SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Solopos.com) – Karang Taruna Kota Solo mencatat sedikitnya 27.776 anak di Kota Bengawan tidak melanjutkan sekolah hingga tingkat akhir lantaran berbagai macam sebab, salah satunya faktor ekonomi. Mereka yang tidak bersekolah sampai tingkat akhir tersebut berada di jenjang pendidikan SMP maupun SMA. Pendataan yang dilakukan pada tahun lalu tersebut saat ini hasilnya sudah diserahkan kepada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans).

Sekjen Karang Taruna Solo, Asmuni, mengungkapkan pendataan anak putus sekolah yang dia lakukan berbasis kepada hasil pendataan kelurahan setempat. “Jadi pendataan itu kami lakukan dua kali. Pertama pada 2009 dan satu lagi pada 2010. Sebagai data awal yang kami pegang adalah data dinamis kelurahan untuk kemudian kebenarannya kami cek langsung ke lapangan,” ujarnya, Jumat (1/7/2011).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kenapa pendataan dilakukan dua kali, menurut Asmuni lantaran berbeda tahun ajaran. “Jadi untuk pendataan pertama kami lakukan di pertengahan tahun ajaran 2008-2009 sementara yang pendataan kedua kami lakukan di tahun ajaran 2009-2010,” ujar Asmuni. Ditambahkannya, anak-anak putus sekolah yang terjaring dalam pendataan Karang Taruna adalah mereka yang lulus di 2009 dan 2010.

“Hasil pertama pendataan memang jumlahnya cukup fantastis, hampir 60.000 anak. Namun setelah kami cermati ternyata memang ada data dobel yaitu anak putus sekolah di 2009, dicatatkan lagi di 2010. Harusnya yang seperti ini kan dicatat satu kali saja. Nah, setelah dicermati angka anak putus sekolah berkurang separonya atau menjadi 27.776 orang,” paparnya. Ikhwal penyebab anak putus sekolah, menurut Asmuni, disebabkan berbagai macam faktor. Ada yang karena malas sehingga jarang sekolah, namun kebanyakan karena faktor ekonomi sehingga ketimbang sekolah anak-anak itu memilih bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.

Lebih lanjut, sambung Asmuni, dari data yang dikantongi Karang Taruna, kebanyakan anak yang putus sekolah tersebut terjadi di SMP. “Jadi dari temuan kami di lapangan, banyak anak yang baru kelas dua atau kelas satu namun sudah berhenti sekolah. Yang bekerja dari mereka itu jumlahnya ya banyak, namun yang jadi pengangguran juga banyak,” jelasnya.

Masih terkait hasil pendataan, diakui Asmuni, memang jumlahnya tergolong banyak. “Soal banyaknya angka anak putus sekolah itu memang sempat membuat kami terkejut. Sebab, data di kelurahan di dinas terkait tidak sebanyak itu. Namun berdasarkan cek lapangan, ternyata ada banyak anak putus sekolah yang luput dari pendataan Pemkot,” tandasnya.

Sekedar membandingkan dengan data Dinas Pendidikan Olahraga (Disdikpora), terdapat perbedaan angka yang cukup signifikan. Menurut data Disdikpora pada 2009 lalu, jumlah anak putus sekolah pada jenjang SD sebanyak 121 anak sementara untuk jenjang SMP hanya sebanyak 157 anak. Masih menurut catatan Disdikpora, angka putus sekolah di tingkat SMP dalam kurun waktu lima tahun yakni dari 2005 hingga 2009 mengalami penurunan yakni dari 0,53% menjadi 0,08%.

Bagian Kewirausahaan Karang Taruna, Sehanto mengungkapkan hasil pendataan Karang Taruna saat ini sudah diserahkan kepada Dinsosnakertrans. Dari hasil pendataan tersebut, Sehanto berharap Dinsosnakertrans bisa menggunakannya sebagai acuan dalam menggelontorkan bantuan-bantuan yang sifatnya pelatihan maupun pemberian modal.

aps/sry

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya