SOLOPOS.COM - Pura Mangkunegaran Solo. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Proses pergantian atau suksesi kepemimpinan Pura Mangkunegaran Solo telah berlangsung kurang lebih 2,5 bulan sejak peringatan 100 hari wafatnya KGPAA Mangkunagoro (MN) IX pada 19 November 2021 lalu.

Sebelumnya, selama 100 hari pertama setelah MN IX wafat tidak ada pembicaraan di keluarga inti ihwal siapa yang akan menjadi penerusnya. Baru setelah 100 hari mereka mulai berembuk dengan pertemuan yang dipimpin permaisuri GKP Prisca Marina Yogi Supardi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun, hingga akhir Januari 2022 ini belum juga ada keputusan mengenai siapa pemimpin baru Mangkunegaran. Belum diketahui pula sampai kapan rembukan itu akan berlangsung. Pun tidak ada ketentuan pasti mengenai batas waktu pengisian kekosongan pemimpin Pura Mangkunegaran.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Tanpa Ini, Pemimpin Baru Mangkunegaran Solo Tidak akan Punya Otoritas

Berdasarkan catatan Solopos.com, berikut sejumlah fakta yang muncul dalam perjalanan suksesi kepemimpinan Mangkunegaran Solo selama 2,5 bulan terakhir:

3 Nama Calon

Sosok penerus MN IX sebagai pemimpin baru Pura Mangkunegaran sejak awal menjadi tanda tanya. Tidak adanya wasiat atau penunjukan dari MN IX membuat keputusan mengenai siapa yang akan menjadi MN X harus ditentukan melalui musyawarah keluarga.

Musyawarah atau rembukan itu baru dimulai setelah peringatan 100 hari wafatnya MN IX, 19 November 2021 lalu. Rapat yang melibatkan keluarga inti Mangkunagoro IX itu dipimpin permaisuri GKP Prisca Marina Yogi Supardi.

Baca Juga: Berharap Suksesi Damai di Pura Mangkunegaran Solo, Tanpa Polarisasi

Ada tiga nama calon yang beredar dan dinilai layak menggantikan MN IX dalam perkembangan suksesi Mangkunegaran Solo. Ketiganya yakni GPH Paundrakarna Jiwo Suryonegara, GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo, dan KRMH Roy Rahajasa Yamin.

Paundrakarna Sukmaputra putra Mangkunagoro
Paundrakarna Jiwo Suryonegara (Solopos – Dok)

Paundrakarna merupakan putra sulung MN IX dengan istri pertamanya, Sukmawati Soekarnoputri, yang kemudian bercerai. Paundra lahir saat MN IX belum jumeneng atau masih berstatus pangeran.

Bhre, di sisi lain, merupakan putra bungsu MN IX dengan istri yang juga permaisurinya, GKP Prisca Marina Yogi Supardi. Sedangkan KRMH Roy Rahajasa Yamin adalah cucu MN VIII. Roy juga merupakan cucu Mr Moh Yamin, salah satu sahabat Bung Karno.

Baca Juga: Abdi Dalem Pura Mangkunegaran Solo Mulai Bersiap, MN X Segera Jumeneng?

Usulan Duet Paundra-Bhre

Sebelum peringatan 100 hari wafatnya Mangkunagoro IX, tepatnya pada awal November 2021 muncul dukungan dari Himpunan Kawula Muda Mangkunegaran (HKMM) akan adanya duet kepemimpinan di Pura Mangkunegaran Solo.

HKMN mendeklarasikan dukungan untuk GPH Paundrakarna Jiwa Suryanegara dan GPH Bhre Cakrahutomo Wirasudjiwo sebagai pasangan duet pemimpin Pura Mangkunegaran Solo. Deklarasi berlangsung pada Rabu (3/11/2021) di Plaza Manahan Solo.

Pemerhati budaya Solo, Tundjung W Surtirto, menilai duet kepemimpinan dalam tradisi budaya praja di Jawa tidak lah lazim karena seolah-olah raja memiliki wakil. Tapi, Tundjung juga tidak menutup mata dengan situasi zaman yang telah banyak berubah.

Baca Juga: Pemimpin Baru Mangkunegaran Solo Disebut Condong ke Bhre Cakrahutomo

Bisa jadi duet kepemimpinan dianggap yang paling pas dan bisa mengakomodasi semua kepentingan dalam suksesi Mangkunegaran Solo. Dan jika hal itu memang menjadi kesepakatan keluarga, Tundjung menilai seharusnya tidak masalah.

Mengerucut ke Nama Bhre

Menjelang pertengahan Januari 2022, muncul informasi calon KGPAA Mangkunagoro X sudah mengerucut ke nama Bhre Cakrahutomo. Hal ini diungkapkan Pengageng Wedhana Satrio Pura Mangkunegaran, KRMT Lilik Priarso Tirtodiningrat, Selasa (18/1/2022) lalu.

Bhre Cakrahutomo Persis solo
Putra bungsu KGPAA Mangkunagoro IX, Bhre Cakrahutomo. (Dok)

Lilik mengungkapkan penentuan penerus MN IX dikembalikan pada paugeran adat istiadat Kerajaan Mataram. Berdasarkan paugeran tersebut, ada beberapa syarat bagi seseorang untuk menjadi pewaris takhta Mangkunegaran.

Pertama, penerus harus lah keturunan MN IX. Keturunan yang dimaksud harus laki-laki. Urutannya paling atas yakni laki-laki putra Prameswari atau Permaisuri.

Baca Juga: Pemerhati Budaya: Suksesi Mangkunegaran Solo Sebaiknya Jangan Lama-Lama

Selanjutnya, kalau Permaisuri tak memiliki putra, baru lah putra garwa ampil atau selir. Hal ini mengacu pada wasiat Mangkunagoro IV tentang penerusnya dalam Serat Paliatma.

Isinya, “Wahai anak-anakku, sewaktu aku masih jadi prajurit jangan punya mimpi jadi penerus MN V. Karena penerus Mangkunagara nanti adalah anak saya yang saat saya sudah jumeneng.”

Berdasarkan ketentuan itu, Bhre sebagai putra permaisuri dan lahir setelah MN IX jumeneng dinilai paling memenuhi syarat menjadi penerus Mangkunagoro. Namun, kepastian mengenai itu harus menunggu keputusan dari Permaisuri GKP GKP Prisca Marina Yogi Supardi.

Baca Juga: Kerabat Mangkunegaran Solo soal Calon MN X: Bhre Sosok yang Visioner

Tudingan Paundra

Informasi mengenai suksesi kepemimpinan Pura Mangkunegaran Solo yang disebut sudah mengerucut ke nama GPH Bhre Cakrahutomo memancing reaksi dari GPH Paundrakarna.

Paundra selama ini dianggap sebagai calon kuat pemimpin Mangkunegaran karena fakta ia merupakan putra tertua meski lahir saat ayahnya belum jumeneng atau naik takhta menjadi KGPAA Mangkunagoro IX.

Melalui akun Instagram @gphpaundrakarna1 yang terverifikasi sebagai miliknya, Paundra menuliskan komentar panjang pada unggahan berita di akun Instagram @solopos_com tentang Bhre sebagai calon terkuat penerus Mangkunagoro IX, Kamis (20/1/2022).

Baca Juga: Masih Asli, Begini Kondisi Rumah Pangeran Sambernyawa di Kestalan Solo

Dalam komentarnya, Paundra menuding Bhre hanyalah boneka ibunya. Menurut Paundra, ibunda Bhre adalah orang yang ambisius ingin berkuasa, serta banyak mengarang cerita dan kebohongan-kebohongan.

“Ya termasuk kamu itu adalah bagian dari kebohongan dari sekian banyak lagi kebohongan-kebohongan yang dia ciptakan dan dia sebarkan,, Begitu lah Bhre Sang Pangeran Muda Sang Pewaris Tahta andalan Ibunya,” tulis Paundra.

suksesi mangkunegaran solo
Penari membawakan Tari Bedhaya Anglir Mendung saat Pengetan Wiyosan Jumenengan Dalem KGPAA Mangkunagoro IX di Pura Mangkunegaran, Solo, Jumat (23/11/2012) malam. (Solopos/Dok)

Tak hanya ditujukan kepada Bhre dan ibunya, Paundra juga menuliskan komentar berisi peringatan kepada Pengageng Wedhana Satrio Pura Mangkunegaran, KRMT Lilik Priarso Tirtodiningrat. Paundra mengingatkan Lilik agar “jangan berani-berani dan lupa diri” mencampuri urusan intern keluarga Mangkunegaran.

Baca Juga: Suksesi Mangkunegaran Solo, Paundrakarna Sebut Bhre Boneka Ibunya

Persiapan Abdi Dalem

Terlepas dari siapa yang akan menjadi penerus KGPAA Mangkunagoro IX, jumenengan tetap harus dilaksanakan dengan segala ritualnya. Untuk itu, para abdi dalem Pura Mangkunegaran Solo sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan jumenengan tersebut.

Persiapan itu di antaranya menyelesaikan renovasi Pura Mangkunegaran, sajian beksan untuk jumenengan hingga tarian Bedhaya Anglir Mendhung. Bedhaya Anglir Mendhung merupakan tarian sakral yang hanya dipentaskan pada momen-momen khusus, seperti saat jumenengan, tingalan jumenengan, ulang tahun raja, dan pernikahan putra-putri raja.

“Bedhaya Anglir Mendhung mengisahkan pertempuran Raden Mas Said melawan kompeni, sekaligus sebagai ekspresi semangat para prajurit perempuan melawan kompeni,” tulis Nanang Setiawan, Magister Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta, dalam jurnal berjudul Eksistensi Perempuan dalam Tari Masa Mangkunegara IX Bercermin pada Tari Bedhaya Anglir Mendhung dan Bedhaya Suryasumirat yang diunggah di laman psw.ugm.ac.id, Juli 2020.

Baca Juga: Waduh, Banyak Naskah Kuno Berharga di Mangkunegaran Solo Hampir Rusak

Pengageng Wedhana Satrio Pura Mangkunegaran, KRMT Lilik Priarso Tirtodiningrat, saat diwawancarai Solopos.com, Selasa (18/1/2022), mengatakan para abdi dalem saat ini sudah mulai memilih siapa saja penari yang cocok untuk acara jumenengan KGPAA Mangkunagoro X nanti.

Sebagai tarian sakral, penari Bedhaya terdiri dari para wanita yang telah dilatih dengan mengikuti syarat-syarat khusus, salah satunya belum menikah. Segala persiapan itu dilakukan jauh-jauh hari agar kapan pun dibutuhkan untuk jumenengan, para abdi dalem Pura Mangkunegaran sudah siap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya