SOLOPOS.COM - Bangunan Masjid Jami' Abdul Djalal Awal di Kaliyoso Jogopaten, Jetiskarangpung, Kalijambe, Sragen, Jumat (24/9/2021). Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN — Bupati Sragen periode 1990-2001 H.R. Bawono meninggal dunia, Selasa (5/10/2021), pukul 14.30 WIB.

Almarhum yang berpangkat kolonel (purn) itu wafat bersamaan pada Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Tentara Nasional Indonesia (TNI). Jenazah almarhum akan dimakamkan di permakamankeluarga di wilayah Duyungan, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, pada Rabu (6/10/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Almarhum meninggal dunia di rumah duka di Sumber, Banjarsari, Solo.

Berikut Solopos.com sajikan tiga bangunan peninggalan H.R. Bawono kala masih menjabat sebagai Bupati Sragen pada 1990-2001.

Baca Juga: Obituari Mantan Bupati Sragen: Sang Kolonel Berpulang di Hari Lahir TNI

1. Pendapa Mangkubumi

pendapa mangkubumi
Penampakan bagian depan Pendapa Mangkubumi di Dukuh Pandak Karangnongko, Krikilan, Masaran, Sragen, Jumat (28/5/2021). (Solopos.com/Moh Khodiq Duhri)

Pendapa seluas 395 meter persegi ini berlokasi di tengah Kampung Pandak Karangnongko, Desa Krikilan, Kecamatan Masaran, Sragen.

Di bagian pagar pendapa itu tertera papan warna emas bertuliskan Pendapa Petilasan Mangkubumi yang sudah ditetapkan sebagai benda cagar budaya pada 2018.

Sekilas tidak ada yang istimewa pada pendapa itu. Namun, pendapa itu sejatinya bukti sejarah dalam perjuangan melawan penjajah di Bumi Sukowati. Pendapa itu dibangun pada masa perlawanan Pangeran Mangkubumi, terhadap pasukan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau yang lebih dikenal dengan peperangan Mangkubumen pada 1746-1757.

Baca Juga: Asale Pendapa Mangkubumi di Sragen, Bukti Perjuangan Lawan VOC

Sebelum dinobatkan sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono ke I, Pangeran Mangkubumi gigih memberi perlawanan terhadap VOC. Merasa keberatan dengan langkah kakaknya, Paku Buwono (PB) II yang menjalin kerja sama dengan VOC, Pangeran Mangkubumi memilih keluar dari Bumi Mataram.

Bumi Sukowati menjadi salah satu tempat bergerilya Pangeran Mankubumi. Dia sempat mendirikan pemerintahan Projo Sukowati di Pandak Karangnongko, Desa Krikilan, Masaran, Sragen. Pendapa yang berdiri di kampung itu dijadikan sebagai pusat pemerintahan Projo Sukowati.

“Lokasi awal berdirinya pendapa itu berjarak sekitar 300 meter dar lokasi sekarang. Karena pendapa di lokasi pertama roboh dan mendesak direnovasi, Bupati Bawono memberi dua pilihan antara memindah permukiman warga selaku ahli waris atau memindah pendapanya,” kata Yoto Teguh Pambudi, yang berkunjung ke Pendapa Mangkubimi di Pandak Karangnongko, Desa Krikilan, Masaran, untuk memeriahkan peringatan Hari Jadi ke-275 Kabupaten Sragen pada Kamis (27/5/2021) lalu.

Baca Juga: Gua Kuno di Bawah Akar Beringin di Sragen Menyimpan Kisah Pangeran Mangkubumi

Setelah berdialog dengan warga, akhirnya diputuskan pendapa yang dipindah dan direnovasi pada masa Bupati Bawono.

2. Menara Masjid Jami’ Kiai Abdul Djalal Awal

masjid tertua di sragen
Bangunan Masjid Jami’ Abdul Djalal Awal di Kaliyoso Jogopaten, Jetiskarangpung, Kalijambe, Sragen, Jumat (24/9/2021). Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

Masjid Jami’ Kiai Abdul Djalal Awal berdiri di Dukuh Kaliyoso Jogopaten, Desa Jetiskarangpung, Kalijambe, Sragen. Ini merupakan salah satu masjid tertua di Kabupaten Sragen.

Masjid Jami’ Kiai Abdul Djalal Awal dibangun atas perintah Raja Susuhunan Paku Buwono IV pada 1790 M. Belum banyaknya perubahan pada bangunan fisik menjadikan masjid ini ditetapkan sebagai benda cagar budaya (BCB) oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen pada 2015. Menara masjid ini dibangun dan diresmikan oleh Bupati Bawono pada 29 September 1995.

Bangunan utama masjid itu masih menggunakan sejumlah soko guru pemberian dari PB IV. Tidak hanya soko guru, PB IV juga memberikan tiga pintu, mimbar khutbah, sebuah pusaka berupa tombak.

Baca Juga: Masjid Tertua di Sragen Ini Simpan Pusaka dari Raja Keraton Solo PB IV, Begini Ceritanya

Saat ini, tombak itu masih terpasang di salah satu soko guru masjid di dekat mimbar. Bagian usuk dari atap masjid itu juga belum pernah diganti. Walau ada beberapa yang sudah terlihat keropos, usuk itu tidak diganti baru, melainkan hanya dibersihkan.

3. Sumber Mata Air Panas Bayanan

objek wisata air panas bayanan sragen
Penampakan wajah baru Objek Wisata Air Panas Bayanan Sragen. Foto diambil belum lama ini. (Istimewa)

Objek wisata yang berlokasi di Desa Jambeyan, Sambirejo, Sragen, ini dibuka untuk umum pada 1979. Namun, renovasi dan pembangunan besar-besaran baru dilakukan pada masa Bupati Bawono pada 1995.

Pada saat itu, Bupati Bawono melengkapi objek wisata yang berjarak sekitar 17 km dari Kota Sragen ini dengan wahana bermain air dan arena out bond. Sebelumnya terdapat beberapa satwa yang dikandangkan di lokasi.

Baca Juga: Rp4,2 Miliar Lagi untuk Penataan Wisata Bayanan Sragen, Ini Fasilitas yang Dibangun

Beberapa satwa itu adalah burung merak, burung cendrawasih, kera ekor panjang, ular sanca dan lain sebagainya. Namun, yang tersisa saat ini hanya kandangnya. Bupati Bawono memang bermaksud menjadikan Bayanan sebagai objek wisata keluarga pada masa itu.

Pada masa Bupati Bawono pula, objek wisata ini mengalami masa keemasan, tepatnya pada 1997-1998. Saat itu, pengelola kuwalahan menghadapi jumlah pengunjung. Biasanya terjadi kemacetan panjang di akhir pekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya