SOLOPOS.COM - Eilert “Eddy” Pot (Parkwaycancercentre)

Eddy Pot diserang kanker lima kali operasi besar namun ia tak pernah menyerah.

PARKWAY CANCER CENTRE — Eilert “Eddy” Pot harus menghadapi kanker lima di depan matanya dalam kurun waktu dua tahun, dan setiap kali diserang, selalu menjadi serangan yang lebih buruk dari sebelumnya. Namun tetap saja, manajer untuk keamanan industry berusia 51 tahun ini tidak pernah putus asa, dan tetap berdiri tegak sampai saat ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Eilert “Eddy” Pot  (Parkwaycancercentre)

Eilert “Eddy” Pot (Parkwaycancercentre)

Perjumpaannya dengan kanker pertama kali pada september 2012, tak lama setelah ia kembali ke Singapura dari liburan di Australia.

Ekspedisi Mudik 2024

Ayo maju dan berbagi gaya hidup menuju kesehatan yang baik
di www.parkwaycancercentre.com/id/celebriting10years-id/
Raih kesempatan memenangkan Xiaomi Band atau Ipad.
Pengiriman terakhir 31 Maret 2016
Jl RM Said No 156 Solo, Indonesia 57132 Telp (0271) 723555

“Ada bintik kecil di pinggang bawah sebelah kiriku. Bintik itu menjadi terasa gatal, kemudian mulai mengeluarkan darah. Lalu aku pun pergi ke dokter. Dokter umum itupun memotongnya dan membawanya untuk diuji. Ketika hasilnya keluar, saya diberitahu bahwa bintik tersebut ternyata adalah melanoma.”

Pada saat itu, bintiknya hanya sedalam 2mm, yang mana ukuran ini dianggap cukup dalam sehingga Mr Pot memutuskan untuk ke dokter ahli bedah Dr Dennis Lim di Pusat Pengobatan Mount Elizabeth.

Disana, hasil biopsi menunjukkan bahwa melanomanya telah menyebar paling tidak ke satu kelenjar getah bening.” Mereka mengangkat seluruh kelenjar getah bening di ketiak kiri saya. Mereka tidak menemukan apa-apa selain itu. Rasanya sakit namun itu adalah kabar baik.” Hal ini terjadi pada bulan Desember 2012.

Namun, kabar baik itu tak bertahan lama. Pada bulan Maret 2013, Pet scan memperlihatkan ada sesuatu di bawah kulitnya, dekat dengan bintik awal dahulu. Dr Lim pun mengangkatnya naun kemudian Mr Pot ditransfer kepada Dr Patricia Kho dari Parkway Cancer Centre. Ia merekomendasikan interferon sebagai pengobatan pendukung untuk mengurangi risiko kambuh, dan ia memulai pengobatannya di bulan Mei 2013.

Interferon

Interferon adalah protein yang terbentuk secara alami yang biasanya disekresikan oleh sel-sel sistem kekebalan tubuh. Protein ini digunakan untuk mengobati melanoma ganas, diantara bahan lainnya.

Awalnya, pengobatannya terasa berat. Pengobatan ini membutuhkan interferon untuk diberikan melalui pembuluh darah lima hari dalam sepekan, dua jam setiap kali sesi, sehingga empat pekan berikutnya. Interferon tersebut pada mulanya melemahkan tubuhnya namun setelah empat pekan, kekuatannya kembali pulih.

Ia kembali bekerja, dan mulai berolah raga seperti biasa lagi. Luar biasanya, ia sanggup  menyelesaikan lomba triathon sebelum memulainya siklus kedua pengobatannya, sekitar tiga bulan setelah pengobatan pertama selesai.

Namun, setelah menyelesaikan tahapan kedua, PET scan menunjukkan bahwa melanomanya telah menyebar ke kedua paru-parunya. “Meskipun lesi paru-parunya tidak besar, namun tetap saja kekambuhan itu akan mempengaruhi pasien, demikian juga prognosisnya,” jelas Dr Kho.

Maka operasi pun menjadi pilihan terbaik bagi Mr Pot dan ia dirujuk ke ahli bedah paru-paru Profesor Agasthian Thirugnanam di institut Kanker Universitas Nsional.

Pembedahan dijadwalkan pada bulan November 2013 Mr Pot mengenang. “Profesor Argasthian mengangkat dua bintik di paru-paru kanan Mr Pot dan satu di paru-paru kirinya. Pembedahan itu berhasil.

Untuk merayakan keberhasilan operasi itu, Mr Pot dan istri serta dua buah hati mereka pergi berlibur untuk bermain ski di Austria pada bulan Januari.

Scan Lanjutan

Ia mengira cobaan untuknya telah usai, namun ternyata dugaannya salah. Pada bulan Maret 2014, scan lanjutan menunjukkan adanya melanoma di paru-paru kanan di bagian dalamnya.

Kali ini, operasinya jauh lebih sulit. Perlu waktu tujuh jam bagi Profesor Agasthian unyuk mengkat bintik itu, dan selurunya kelenjar getah bening di paru-paru.

“pemulihan saat ini terasa sangat berat; selama dua bulan, saya mengalami iritasi di paru-paru, saya kerap batuk dan juga kehilangan kapasitas paru-paru. Saya menghabiskan waktu dua setengah bulan untuk pulih.

Namun akhirnya ia bisa pulih, dan sementara ia tidak ikut di triathlon lain, ia justru ikut dalam Marathon Standard di bulan untuk pulih.”

Namun akhirnya ia bisa pulih, dan sementara ia tidak ikut di triathlon lain, ia justru ikut dalam Marathon Standard Chartered di bulan Desember 2014, dan berhasil menyelesaikan separuh marathon (21 km) hanya dalam waktu dua jam lebih. Sejak operasi terakhirnya, dari hasil scannya terlihat semuanya telah bersih dan baru-baru ini merayakan setahun dirinya bersih dari kanker.

Mr Pot meyakini bahwa ia amat beruntung tinggal di Singapura ketika kankernya ditemukan. “Di Belanda, hal seperti ini jauh lebih konservatif. Mereka tidak melakukan PET scan tiap tiga bulan sekali. Negara itu sangat reaktif. Sedangkan disini amat proaktif. Saya selamat karena mereka agresif.”



“Praktik di PCC mirip dengan praktik evidence-based di Australiadimana angka kejadian melanoma tinggi,” jelas Dr Kho. “Pada faktanya, saya banyak mendiskusikan kasus Mr Pot dengan banyak onkolog medis Australia untuk mencari pilihan terbaik baginya,” tuturnya. “Pembedahan untuk lesi paru-paru dengan ketiadaan penyakit di titik lainnya menjadi satu satunya pilihan yang berpotensi membantu menyembuhkannya.”

Bersyukur

Ia juga amat bersyukur atas operasi yang ia terima, terutama operasi pengangkatan kelenjar getah bening di paru-parunya, dan atas kerja keras Dr Kho dan timnya. “Kendati saya harus menemui klinik Dr Kho untuk alasan yang tidak main-main, namun bagi saya hal itu selalu menjadi kebahagiaan tersendiri untuk bertemu orang-orang yang sangat baik yang bekerja di klinik tersebut. mereka sangat mendukung saya selama masa pengobatan.”

Pertemuaanya dengan kanker hingga berkali-kali telah mengajarkannya untuk menghargai segala hal sekecil apapun. “Saat saya di Belanda (pemulihan dari operasi terakhir), saya benar-benar menikmati meski hanya sekadar duduk di taman, mendengarkan kicauan burung, saya sungguh menikmati ‘hal-hal kecil’itu.”

Ia sangat menghargai dukungan dari keluarga, dan rekan kerjanya. “Banyak teman kerja yang mendoakan saya; Muslim, Budha, Hindu, semuanya melakukan sesuatu untuk saya. Saya benar-benar menghargainya.”

Sementara tak banyak mantan penderita kanker yang mau ikut serta dalam lomba triathlon dan marathon setelah pengobatan kanker atau operasi besar, Mr Pot menegaskan bahwa bukan kebugarannya yang hebat yang membuatnya bisa membuat perbedaan.

“Pikiran mendominasi tubuh. Jika kita positif, maka kita akan bisa mengelola semuanya. Jika Anda berkata, saya tidak bisa apa-apa, Anda akan mulai berputus asa, kemudian, semuanya akan memburuk. “Jadilah pribadi yang positif. Bahkan jika apa yang Anda alami memburuk, pasti masih selalu ada hari baik di depan.”

Diagnosa

Dr Kho menyarankan kepada para pasien dengan melanoma agar mereka harus mengetahui diagnosis penyakit mereka, juga mengetahui siapa ahli bedah onkologi yang handal dan pengobatan tumor mereka harus didiskusikan oleh para ahli dari multi-disiplin ilmu. “Saat ini ada banyak terapi tertarget dan obat-obatan imunoterapi yang bisa digunakan untuk mengobati melanoma ganas dengan lebih efektif,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya