SOLOPOS.COM - Ilustrasi tambang emas. (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI — Kawasan perbukitan yang terbentuk dari letusan gunung api purba di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, memiliki kandungan emas yang berlimpah. Wilayah Wonogiri bahkan disebut memiliki cadangan 1,5 juta ton emas.

Kandungan emas itu tersimpan di tiga kecamatan, yaitu Selogiri, Jatiroto, dan Karangtengah. Hal ini diketahui berdasarkan hasil penelitian dan survei kerja sama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dengan Badan Survei Geologi, Bandung, yang termuat dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) 2017. Total bijih yang mengandung emas di tiga kecamatan itu lebih kurang 1,5 juta ton. Kadar emas tersebut antara 40 part per billion (ppb) hingga 2.384 ppb.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sejak dulu, bukit-bukit di Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, populer karena aktivitas penambangan emas secara tradisional yang dilakukan masyarakat setempat. Keberadaan emas di Bukit Jendi membikin warga setempat yang semula merantau lantas pulang kampung. Mereka memilih menambang emas untuk memperbaiki nasib. Para pendatang luar daerah pun berdatangan ke Bukit Jendi.

Hill Gendoet Hartono, dosen teknik geologi STTNAS Yogyakarta menyebutkan potensi emas di Desa Tenong dalam artikel hasil penelitian yang berjudul Geologi Gunung Api Purba Gajahmungkur, Wonogiri, Jawa Tengah pada 2011. Dia menyebut aktivitas penambangan emas di Bukit Jendi turut mengungkap misteri Gunung Api Gajahmungkur beserta material penyusunnya.

Baca juga: Wonogiri Simpan 1,5 Juta Ton Emas, di Mana Lokasinya?

Pembentukan Emas di Wonogiri

Pada Januari 2019 lalu Kepala Seksi Geologi Mineral dan Batu Bara (Geominerba) Cabang Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Sewu Lawu, Yulianto, menyebut pembentukan emas di kawasan Randu Kuning dipengaruhi kondisi geologi kawasan ini yang merupakan bagian dari Pegunungan Selatan sisi timur.

Pegunungan ini terbentuk sebagai akibat dari tumbukan (subduksi) antara lempeng samudra dan lempeng benua yang diperkirakan dimulai sejak kala eosen hingga oligosen (56-34 juta tahun lalu). Pegunungan Selatan tersusun atas batuan-batuan yang merupakan endapan laut.

Yulianto menyebut emas pada umumnya terbentuk oleh proses hidrotermal, yakni fase akhir dari proses magmatik. Melalui proses itu, secara kimiawi larutan hidrotermal mengubah komposisi mineral batuan. Akibatnya, terjadi perubahan pula pada tekstur batuan yang dikenal sebagai batuan teralterasi.

Baca juga: Jejak Gunung Api Purba Gajahmungkur di Selogiri Wonogiri, Masih Aktif?

Proses itu merupakan salah satu penanda adanya mineral-mineral bijih berharga, termasuk emas di Wonogiri. Selanjutnya, larutan hidrotermal mengisi retakan-retakan batuan membentuk urat-urat kuarsa. Pada akhirnya urat kuarsa itu terdapat bijih emas dan logam ikutan lainnya.

“Nah, Bukit Randu Kuning itu merupakan kompleks batuan beku. Warga menggali bukit untuk mencari urat-urat kuarsa yang didalam urat itu ada emasnya. Urat kuarsa terlihat secara kasat mata, warnanya putih susu dan memanjang sehingga orang bisa menemukannya. Yang dicari penambang itu batuan yang ada urat kuarsanya. Lalu batuan itu dipecah dengan glondong [molen kecil] agar lembut. Setelah itu diberi merkuri untuk mengikat emas,” imbuh Yulianto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya