakak beradik yang menjadi pemulung di Solo:

1. Sekeluarga menjadi pemulung

Bagas pernah menyampaikan kepada Solopos.com pada Senin (4/4/2022) bahwa sejak kecil hingga kini tidak bersekolah. Setiap hari, ia berangkat subuh berjalan kaki mencari rongsok di Pasar Klewer hingga sore. “Untuk membelikan adik sepeda,” katanya saat ditanya uang yang dikumpulkan akan digunakan untuk apa.

Baca Juga : Bocah Pemulung Di Nusukan Ternyata Adik Bagas Pencari Rongsok di Klewer

Dia mengatakan hanya tinggal bersama ibu dan adik laki-lakinya. Bapaknya sudah meninggal dunia. Ibunya juga mencari rongsok untuk menghidupi keluarga. “Dulu bapak pekerjaannya cari rongsok,” ucapnya saat berbincang dengan Solopos.com di tangga Pasar Klewer, Senin.

Bagas mencari rongsok seorang diri. Berdasarkan pengamatan Solopos.com, banyak orang di Pasar Klewer yang iba kepada Bagas, khususnya pengunjung. Sejumlah orang membelikannya nasi. Dia menolak saat diberi uang.

Dia mengaku mencari rongsok atas keinginannya sendiri dan bukan karena paksaan dari siapapun. “Pengen nyari rongsok buat beli sepeda adik, sama ibu dibolehin,” katanya dengan polos.

Salah satu tukang becak di Pasar Klewer, Suhadi, mengatakan Bagas setiap hari mencari rongsok di sekitar Pasar Klewer. “Setiap hari. Pagi-pagi sudah memungut rongsokan. Bocahnya memang tertutup, tidak cerita banyak tentang keluarganya,” ucapnya.

Hal senada disampaikan penjual cilok di Pasar Klewer, Purnomo. Dia mengatakan bocah itu pendiam dan tidak banyak tingkah. Menurut Purnomo, dia ke Pasar Klewer hanya untuk mencari rongsok lalu pulang.

“Anaknya pendiam. Tetapi, kasihan dia kadang main-main sendiri. Saya juga kurang tahu keluarganya dimana. Yang saya tahu setiap hari dia memang jalan kaki pulang pergi, nyari rongsok. Habis itu dibawa pergi,” tutur dia kepada Solopos.com.

Baca Juga : Bantuan untuk Kakak Beradik Pemulung di Solo Mengalir, Terima Kasih Pak

bocah pemulung solo
Muhammad Risky Saputra, 7, berjalan di Jl Kapten Piere Tendean, Nusukan, Banjarsari, Solo, Rabu (22/6/2022) siang. Ia menjadi pemulung untuk membantu orang tuanya. (Solopos/Kurnaiwan)

2. Tiga bersaudara yatim

Bagas Pamungkas, 10, merupakan anak pertama dari Ani Sri Andani, 38. Anak keduanya, Muhammad Risky Saputra, 7. Terakhir, Ani Sri Andani memiliki anak Azka Aprilio, 5.

Kedua anak Ani Sri Andani menjadi pemulung untuk membantunya. Bagas mencari barang rongsok di kawasan Pasar Klewer Solo sedangkan adiknya, Risky memulung di Nusukan, Solo.

Solopos.com beberapa kali berpapasan dengan Risky membawa sekarung barang rongsok di Jl Kapten Piere Tendean, Nusukan, Banjarsari. Mereka membantu ibunya menjadi pemulung sebab ayah sudah meninggal sekira setahun terakhir.

Ibu kakak beradik yang menjadi pemulung di Solo itu juga bekerja sebagai pemulung karena menjadi tulang punggung keluarga demi menghidupi tiga anak. Mereka sekeluarga beberapa bulan terakhir tinggal di rumah indekos di Cinderejo Lor.

Baca Juga : Kisah Bagas Si Pemulung Cilik di Solo: Pengin Beli Sepeda Buat Adik

3. Warga Boyolali

Ibu dan tiga anak itu tinggal di salah satu indekos di Kampung Cinderejo Lor RT 001/RW 005 Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo. Walau tinggal di Gilingan, Risky dan keluarganya bukan warga Solo.

Mereka tercatat sebagai warga Lemah Mendak RT 004/RW 003 Karangkepoh, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali, Jateng. Informasi tersebut dibenarkan pemilik indekos yang ditempati mereka, Agus Supriyanto.

“Risky dan keluarganya tinggal di sini sekitar enam bulan terakhir. Ayah Risky sudah tidak ada, meninggal dunia sekitar setahun. Pekerjaan ibu Risky memulung, jadi mungkin Risky memulung untuk membantu ibunya,” terang Agus saat ditemui Solopos.com, Rabu (22/6/2022) malam.

4. Menjadi pemulung untuk membeli sepeda buat adik

Dua kakak beradik, Bagas Pamungkas, 10, dan Muhammad Risky Saputra, 7, rela menjadi pemulung di Kota Solo, Jawa Tengah karena ingin membantu orang tuanya.

Baca Juga : 2 Bocah Kakak Beradik Jadi Pemulung di Solo, Tinggal Di Rumah Indekos

Saat ditemui Solopos.com di Pasar Klewer, Solo, sang kakak, Bagas sempat mengatakan ia bekerja sebagai pemulung atau pengumpul barang rongsokan karena ingin membantu ibu dan membelikan sepeda untuk adiknya.

Bagas mengaku melakukan itu atas keinginan sendiri, tanpa paksaan dari siapa pun. “Pengin nyari rongsok buat beli sepeda adik, sama ibu dibolehin,” ujarnya saat itu.

Sama seperti Bagas, ibu dan almarhum bapaknya pun melakoni pekerjaan sebagai pencari rongsokan yang masih layak jual untuk mencukupi kebutuhan hidup. Kini, Bagas yang masih kecil pun ikut menjalani pekerjaan tersebut dengan niat membelikan adiknya sepeda.

“Setiap hari jalan kaki dari patung keris ke sini [Pasar Klewer],” ucapnya singkat.



Adik Bagas, Muhammad Risky Saputra juga menjadi pemulung. Namun berbeda dengan kakaknya yang memulung di Pasar Klewer, Risky menjadi pemulung di kawasan Nusukan.

Solopos.com beberapa kali menjumpai Risky tengah berjalan kaki sambil membawa karung berisi barang-barang rongsokan di Jl Piere Tendean, Nusukan, Banjarsari. Seperti pada Rabu (22/6/2022) siang, dia berjalan sendirian di tengah terik sinar Matahari.

Baca Juga : Bocah Kakak Beradik Jadi Pemulung di Solo, Ayahnya Sudah Meninggal

5. Bantuan untuk kakak beradik pemulung di Solo mengalir

Salah satunya dari jajaran Polsek Banjarsari Solo. Mereka memberikan bantuan bahan-bahan kebutuhan pokok atau sembako dan alat tulis kepada Muhammad Risky Saputra, 7, bocah yang memulung di wilayah Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Jawa Tengah.

Bantuan diserahkan Kapolsek Banjarsari, AKP Pardjono, didampingi beberapa anggotanya pada Jumat (24/6/2022) pagi. Menurut dia penyerahan bantuan itu sebagai bentuk kepedulian Polri kepada masyarakat yang membutuhkan, seperti Risky dan keluarganya.

“Mengetahui viralnya Risky karena memulung, saya selaku Kapolsek Banjarsari dan bersama anggota memberikan bantuan paket sembako dan alat tulis tadi pagi. Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian Polri kepada masyarakat,” ujar dia.

Pada kesempatan itu Risky mengucapkan terima kasih kepada polisi yang telah peduli terhadap dia dan keluarganya. “Terima kasih Pak polisi atas bantuannya,” ungkap dia.

Baca Juga : Bikin Terenyuh! Ini Alasan Bocah Kakak Adik Rela Jadi Pemulung di Solo

6. Kakak beradik pemulung di Solo bisa sekolah

kakak adik pemulung di solo bagas pekerja anak pasar klewer bocah cari rongsok solo, bocah pemulung solo
Bagas, 7, menyantap ice cream di tangga Pasar Klewer, Senin (4/4/2022). Dia mengaku mencari rongsok untuk membelikan sepeda adiknya. (Solopos/Siti Nur Azizah)

Dua bocah kakak beradik yang menjadi pemulung di Solo, Bagas Pamungkas, 10, dan Muhammad Risky Saputra, 7, sudah didaftarkan sebagai siswa SD Negeri Rejosari, Gilingan, Banjarsari, Solo.



Sebelumnya, kedua bocah itu belum pernah mengenyam pendidikan di sekolah karena harus bekerja menjadi pemulung demi membantu sang ibu. Ayah mereka sudah meninggal dunia beberapa waktu lalu sehingga ibu mereka menjadi tulang punggung keluarga.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Solo, Purwanti, mengatakan tahun ajaran baru 2022/2023, Bagas dan Risky sudah didaftarkan di SDN Rejosari, Gilingan, Banjarsari, Solo.

“Tahun ini mereka sudah didaftarkan di SD terdekat, SD Rejosari,” ucapnya.

Purwanti meminta Lurah Gilingan membantu memfasiitasi mendaftarkan kedua bocah itu ke SD terdekat. “Sudah didaftarkan kemarin. Anaknya itu ya seneng gitu, tapi saya enggak tahu ternyata kok malem masih mulung. Ya mungkin karena ibunya itu pergi waktu malem, si anak enggak ada yang ngawasi,” ujarnya.

Baca Juga : Alhamdulillah, 2 Bocah Kakak Beradik Pemulung di Solo Bisa Sekolah!

7. Menolak pulang ke Boyolali

Kepala DPPPA Kota Solo, Purwanti, menceritakan bersama DPPPA Kabupaten Boyolali dan Lurah Gilingan menyambangi rumah indekos Bagas di permukiman padat penduduk Cinderejo Lor.

Kedatangan mereka memberikan konseling kepada ibu Bagas, Ani Sri Andani, 38. Mereka sempat menawarkan agar Bagas dan adiknya bisa sekolah di Boyolali. Namun, Ani menolak.

“Anaknya mau sebenarnya, si Bagas itu dibawa pulang oleh dinas sebenarnya mau, disekolahkan mau. Tapi ibunya nangis gero-gero, ya malah jadi tontonan orang,” ucapnya saat ditemui Solopos.com, Jumat (24/6/2022).

DPPPA Boyolali, kata Purwanti, sudah siap membawa pulang dan memfasilitasi pendidikan untuk ketiga anak Ani. “Sebetulnya dari Boyolali pun siap untuk membawa anaknya itu karena di sana panti asuhan siap. Ibunya itu yang enggak mau, nangis gero-gero,” tuturnya.



Karena Ani menolak maka disepakati dua bocah yang menjadi pemulung itu disekolahkan di Solo. Purwanti mengatakan upaya DPPPA Boyolali sudah maksimal untuk menangani persoalan dua bocah pemulung itu.

Baca Juga : Kisah Sedih Pemulung Tua Berpenghasilan Rp10.000/Hari untuk Makan Sama Cucu

Bahkan, saat menyambangi indekosnya, petugas DPPPA Boyolali datang bersama psikolog ke lokasi. “Boyolali juga sudah bagus kok, artinya mereka langsung respons kepala dinas sana, saya bersama-sama sama pak lurahnya ke sana, kami konseling juga. Dari Boyolali pun bawa konselor [psikolog],” tuturnya.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya