SOLOPOS.COM - Bayan malam Australia. (Wikimedia-Martin Thompson)

Solopos.com, SOLO — Satu juta spesies hewan dan tumbuhan diperkirakan terancam punah di seluruh belahan dunia. Sekitar 40% spesies amfibi, 33% spesies mamalia laut, dan 14% spesies burung menghadapi ancaman kepunahan massal. Lima satwa langka itu berhasil bangkit dari ancaman kepunahan.

Di tengah ancaman kepunahan itu, ternyata ada kabar baik, yaitu ditemukannya kembali beberapa satwa yang pernah diyakini punah. Lima di antara satwa langka yang berhasil bangkit dari ancaman kepunahan itu adalah tikus gajah Somalia, kadal teror, solenodon Kuba, burung laut Bermuda, dan bayan malam Australia.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebagimana dikutip dari laman World Ecoomic Forum oleh Solopos.com, sejak abad ke-16, ratusan spesies vertebrata telah hilang. Pada umumnya penyebab punahnya spesies tersebut disebabkan oleh ulah manusia.

Limbah Masker dan APD di India Jadi Batu Bata

Satwa-satwa langka terancam punah itu bangkit dari pemburuan liar, juga hilangnya habitat alami hewan-hewan tersebut. Sampai saat ini, ancaman ini terus menghantui satwa liar.

Di tengah ancaman kepunahan binatang dan tumbuhan, ada juga berita-berita yang memberi secuil harapan. Ditemukan kembali beberapa hewan yang diyakini telah lama punah.

Dikutip dari World Economic Forum, berikut lima satwa yang muncul kembali dari kepunahan.

Tulang Kerabat Jadi Alat Musik di Zaman Perunggu

Tikus Gajah Somalia (Galegeeska revoilii)

Galegeeska revoilii. (Wikimedia-Steven Heritage)
Galegeeska revoilii. (Wikimedia-Steven Heritage)

Tikus gajah Somalia atau biasa disebut Galegeeska revoilii merupakan satwa mungil yang hampir 50 tahun dinyatakan hilang dan telah dikabarkan punah. Namun, pada Agustus 2020, secercah harapan muncul.

Tim peneliti dan akademisi melaporkan bahwa makhluk mungil yang tampak aneh ini masih hidup dan sehat. Dikuti dari Release Global Wildlife Conservation, berkat perangkap berupa selai kacang dari ilmuwan, spesies hewan misterius ini berhasil muncul kembali.

Tim memasang lebih dari 1.000 perangkap di 12 lokasi. Mereka mencoba memberi umpan pada perangkap dengan ramuan selai kacang, oatmeal, dan ragi. Setelah menunggu beberapa lama, para ilmuwan berhasil menangkap salah satu makhluk itu dalam perangkap pertama yang dipasang di lanskap kering berbatu di Djibouti

Satwa yang biasa dikenal sebagai Somali Sengi itu menyandang ciri-ciri khas dari satwa langka ini, yaitu hewan ini seukuran dengan tikus dan memiliki hidung memanjang yang khas mirip gajah. Hewan nan mungil ini berkembang biak secara baik di Djibouti dan biasa di kawasan Tanduk Afrika.

Fakta menariknya hewan ini ternyata cukup gesit, ia bisa berlari dengan kecepatan mencapai 30 km/jam. Berdasarkan data terkini, terdapat 20 spesies sejenis di dunia, tapi hewan unik yang satu ini adalah yang paling misterius, hanya ada 39 spesimennya tersimpan. Sebelumnya, ia diketahui hanya eksis di Somalia.

Dikubur Hidup-Hidup, Nenek-Nenek di Kluang Viral

Kadal Teror (Phoboscincus bocourti)

Phoboscincus bocourti. (Jurnal Plos One-Stephane Caut)

Kadal yang terlihat mengerikan ini memiliki nama Phoboscincus bocourti. Hewan tersebut kembali ditemukan pada tahun 2003 di wilayah Kaledonia Baru di Laut Pasifik SElatan. Kadal ini tinggal di sebuah pulau yang tidak berpenghuni.

Awalnya, hewan tersebut dianggap punah pada tahun 1876. Meskipun populasinya saat ini tidak diketahui, tetapi diperkirakan kurang dari 250 individu dan dianggap terancam punah karena walaupun tidak ada ancaman manusia, pulau ini rentan terhadap kebakaran liar dan tsunami.

Pada tahun 1876, kadal ini hanya ditemukan satu spesimen. Pada 1872, seorang ahli botani berkebangsaan Prancis Benjamin Balansa, mencatat penemuan kadal saat mengunjungi Kaledonia Baru, sebuah koloni Prancis di kawasan Pasifik.

Ukurannya cukup mencolok, yakni sepanjang 50 cm, sehingga tidak terlalu sulit untuk dikenali. Kadal ini dinamai kadal, teror karena mulutnya yang dipenuhi gigi-gigi tajam. Namun, setelahnya, kadal ini tak pernah terlihat lagi di kawasan tersebut, diasumsikan sudah punah.

Pada 2003, satwa langka itu dipastikan bangkit dari kepunahan setelah ditemukan kembali oleh para ilmuwan, dan kini lebih banyak penelitian dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang mereka.

Memprihatinkan! Jual-Beli Kukang Marak di Medsos

Solenodon Kuba (Solenodon cubanus)

Solenodon cubanus. (Weforum.org-Juan Soy)
Solenodon cubanus. (Weforum.org-Juan Soy)

Di Bumi, ada beberapa saja mamalia yang berbisa. Bisa itu berfungsi untuk mematikan mangsa sebelum memakannya, Solenodon Kuba adalah salah satunya. Satwa ini pernah punah beberapa lama, karena tak pernah lagi ditemukan di alam liar.

Gigitannya cukup mematikan, namun satwa itu kurang memiliki kekuatan dan ketangkasan untuk mempertahankan atau melarikan diri dari bahaya. Kondisi itu menjadikannya sasaran empuk predator. Deforestasi juga berkontribusi pada gangguan populasinya.

Solenodon selama jutaan tahun tidak mengalami perubahan berarti, hidup semasa dengan dinosaurus. Mungkin, Solenodon bisa dianalogikan dengan komodo yang juga tak banyak berubah.

Publikasi Critters 360, 24 Oktober 2010, menyebutkan saat ini hanya ada dua spesies Solenodon yang tersisa di muka Bumi. Keduanya masing-masing adalah Solenodon paradoxus yang hidup di daratan Eropa serta Solenodon cubanus yang dijumpai di Kuba, Amerika Latin.



Galaksi Mirip Tie Fighter dalam Star Wars Ditemukan

Burung laut Bermuda (Pterodroma cahow)

Bermuda petrel. (Wikimedia-Richard Crossley)
Bermuda petrel. (Wikimedia-Richard Crossley)

Cahow, atau petrel Bermuda, terakhir kali terlihat di Nonsuch Island di kawasan Bermuda pada 1620. Setelah itu, mereka tak pernah terlihat lagi. Mereka kemudian diduga telah hidup kembali tahun 2020. Satwa langka itu dipastikan bangkit dari kepunahan setelah spesies itu terekam kamera.

Cahow adalah burung yang menggali dan sebagian besar habitat aslinya telah dihancurkan oleh erosi laut dan kerusakan akibat badai. Pemerintah Bermuda telah membangunkan tempat-tempat khusus bagi mereka untuk bersarang, dan memberlakukan perlindungan terhadap keberadaan mereka.

Hal itu dimaksudkan agar habitat mereka tetap terjaga dan dapat berkembang biak dengan sebabagaimana mestinya.

Taman Nasional Bwindi Uganda Kebanjiran Bayi Gorila Gunung 

Bayan Malam Australia (Pezoporus occidentalis)

Burung ini telah dianggap punah setelah penampakan terakhirnya tahun 1912. Pada 1990, satu individu ditemukan di negara bagian Queensland. Sayangnya, mati tidak begitu lama setelah ditemukan.

Perlu 23 tahun lagi sebelum ada kemunculan lagi yang dicatat seorang peneliti. Lokasinya sama dengan penampakan pertama, di tempat yang hingga kini dirahasiakan untuk melindungi burung-burung tersebut. Pemerintah negara bagian Queensland mengawasi secara ketat suaka margasatwa tempat burung-burung tersebut hidup.

Lima Satwa yang ‘Hidup Kembali’ dari Kepunahan

Silakan KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya