SOLOPOS.COM - Ilustrasi mendapatkan penghasilan pasif (Freepik)

Solopos.com, SUKOHARJO-– Kini jenis investasi makin beragam sejalan dengan tujuan investasi yang juga bermacam-macam.

Investasi jangka panjang misalnya dilakukan untuk mencapai target finansial beberapa minimal 5 tahun ke depan, seperti membeli rumah, dana pendidikan anak, atau sebagai sumber pemasukan setelah pensiun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sementara itu, investasi jangka pendek dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam waktu dekat, biasanya dengan periode maksimal 3 tahun. Misalnya, untuk digunakan sebagai modal menikah atau membeli kendaraan.

Tentunya jenis investasi yang dipilih harus disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan investasi itu sendiri untuk mendapatkan imbal hasil dari investasi yang dilakukan dalam rentang waktu yang sudah ditetapkan, dana yang ada harus dimanfaatkan dengan maksimal.

Baca Juga: Bappebti Blokir 82 Situs Investasi Forex Ilegal, Termasuk Auto Sultan hingga Olymptrade

Hal ini membuat jenis investasi yang bisa dipilih untuk jangka pendek tidak sebanyak investasi untuk jangka menengah atau jangka panjang. Dilansir dari finder.com pada, Rabu (18/8/2021), berikut rekomendasi investasi jangka pendek yang aman untuk Anda coba.

1. Deposito

Deposito menjadi pilihan yang paling aman dan konvensional dalam berinvestasi. Anda tinggal menghubungi bank dan memilih jangka waktu deposito yang diinginkan, mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, sampai 24 bulan. Setelah itu, Anda tinggal tutup mata dan menunggu waktu jatuh tempo.

Suku bunga deposito sekarang rata-rata berkisar 3%-5%, dengan tenor yang berbeda-beda. Makin panjang tenor yang Anda pilih, makin besar bunga yang diberikan bank.

Umumnya, nilai deposito minimum di bank adalah Rp5 juta. Perlu diingat juga, untuk deposito yang nilainya di atas Rp 7,5 juta, dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 20%. Hal ini sesuai dengan ketentuan PPh Pasal 4 ayat 2.

2. Surat Utang Negara

Surat Utang Negara (SUN) adalah alternatif investasi jangka pendek yang cukup menarik. Kenapa? Karena investor ritel bisa membelinya mulai dari Rp1 juta dengan imbal hasil setidaknya 6% per tahun.

Besaran kupon alias imbal hasil SUN bisa berbeda-beda, disesuaikan dengan bunga deposito dari Bank Indonesia (BI). Selain itu, juga tergantung kondisi ekonomi nasional dan global.

Saat ini, pemerintah cukup aktif merilis obligasi untuk investor ritel. Dana dari obligasi digunakan oleh pemerintah untuk mendukung pembiayaan proyek infrastruktur. Karena dijamin dengan proyek pemerintah, maka instrumen ini sangat aman untuk dimiliki. Seperti halnya deposito, obligasi juga dikenakan pajak. Meski demikian, nilainya masih di bawah deposito, yaitu 15% per tahun.

Baca Juga: Prospek! Pemuda Madiun Beromzet Rp30juta/bulan Dari Jualan Merpati Hias

3. Reksa dana

Reksa dana bisa menjadi pilihan untuk Anda yang ingin berkenalan dengan pasar modal tetapi belum mau masuk ke saham. Instrumen ini juga dapat dijadikan ajang belajar untuk masuk ke instrumen investasi yang lebih kompleks. Plus, modal untuk masuk ke reksa dana sangat minim, bisa dimulai dari Rp100.000.

Apalagi, sekarang banyak platform marketplace yang memiliki kerja sama dengan perusahaan sekuritas untuk menjangkau investor ritel yang lebih luas. Jadi, Anda sangat leluasa dalam mengontrol investasi yang dilakukan.

Untuk investasi jangka pendek, reksa dana yang cocok adalah reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap. Dalam reksa dana pasar uang, dana Anda ditempatkan di instrumen pasar uang yang risikonya lebih rendah dibandingkan instrumen lainnya. Tapi, karena itulah imbal hasilnya juga tidak akan sebesar reksa dana lainnya. Imbal hasilnya bisa berada di kisaran 4%-7% per tahun.

Sementara itu, dalam reksa dana pendapatan tetap, sebesar 20% dari portofolio efek ditempatkan di instrumen pasar uang dan 80% lainnya di surat utang jangka panjang atau obligasi. Imbal hasilnya lebih tinggi dibandingkan reksa dana pasar uang, yaitu bisa mencapai 10% per tahun.

Baca Juga: Cetakan UBS Turun, Simak Harga Emas di Pegadaian Kamis 19 Agustus 2021

4. P2P Lending

Perkembangan financial technology (fintech) bukan cuma menguntungkan bagi pihak-pihak yang membutuhkan akses permodalan yang dekat, mudah, dan cepat. Fintech Peer-to-Peer (P2P) lending juga membuka jalan untuk berinvestasi dengan cara meminjamkan uang ke pihak lain.

Sesuai namanya, P2P lending berarti pinjam meminjam uang dari sesama. Anda bisa ikut meminjamkan dana kepada orang lain dan mendapatkan imbal hasil dari angsuran yang dibayarkan oleh orang tersebut.

Kalau Anda ikut serta menjadi lender (peminjam) di P2P lending yang sifatnya produktif, yaitu khusus untuk modal usaha dan modal kerja, maka dana yang Anda pinjamkan akan digunakan untuk menunjang perkembangan usaha si peminjam.

Kalau Anda memilih menjadi lender di P2P lending yang sifatnya konsumtif, maka dana yang Anda pinjamkan akan digunakan untuk apapun keperluan pribadi si peminjam.

Patut diingat, risiko dalam investasi di P2P lending cukup tinggi, terutama untuk yang sifatnya konsumtif. Hal ini karena kemampuan membayar kembali si borrower (peminjam) benar-benar mengandalkan pendapatannya. Sementara itu, untuk P2P lending produktif, ada perputaran uang dari bisnis yang dijalankan sehingga kemampuan bayarnya lebih terjamin.

Besaran investasi di P2P lending bisa dimulai dari Rp100.000. Potensi keuntungannya pun cukup besar karena bunga efektif yang ditetapkan platform fintech ini bisa mencapai 18%-20% per tahun. Hal ini sepadan dengan risiko yang menyertainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya