Solopos.com, BEIRUT -- Amonium nitrat dalam jumlah besar ditemukan militer Lebanon di dekat gerbang masuk pelabuhan Beirut tak jauh dari lokasi ledakan dahsyat bulan lalu.
Penyebab ledakan besar pada awal Agustus lalu di pelabuhan Beirut adalah timbunan besar amonium nitrat. Bahan kimia yang mudah meledak itu disimpan dalam gudang di pelabuhan Beirut.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Seperti dilaporkan kantor berita NNA dan dilansir Reuters, Jumat (4/9/2020), temuan tersebut sedang ditangani militer Lebanon. Dalam keterangan militer Lebanon tersebut tidak disebutkan kapan tepatnya bahan kimia berbahaya itu ditemukan.
Hari Ini Dalam Sejarah: 4 September 476, Kekaisaran Romawi Barat Runtuh
Pernyataan militer Lebanon menyebut ada 4,35 ton amonium nitrat yang ditemukan di luar gerbang nomor 9 di pelabuhan Beirut, seperti dilansir dari Detik.com.
Ledakan dahsyat pada 4 Agustus 2020 mengguncang ibu kota Beirut, 191 orang tewas dan 6.000 orang lainnya luka-luka. Otoritas Lebanon menyatakan bahwa ledakan itu dipicu oleh muatan 2.750 ton amonium nitrat. Bahakn kimia tersebut sudah bertahun-tahun disimpan di salah satu gudang pelabuhan tanpa pengamanan.
Mafia Kredit Motor di Sragen Jadi Buron, Begini Modus Pelaku
Perbaikan Infrastruktur
Kejadian itu pun membuat Pemerintah Lebanon mengundurkan diri di tengah kemarahan publik, yang sudah lelah dengan situasi di negaranya yang dilanda krisis ekonomi. Namun publik masih cemas dengan muatan material berbahaya lainnya yang disimpan dengan cara tidak aman sehingga berisiko membahayakan mereka.
Pada Kamis (3/9/2020) waktu setempat, Presiden Lebanon Michel Aoun memerintah perbaikan pada infrastruktur pengisian bahan bakar lama di bandara Beirut. Aoun juga menyerukan penyelidikan atas laporan soal kebocoran ribuan liter bahan bakar dari sistem tersebut. Pemerintah tak ingin kecolongan seperti ledakan besar akibat amonium nitrat.
Pengeboran Sumur RBG-3B di Gubug Dimulai, Potensi Gas Melimpah
Kepala bandara Beirut, Fadi el-Hassan, mengakui bahwa kebocoran 84.000liter bahan bakar terjadi pada Maret 2019. Upaya perbaikan kebocoran telah selesai dalam waktu dua bulan. Dia menegaskan bahwa para penyidik internasional menggambarkan perbaikan itu 'memuaskan'.
Kabar soal kebocoran itu semakin menambah kekhawatiran publik. Namun Hassan menegaskan situasinya aman. "Tidak ada ledakan yang menunggu kita," ucapnya menepis kekhawatiran publik.