SOLOPOS.COM - Para siswa didampingi orang tua melakukan daftar ulang dengan mengisi formulir di SMPN 1 Sidoharjo, Sragen, Rabu (29/6/2022). (Istimewa/SMPN 1 Sidoharjo)

Solopos.com, SRAGEN — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen akan memetakan ulang sistem zonasi pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2023. Pasalnya, pada PPDB 2022 ini ada 820 kursi di 22 SMP negeri yang tak terisi karena kekurangan pendaftar.

Kabid Pembinaan SMP Disdikbud Sragen, Sukisno, mengatakan hasil evaluasi PPDB 2022 dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pada PPDB tahun depan. Dia mencatat masih ada 22 SMPN yang kekurangan siswa. Jumlanya tak tanggung-tanggung,  mencapai 820 orang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dia menyebut ada 49 SMPN di Sragen. Kuota total siswanya mencapai 9.832 orang, tetapi dalam PPDB tahun ini baru terisi 9.012 orang. Sebanyak 22 SMPN yang kekurangan siswa kebanyakan berada di daerah pinggiran. Seperti di wilayah Sumberlawang, Miri, Kalijambe, Plupuh, Tanon, Sidoharjo, Mondokan, Sukodono, Tangen, Jenar, Sambungmacan, Sambirejo. Ada pula satu SMP di Kota Sragen yang juga kekurangan kuota.

Sukisno menyampaikan jika mengacu jumlah lulusan SD dan MI yang mencapai 14.943 anak, seharusnya SMPN di Sragen tidak kekurangan kuota. Jumlah lulusan MI tahun ini ada 2.353 orang dan lulusan SD 12.590 orang.

Baca Juga: Server PPDB SMA/SMK Sempat Down, CPD Solo Ramai-Ramai Datangi Sekolah

Namun kenyataannya hanya ada 9.983 anak yang mendaftar SMPN. Artinya, ada 4.960 orang lulusan SD/MI sudah diterima di sekolah lain, baik di MTs atau SMP swasta.

“Dari 9.540 orang itu diterima di SMPN sebanyak 9.012 orang dan 452 diterima di SMP swasta yang ikut dalam PPDB online, yakni ada 22 SMP swasta,” jelas Sukisno saat ditemui wartawan di Disdikbud Sragen, Rabu (29/6/2022).

Dia menerangkan 22 SMPN yang kekurangan siswa itu bila dianalisis penyebabnya di antaranya lulus SD/MI di daerah pinggiran sedikit. Penyebab lainnya, ujar dia, orang tua masih terfokus untuk memilih sekolah yang dianggap favorit.

Di sisi lain, Sukisno melihat persebaran lokasi SMP negeri tidak merata dan banyak lulusan SD/MI yang sudah diterima di sekolah lain, terutama MTs negeri dan SMPIT.

Baca Juga: Kuota Tak Terpenuhi, 9 SMPN di Karanganyar Perpanjang Pendaftaran

“Atas dasar analisis itu, kami berencana mengambil langkah solutif pada PPDB tahun depan dengan melakukan dua hal, yakni pemetaan ulang mengenai zonasi, sistem, prosedur, dan waktu PPDB akan dievaluasi,” jelasnya.

Sekretaris Disdikbud Sragen, Prihantomo, melihat dalam menentukan kuota SMPN terkadang tidak diukur dari potensi lulusan di daerah setempat. Ketika potensi lulusan SD/MI tidak banyak mestinya tidak memasang kuota dalam jumlah besar.

“Di sisi lain, SMP negeri harus jeli melihat pesaing agar bisa mendapatkan siswa sesuai kuota dengan membuat daya tarik sekolah lewat inovasi-inovasi sekolah. Seperti semua SMP satu atap atau Satap itu kekurangan siswa karena SMP tersebut didirikan untuk mengakomodasi pendidikan di sekolah pelosok yang jauh jangkauannya ke sekolah di kota kecamatan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya