SOLOPOS.COM - Acara pengukuhan bunda generasi berencana (Genre) dan penobatan duta penurunan stunting di Gedung Menara Wijaya Sukoharjo, Rabu (16/2/2022). (Solopos-R Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO — Total jumlah anak mengalami stunting di Kabupaten Sukoharjo saat ini sebanyak 594 orang yang tersebar di delapan kecamatan. Dari angka tersebut, Kecamatan Polokarto menjadi daerah terbanyak kasus stunting.

“Kasus stunting paling banyak di wilayah Polokarto. Ada 10 desa dengan jumlah anak stunting cukup besar. Kami prioritaskan penanganan stunting di desa-desa dengan kasus stunting tinggi,” kata Bupati Sukoharjo, Etik Suryani, saat ditemui wartawan di Gedung Menara Wijaya, Rabu (16/2/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut Bupati, pemerintah menggeber pencegahan stunting sejak munculnya pandemi Covid-19 pada 2020. Pencegahan stunting menjadi program prioritas di setiap daerah guna mewujudkan sumber daya manusia (SDM) termasuk pembentukan generasi emas 2045.

Baca juga: Nakes, Bhabinkamtibmas, dan Babinsa Sukoharjo Dapat Piagam Penghargaan

Dia menambahkan di tengah masa pandemi Covid-19, persoalan stunting menjadi tantangan bagi pemerintah daerah agar fokus melakukan pendampingan keluarga kepada para ibu hamil dan calon pengantin.

Sebagai informasi, pada Rabu, Pemkab Sukoharjo menyelenggarakan pengukuhan bunda generasi berencana (Genre) dan penobatan duta penurunan stunting di Gedung Menara Wijaya. Selain dihadiri Bupati Etik, acara itu juga dihadiri Wakil Bupati Sukoharjo Agus Santosa, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Sukoharjo, Proboningsih Dwi Danarti, serta beberapa pejabat di Pemkab Sukoharjo. Hadir pula pengurus Tim Penggerak-Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Sukoharjo dan finalis duta Genre.

Edukasi Kesehatan Reproduksi

Lebih lanjut, Etik menjelaskan program genre bagian dari upaya pencegahan stunting yang menitikberatkan pada edukasi kesehatan reproduksi. Di Sukoharjo, ada 20 desa yang diprioritaskan dalam penanganan kasus stunting. “Pemahaman stunting harus dilakukan sejak dini. Tidak hanya saat hamil namun justru saat remaja hendak beranjak dewasa. Ini penting dan harus dipahami generasi muda,” ujar dia.

Baca juga: BKKBN: Dari 100 Orang di Indonesia, 24 Orang di antaranya Alami Stunting

Kepala DPPKBP3A Sukoharjo, Proboningsih Dwi Danarti, menyatakan total jumlah anak stunting yang tersebar di 20 desa sebanyak 594 orang. Penyebab anak stunting adalah kekurangan asupan gizi, infeksi pada ibu, serta anemia atau kekurangan sel darah merah yang sehat.

Kasus stunting diukur berdasarkan tinggi dan berat badan anak yang disesuaikan dengan usia. Pertumbuhan anak dianggap normal jika tinggi badan selalu bertambah setiap saat. Sebaliknya, apabila pertumbuhan anak terhambat maka tinggi badan anak lebih pendek dibanding ukuran normal.

Pemkab Sukoharjo telah membentuk tim pendamping keluarga yang bertugas memberikan penyuluhan dan edukasi terhadap calon pengantin, ibu hamil, dan ibu yang memiliki bayi di bawah tiga tahun. Masing-masing tim pendamping keluarga berisi tiga orang, yakni tenaga kesehatan, kader institusi masyarakat pedesaan (IMP), dan anggota tim PKK.

“Kunci membangun SDM yang berkualitas adalah bayi yang dilahirkan hingga berusia 1.000 hari. Bayi harus mendapat asupan gizi, air susu ibu, dan pola pengasuhan yang baik,” papar dia.

Baca juga: 2 Desa di Nguter Sukoharjo Diusulkan Jadi Desa Wisata, Mana Saja?

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya